Dita yang mendengar adzan subuh seketika terbangun. Tapi dia merasa tiba-tiba tempat tidurnya sangat sempit. Mau bergerak pun susah. Padahal yang dia ingat ranjangnya memiliki ukuran queen size. Dita pun berusaha meraih lampu tidurnya yang berada di samping ranjang.
Klik
Mata Dita membulat sempurna saat ada dua pria yang tidur di sisi samping kiri dan kanannya. Ia sungguh tidak bisa berkata-kata melihat kelakuan papa dan kakaknya tersebut.
" Hei, apa kalian tidak ngelonin istri kalian masing-masing."
Suara Dita membangunkan kedua pria beda usia tersebut.
" Tck, adek berisik ah. Kakak tuh baru aja tidur jam 3 tadi. Ya kan pa?"
" He em. Adek emang berisik."
Dita yang hendak bangun ditarik kembali oleh Dika dan Nataya sehingga kembali jatuh berbaring lagi di kasur. Kedua pria itu memeluk gadis tersebut. Dita membuang nafasnya kasar melhat kelakuan kakak lelaki dan ayahnya yang tidak pernah berubah dari dulu. Nataya yang sudah berusia 33 tahun itu kelakuannya masih sama saja setiap Nadita pulang ke rumah. Ia akan menyelinap tidur disamping sang adik.
Sedangakan Radika, kelakuan pria yang usianya sudah tidak muda lagi itu juga tak ubahnya dengan putra nya. Terkadang mereka berdua malah melakukan hal tersebut bersama-sama.
" Lepasss ihh, aku mau bangun. Takut telat subuhnya."
Protes Dita rupanya tidak ditanggapi oleh papa dan kakaknya tersebut. Akhirnya gadis berusi 27 tahun itu mengeluarkan senjata terakhirnya.
" Mamaaaaaaa!! Kak Naiiiiii!!! Tolooooong!!"
Ya Dita berteriak keras sehingga membuat Dika dan Nataya menutup kedua telinga mereka masing-masing dengan tangan. Di lantai bawah Silvya dan Naisha hanya terkekeh geli dengan teriakan Dita.
" Ma, kayaknya papa sama Mas Aya berulah."
" Hahahah, seperti tidak tahu saja kelakuan papa dan suami mu itu. Kadang mereka suka kelewatan. Gimana itu bocah nanti kalau bawa calon suaminya kesini."
Silvya dan Naisha seketika terdiam. Keduanya tampak membayangkan sesuatu lalu tertawa bersama.
" Nai nggak bisa bayangin ma, hahah."
" Mama juga. Oh iya duo bocil kok nggak ikut sih. Mama kangen tahu."
" Iya ma maaf, mereka lagi pengen ke rumah Kak Yasa. Tadinya mereka mau ikut tapi abang mereka mau ngajarin lukis lagi. Ya udah deh milih kesana."
Silvya tertawa kecil. Ia cukup tahu kegemaran kedua cucu nya itu saat bermain warna.
Dika dan kedua putra putrinya itu akhirnya turun juga dari kamar. Masing-masing memeluk istri mereka. tak lupa sebuah ciuman mendarat di pipi para istri. Pemandangan tersebut tentu saja membuat Dita memutar matanya jengah.
" Please deh nggak usah mesra-mesraan. Udah tahu Dita jomblo kan."
" Dek nggak ada ya pacar-pacaran. Jika udah ketemu jodohnya langsung nikah aja."
" Iya, setuju kata kakak mu. No pacar-pacaran. Papa sama mama nggak ada tuh pacaran, Kak Nataya sama Kak Nai juga nggak pacaran."
Iya, Kak Aya mah ngrebut bini orang, gumam dita lirih tapi masih bisa didengar oleh Nataya.
Tuk
Nataya menyentil kening Dita. Sungguh jika di rumah posisi ketua Tim Bravo sangat tidak berlaku. Dita di rumah adalah junior yang akan selalu kalah degan kakak nya.
" Jangan sembarangan. Kakak bukan pebinor ya. Kakak hanya menyelamatkan noona dari tangan pria jahat."
Dita hanya terkekeh geli mendengar pembelaan Nataya. Meskipun apa yang dikatakan Nataya benar tapi Dita tetap saja selalu geli jika mengingat bagaimana kakaknya dulu mendekati kakak iparnya.
" Oh iya, by the way emang udah siap kalau Dita beneran bawa calon suami Dita ke rumah? Papa apakah akan langsung ngizinin Dita nikah?"
Seketika Dika terdiam mendapat pertanyaan dari sang putri. Pertanyaan yang lebih seperti tantangan membuat Dika berpikir sejenak.
Iya ya, apa aku siap jika Dita menikah. Usia Dita juga udah 27 tahun tapi tetap saja Dita seperti anak kecil bagiku.
Silvya yang melihat suaminya siam saja mendapat pertanyaan dari sang putri mencoba untuk menjawab nya.
" Mama dan papa siap-siap aja. Asalkan pria tersebut adalah pria yang baik. Pria yang bertanggung jawab terhadap Dita nanti. Pria yang bisa membuat Dita bahagia."
" Bagaimana jika dia bukan berasal dari keluarga berada, maksud Dita dia adalah pria biasa."
" Tidak masalah dek, asal kan pria itu mencintaimu dan bertanggung jawab dengan hidupmu."
Jawaban yang papa dan mama nya katakan tersebut cukup membuat hati Dita menghangat. Kedua orang tuanya benar-benar tidak mempedulikan status sosial. Hal ini tentu sangat disukai Dita. Ia jadi tidak perlu khawatir ataupun was-was jika suatu hari jatuh cinta terhadap pria yang dari lingkungan biasa.
*
*
*
Di RSMH tampak anggota Tim Bravo mendatangi ruangan Indra. Kali ini mereka tidak mengenakan pakaian bebas.Mereka menggenakan pakaian santai. Ya, Tim Bravo mendapatkan cuti sebanyak satu minggu. Bukan cuti sih lebih tepatnya istirahat setelah menjalankan tugas.
" Gimana keadaanmu Ndra."
" Sudah lebih baik kak Dita. Kak apakah setelah ini ada tugas lagi?"
" Tck, kamu tidak usah memikirkan hal tersebut. Pulihkan dulu tubuhmu. Jangan berpikir yang lain. Kamu pulih itu sudah lebih cukup buat kami.Soal tugas kami masih bisa melakukannya."
Indra terlihat sedikit lesu. Ada rasa menyesal dalam dirinya. Karena luka yang ia dapatkan otomatis ia akan berhenti sejenak dari semua kegiatan Tim Bravo.
" Hei jangan dipikirin. Santai saja.'
Indra mengangguk mendengarkan ucapan Adyaksa. Semua kembali berbicara santai. Membicarakan hal-hal yang kata anak muda sekarang receh.
" Baiklah tuan dan nona, waktu kunjung kalian habis. Biakan Indra istirahat."
" Kak Dinar, jaga Adik bontot kami ya."
Dinar mengangguk sambil tersenyum. Kekompakan Tim Bravo tentu tidak usah ditanyakan lagi. Lebih-lebih kerusuhannya. Beruntung Brahma sebagai yang paling tua di sana bisa mengemong para prajurit tersebut yang kadang cosplay jadi anak-anak TeKa.
" Sayang, nitip Indra."
" Iya bang."
" Cieeeee."
Astaga, bahkan mereka juga kompak saat meledek satu sama lain. dan terkadang Brahma sengaja melakukan itu untuk membuat suasana semakin ramai. Tapi seketika mereka terdiam saat menyadari seseorang melihat ke arah mereka.
" Buset Dit, bokap lo ngeri kalau kalau lagi mode serius begitu," ucap Adyaksa yang sedikit bergidik melihat ayah dari letnannya tersebut.
" Santai aja, papaku sebenarnya sangat kiyuuut kok. Doi lagi mode singa aja. Kalau lagi mode kucing beeeuh manis banget," ucap Dita yang mana membuat semua anggota tim nya itu menatap heran ke arah sang letnan.
Bagaimana bisa Dita mengatai ayahnya sendiri sebagai singa dan kucing. Lalu apa tadi kiyuuut, sungguh semuanya tak habis pikir. Sebenarnya mereka memang tidak tahu saja kelakuan asli keluarga terpandang itu kalau di rumah. Di depan publik semuanya memang terlihat begitu berkarisma. Tapi dibelakang percayalah, mereka begitu absurd. Terlebih jika berkumpul. Keluarga besar Dwilaga dan Linford benar-benar isinya orang-orang absurd semua.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Nur Bahagia
Aya 🤭 kenapa gak Nata aja yaa lebih keren 😅
2024-10-27
1
💕𝘛𝘢𝘯𝘵𝘪 𝘒𝘪𝘵𝘢𝘯𝘢💕
bener keluarga Dwilangga dan linford kl sudah ngumpul pasti pada absurd jadi buat Alsaki jngn nyerah dulu karna kamu belum th tentang keluarga Dita luar dalem
2023-12-02
1
marie_shitie💤💤
nah buat Al jng minder klo dah tau tingkah kelakuan keluarga dari Dita jng shock ya,,hahaha
2023-07-01
0