Eka berada di dalam ruangan dimana Indra di rawat. Ia memutuskan untuk tidur menemani Indra. Dita pun membiarkan hal tersebut. Setidaknya Indra malah aman dibawah penjagaan Eka.
" Apa Eka akan tidur di dalam?"
" Iya Bang Adi, ia akan tidur di dalam. Biarkan saja. Sekalian dia menjaga Indra."
Adyaksa menghembuskan nafasnya dengan pelan. Ia tentu tahu Eka pasti akan memilih menemani Indra. Adyaksa pun pamit undur diri untuk sejenak berpatroli. Dita mengatakan kepada Adyaksa agar tetap hati-hati dan waspada. Sedangkan ia memilih menuju ke dapur. Mencari secangkir kopi barangkali bisa membuat malam ini tetap terjaga. Dita tentu khawatir jika kembali datang serangan susulan. Terlebih sekarang Indra dalam kondisi yang demikian. Maka sebagai seorang atasan ia harus merangkap apa yang jadi tugas Indra.
" Letnan, ada yang bisa saya bantu."
" Ooh kau Ameer. Aku ingin membuat kopi."
" Aah kebetulan saya tadi membuatnya. Ini buat Letnan Dita saja."
Dita menerima cangkir kopi yang diberikan oleh Ameer. Ia pun meminum itu dengan perlahan. Tidak panas namun juga tidak dingin, sangat pas sampai ke tenggorokan.
" Mau sampai kapan kamu berada di sini?"
" Entahlah, tapi saya senang ada di sini. Bisa membantu banyak orang sungguh hal yang luar biasa. Selain itu ternyata menyenangkan juga."
Dita menoleh ke arah Ameer dan tersenyum. Sungguh senyuman yang amat manis sehingga membuat pemuda itu lupa akan tujuan semula nya.
Sial, dia cantik sekali. Aku benar-benar sudah gila bisa tertarik dengan seorang anggota militer. Otakku sudah tidak berfungsi dengan baik.
Ameer menepuk-nepuk kepala nya pelan dengan tangan membuat Dita sedikit merasa heran. Dan juga khawatir karena Ameer juga menepuk dadanya.
Dita bahkan sampai meletakkan cangkir kopinya ke lantai dan memeriksa tubuh Ameer dengan meletakkan telapak tangannya di kening pemuda itu. Blussss, wajah Ameer seketika memerah. Meskipun dia hidup di tempat dimana wanita adalah hal yang biasa ia temui tapi melihat Dita berada tepat di depan wajahnya membuat pria itu benar-benar tidak bisa berkata-kata.
Aura kecantikan alami yang dipancarkan sang letnan rupanya bisa membuta hati Ameer berbunga. Jatuh cinta kah dia? Entahlah. Rasanya terlalu cepat jika mengatakan itu adalah cinta.
" Jika kau masih merasa sakit lebih baik istirahat. Bukan tugas mu berada di sini."
" I-iya letnan, terimakasih."
" Oh iya, seminggu lagi aku akan mengantarmu ke kedutaan agar kau bisa dikirim pulang ke negara mu."
Seperti ditodong pistol tepat di kepalanya, Ameer sungguh terkejut mendengar ucapan Dita. Ia tidak bisa mengiyakan tapi juga tidak bisa menolak. Karena Ameer sama sekali tidak punya alasan untuk menanggapi ucapan wanita di sampingnya tersebut.
" Baiklah, aku harus lanjut bertugas. Istirahatlah, jangan sampai sakit lagi, terimakasih untuk kopinya."
" Sama-sama Letnan Dita, selamat bertugas."
Dita melenggang pergi dengan menenteng senjata laras panjangnya. Tak lupa ia kembali memakai helm keselamatan di kepalanya. Ameer hanya bisa menatap punggung Dita yang semakin menjauh. Ia membuang nafasnya kasar memikirkan apa yang harus dia lakukan. Terlebih ia sama sekali tidak memiliki alat komunikasi.
" Sial, apa aku harus benar-benar kembali? Aah brengsek. Kenapa juga ponselku harus ikut meledak di mobil sialan itu."
Di sisi lain, Brahma meminta Alsaki dan Adyaksa untuk istirahat terlebih dahulu. Mereka akan bergantian nanti. Memang sih, bukan hanya mereka saja yang berada di sana. Akan tetapi mereka memiliki tanggung jawab tersendiri. Jadi mereka memutuskan untuk bergantian tidur dan kali ini Brahma meminta Alsaki dan Adyaksa untuk tidur duluan.
" Bang!"
" Eh Dit, nggak istirahat dulu?"
" Nanti aja. Aku belum ngantuk ini."
Bersama Dita dalam kurun waktu lama membuat Brahma paham seperti apa perangai Dita. Gadis yang saat ini berjalan beriringan bersamanya ini bisa menjadi pribadi yang kuat dan pribadi yang manja. Tergantung situasi dan kondisi.
Mengapa Brahma tahu, karena istri Brahma yang seorang perawat lumayan mengenal keluarga sang Letnan. Ya, Dinar adalah istri Brahma. Dimana Dinar adalah adik dari mantan suami kakak iparnya Dita.
" Dit, apakah belum punya keinginan buat berumah tangga?"
Pertanyaan Brahma seketika membuat Dita menoleh kepada pria yang ia sudah anggap kakak itu. Selain dari umur yang paling tua di tim Bravo, pembawaan Brahma yang dewasa membuat semua anggota tim nyaman berkeluh kesah kepadanya.
" Kok tiba-tiba abang ngomongin soal ini? Tumbenan deh."
" Nggak pa pa, cuma kepo aja. Biasanya cewek diusia segini udah ribet pengen kawin eh pengen nikah."
Plak
Sebuah keplakan tangan mendarat di lengan kekar milih Brahma membuat pria itu hanya nyengir memperlihatkan deretan gigi putihnya.
" Entahlah bang, aku kok malah belum kepikiran. Jujur aku masih nikmati apa yang ada di hadapanku saat ini. Lagi pula aku juga belum nemuin yang klik di hatiku."
Ucapan Dita membuat Brahma menghembuskan nafasnya pelan. Ia melihat ke arah letnan nya itu dengan seksama. Mencoba menelisik wajah sang letnan. Memang terlihat Dita tidak memiliki seseorang di hatinya.
Andai kamu tahu Dit, ada seseorang yang begitu dalam menyimpan perasaannya padamu. Tapi sayang orang itu terlalu bodoh karena hanya menyimpannya sendiri tanpa mau mengungkapkan. Ah elaaah kenapa juga gue yang ribet ma nih urusan cinta bocah-bocah.
Kali ini Brahma yang mengeplak keningnya dengan tangannya sendiri membuat Dita mengerutkan keningnya. Ia heran melihat tingkah Brahma yang tiba-tiba aneh begitu.
" Bang sehat kan?"
" Tck, au ah."
Brahma berjalan lebih dulu meninggalkan Dita yang masih berdiri mematung di belakang. Dita hanya mengusap tengkuknya pelan. Namun ia kembali mengingat kata-kata Brahma tadi tentang seseorang yang ia simpan dalam hatinya.
" Siapa yang menempati hatiku? Entahlah. Aku tak tahu pasti. Saat ini aku hanya melihat semuanya sama. Bersama dengan tim ini memang membuatku merasa dekat dan sayang dengan mereka. Tapi rasa yang lebih, aaah entahlah. Terkadang sepertinya aku tidak ada waktu untuk memikirkan itu. Bang ... Tunggu!!"
Dita menggelengkan kepalanya pekan. Mengusir semua yang muncul di sana. Ia kemudian berlari menyusul Brahma yang sudah berjalan jauh di depan. Dengan langkah yang tetap waspada Dita mulai mensejajarkan dirinya dengan Brahma. Keduanya kembali terlibat pembicaraan di sela-sela kegiatan mereka berpatroli.
Di belakang Dita tad rupanya ada seseorang yang mendengarkan pembicaraan Dita dan Brahma. Ia pun mendengarkan setiap kata yang terlontar dari bibir gadis itu.
" Sepertinya aku memang tidak ada kesempatan untuk memiliki hati mu Ta. Sebaiknya memang aku harus mundur alon-alon."
Alsaki membuang nafasnya kasar. Ia yang tadinya ingin bergabung berpatroli bersama Dita dan Brahma urung dan memilih kembali ke barak. Ia akan melakukan gilirannya nanti saja bersama Adyaksa.
TBC
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 51 Episodes
Comments
Sita Sit
bukankah Adnan mantannya naisha ya,naisha menantunya Dika kan
2024-12-22
0
Sita Sit
Adine Adnan si Dinar Ki
2024-12-22
0
Sita Sit
minder bgt dia
2024-12-22
0