Suamiku Guru Dingin
Tepat hari ini, statusku dari lajang berubah menjadi seorang istri. Aku tidak menyangka mamaku menjodohkanku dengan guruku sendiri, Guru dingin yang diidolakan di sekolah, tetapi tidak denganku karena aku sangat tidak suka sikap dinginnya.
Mulutnya hanya bicara panjang lebar ketika menjelaskan, tetapi setelahnya ia irit bicara. Mana tugas-tugas yang diberikannya mengocok isi otakku.
Mario Fahreza, suamiku sekaligus guruku. Bayangkan berdua di kamar dengannya saja membuatku bergidik ngeri. Aku tidak tahu bagaimana sikapnya, selain yang aku tahu dia dingin.
Teman-teman wanita sekelasku sering menjulukinya ‘Hot Daddy’ katanya pria dewasa seperti Pak Mario sangat menggoda. Otak temanku tidak pernah negatif, selalu berpikir tiga positif.
Ceklek.
Aku segera melempar diri ke dalam selimut dan berpura-pura tidur. Aku mendengar suara derap langkah kakinya dekat dan menjauh kemudian. Suara gemercik air di dalam kamar mandi membuatku membuka mata.
Aku kembali memejamkan mata saat mendengar suara ganggang pintu kamar mandi diputar. Mengintip di cela-cela bulu mataku.
Mataku sukses melotot saat melihat punggung Pak Mario. Bahunya lebar dan punggungnya seperti kasur yang nyaman untuk ditiduri. Astaga otakku mulai eror.
Aku memejamkan mata saat dia berbalik. “Ayolah Salsa. Kamu tidak boleh melihatnya,” batinku. Godaan yang sungguh berat untukku. Meski dia sudah halal. Aku merasa tabu untuk melihat hal-hal seperti itu secara live.
Aku merasakan samping kasurku tertekan. Pasti Pak Mario ikut berbaring. Dadaku berdegup kencang. Bayangan malam pertama yang diceritakan kedua sahabatku, Afiah dan Sakina terlintas.
“Aku akan mematikan lampu,” ujarnya. Aku langsung membuka mata. Dia tahu aku berpura-pura tidur?! Malunya!
“Jangan, Pak!” teriakku. Tidur dengan lampu yang dimatikan membuatku langsung terbayang-bayang dengan film horor. Bayangan setan mulai masuk dan menarik kakiku, membuatku bergidik ngeri.
“Aku tidak bisa tidur, Pak. Terasa ada setan yang masuk,” jelasku. Ia hanya berdehem dan memejamkan mata.
Aku menatap wajahnya yang terlihat tenang. Selalu tenang, tetapi kali ini terlihat damai. Ekspresi dinginnya pudar. Sungguh aku akan mengira dia titisan Nabi Yusuf andai aku tidak ingat sikapnya yang dingin.
Setelah puas memandanginya, aku terlelap. Siapa tahu dalam tidurku aku bisa bertemu dengan aktor-aktor tampan di Korea atau Boy Band dari negera Ginseng, seperti Taehyung.
***
06:30
Aku sudah selesai mandi. Setelah mandi aku memakai seragamku. Di kamarku, Pak Mario sudah tidak ada. Sehabis Shalat subuh, dia memang tidak tidur. Bisa jadi, dia lebih awal selesai bersiap-siap.
Aku memoleskan bedak tabur di wajahku dan juga memakai lipting begitu tipis. Setidaknya wajahku harus terlihat fresh.
Aku meraih ranselku dan juga sepatuku. Di bawah, mama, papa dan Pak Mario sudah duduk. Aku menghampiri mereka dan menyapa mama dan papa, serta Pak Mario.
Setelah sarapan aku dan Pak Mario pamit untuk ke sekolah. Kemarin sebelum menikah, kami memutuskan untuk beraktivitas seperti biasa.
***
“Pak, turunkan aku di sini saja,” ujarku kepada Pak Mario.
“Kenapa?” tanyanya.
“Nanti ada yang melihat aku turun dari mobil Bapak. Pasti banyak yang bergosip,” jelasku. Dia berhenti. Aku dengan ragu mengulur tangan. Dia memberikan tangannya dan aku cium.
“Cincinmu,” ujarnya. Hampir aku lupa dengan cincinku. Aku mengangguk dan turun.
Mobil Pak Mario pergi dan aku membuka kalungku. Menjadikan cincinku sebagai anak kalung. Aku jalan kaki menuju sekolahku. Jaraknya sudah dekat.
***
“Salsa!” pekik Afiah. Ia mendekat ke arahku bersama Sakina. Tampak raut wajah ingin tahu.
“Bagaimana malam pertama dengan Hot Daddy?” tanyanya pelan.
“Ya, berapa ronde?” tanya Sakina.
“Aku tidak melakukannya,” ujarku membuat mereka terlihat lesu.
“Kenapa?” tanya Afiah, “bukankah pasti tubuh pak Mario sangat menggiurkan?”
Benar sekali. Hanya punggungnya saja aku lihat, imanku terasa goyah. Apalagi kalau—astaga! Otakku sangat terdeteksi virus ******.
“Selamat pagi!” Afiah dan Sakina langsung ke tempat duduk mereka di belakangku. Teman-temanku satu per satu mulai mengatur duduk mereka. Di dekatku, datang Gio. Dia ketua kelas di sini.
Gio meminta kami baca doa, setelahnya kami serentak mengucap salam kepada Pak Mario. Dia menjawabnya dan tanpa basa-basi menanyakan kabar kami, dia langsung masuk ke materi.
“Kalian bisa kerja kelompok. Hanya empat orang dalam satu kelompok.”
Aku dan Gio langsung menoleh ke belakang. Memutar kursiku bersama Gio. Aku sekelompok dengan Gio, Sakina dan Afiah.
Rasanya sudah panas. Aku menarik-narik seragamku berharap ada angin yang masuk dan mengusir gerah yang aku rasakan. Afiah sendiri menjadikan bukunya sebagai kipas angin.
“Panas banget,” ujarku. Di dalam kelas ada dua kipas angin besar, tetapi posisiku yang berada di samping tembok tempat kipas angin dipasang, tidak dapat membuatku merasakan angin.
“Sudah. Kumpul,” ujar Gio. Enaknya kalau sekelompok dengan Gio. Otaknya encer, tidak sepertiku. Rasanya otakku langsung membeku jika belajar matematika.
***
Kringgggg ....
Akhirnya jam istirahat. Aku, Sakina dan Afiah ke kantin. Di kantin terasa penuh dan sesak. Banyak sekali adik kelas yang mengisi kantin.
Saat masuk ke dalam dan memasang bakso, aku duduk bersama kedua sahabatku. Saat aku menikmati baksoku, aku melihat Pak Mario masuk bersama Bu Eva.
Jika Pak Mario menjadi guru laki-laki tertampan di sini, maka Bu Eva adalah guru perempuan tercantik di sini. Walau yang kutahu Bu Eva adalah janda. Namun, aku tidak pernah lupa dengan kata ‘Janda lebih menggoda’ apalagi dia baik, ramah dan tentunya lebih dewasa.
“Hot Daddy bersama Bu Cantik,” ujar Afiah.
Aku menusuk baksoku. Ada perasaan tidak rela melihat mereka berdua makan bersama. Bukan sekali mereka bersama, bahkan ada rumor jika mereka berdua pacaran. Akan tetapi, keduanya tidak pernah mengatakan apa pun.
Awalnya aku bodo amat, sebelum bodo amatku berubah menjadi peduli. Awalnya aku hanya kagum, sebelum kagumku mendadak naik level berubah jadi rasa sayang.
“Dasar bodoh. Ingat pernikahan ini hanya perjodohan. Pak Mario tidak mencintaiku,” batinku.
***
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Erina Situmeang
mampir
2023-03-31
0
Pipit Sopiah
hadir
2023-01-24
0
Shafira Novrianty
mampir
2021-06-20
0