SGD-04

Aku cemburu, sebab ada rasa di hati ini untukmu. Aku kekanakan, sebab takut kehilangan.

.

Usai pelajaran dan bunyi bel yang nyaring berdering membuat suasana kelas sepi. Situasi sepi yang kumanfaatkan bersama kedua sahabatku. Setelah membeli beberapa camilan dan susuk kotak, kami duduk berhadapan.

Cerita semalam mengalir dari bibirku. Mereka terlihat gemas dan menunjukkan reaksi berlebihan. Bahkan Sakina menggigit rotinya dengan kuat. Topik tentang Hot Daddy pasti membuat mereka banyak tingkah.

“Ternyata dia liar di balik wajah datarnya.” Sakina masih tidak percaya dengan cerita yang baru ia dengar.

“Bodoh! Kenapa kamu takut dan bersembunyi. Perlu kamu melihat video agar kamu berpengalaman. Jangan sampai perbuatanmu membuat dia melirik wanita lain.” Perkataan Afiah membuatku mulai khawatir.

“Jangan membuatku menonton video itu. Kamu ingin aku mual?” Afiah mendengkus.

Aku menyeruput susu kotakku. Memikirkan cara untuk melakukan tanpa takut. Bayangan wajahnya saja membuatku susah bernapas. Pak Mario harus aku taklukkan. Sebelum ia jatuh di tangan wanita lain. Terlebih, di tangan Bu Eva.

***

Mario POV

Salsabilla merupakan murid dan istriku. Pilihan mama. Kami terpaut 10 tahun. Salsa 18 tahun dan aku 28 tahun. Dijodohkan dengan remaja yang merasa dirinya berpengalaman untuk urusan bercinta. Nihil. Hanya dengan kecupan ia terbirit-birit bersembunyi di balik selimut tebal.

Perkataannya selalu menantang. Membuat gairahku muncul. Namun, dia bukan lawan yang seimbang untukku. Tidak ada pengalaman. Hanya besar mulut. Akan tetapi, mulutnya sangat berbahaya, dia bisa membuatku turn non.

Di kelas, dia tidak bisa dikategorikan murid cerdas. Tugas individunya hanya mendapat nilai rata-rata. Ketika tugas kelompok, nilainya tinggi. Tentu dia hanya menonton tanpa membantu temannya.

Aku menyukai wanita cerdas, dewasa dari segi pemikiran dan untuk urusan pribadi di kamar dan Salsa jauh dari wanita idamanku. Dia hanya dewasa dalam ucapan, tetapi tidak dalam tindakan.

“Pak Mario,” sapa Bu Eva. Dia rekan kerjaku di sini. Wanita yang berstatus janda. Pribadinya humbel, cerdas dan penyayang. Masuk dalam wanita idamanku.

“Ya,” sahutku pendek.

“Pak Mario ada waktu tidak sore nanti. Saya mau mengajak Bapak jalan,” ungkapnya.

“Iya. Jadwal saya kosong.” Aku mengiyakan tawarannya.

Ia menyunggingkan senyum. Lalu, kembali ke ruangannya.

***

Aku menunggu Salsa di tempat biasa. Ia datang dan membuka pintu mobil. Mencium tanganku dengan sopan. Rutinitas yang dia lakukan ketika ulang dan pergi sekolah.

Mengganti baju lebih casual. “Sa, saya pulang malam.” Ia mengangguk.

“Pak.” Aku menahan langkahku.

“Ya?”

“Saya izin keluar juga. Mau jalan dengan Sakina dan Afiah.”

“Iya.”

***

Salsa POV

Cepat kilat aku mandi. Mengganti pakaian dan keluar dari Apartemen Pak Mario. Melihat Bu Eva keluar dari ruangannya tadi siang membuatku mencium bau-bau pelakor bereaksi.

Bu Eva cantik dan Pak Mario liar. Bisa saja mereka bermain api di belakangku. Apalagi maraknya pelakor. Tidak akan kubuat rumah tanggaku hancur karena pelakor. Masih menghormati Bu Eva, tetapi jika statusnya berubah menjadi yang kedua, aku tidak akan segan-segan kepadanya.

Pipppp!

Aku menghampiri mobil sedan warna pink milik Sakina. Meluncur mengikuti mobil Pak Mario. Ternyata dia berakhir di sebuah mall besar. Untuk apa dia ke sini?

Mataku hampir lompat ketika melihat Bu Eva menghampiri Pak Mario. Dari pakaiannya saja terkena dewasa, tidak sepertiku mengenakan jeans dan baju crop, serta sepatu sneaker. Dua kosong untukku dan dia.

“Apa rumor Pak Mario dan Bu Eva pacaran benar adanya?” tanya Sakina.

“Tidak tahu,” lirihku. Ada perasaan sesak hinggap di dadaku.

“Lebih baik kita mengikutinya,” ujar Afiah.

Ternyata Pak Mario dan Bu Eva masuk ke dalam bioskop. Saling memandang dengan Sakina dan Afiah. Tiket bioskop ini diperuntukkan untuk orang dewasa. Segala cara kami lakukan sampai diizinkan masuk. Untung ada foto pernikahanku, jadi Masnya mengizinkanku masuk bersama sahabatku.

“Mereka duduk pojokkan,” ujar Sakina.

“Kita duduk di atasnya.” Afiah menarik tanganku ke sana. Berharap cemas semoga Pak Mario tidak tahu keberadaanku.

Film tidak menarik sama sekali, karena mengawasi Bu Eva dan Pak Mario lebih menarik. Melihat Bu Eva tertawa lepas, hatiku memanas.

“Wanita dewasa dan pria liar,” lirih Sakina menggeleng kepala.

Aku memakan pop cronku dengan kesal. Mataku masih menatap mereka kesal. Melihat kepala Bu Eva mendekat, leherku semakin panjang. Mau apa dia dengan Hot Daddyku?

Brak!

Aku melempar pop cronku. Mengenai wajah Pak Mario dan Bu Eva. Lalu, bersembunyi di bawah. Sakina dan Afiah mengikutiku. Suasa bioskop yang gelap gulita menyelamatkanku.

“Kamu,” ujar Sakina tertahan.

Aku mengertakkan rahang. Alisku bertautan. Kelopak mataku memicing. Emosi melihat mereka dalam jarak sedekat itu. Merasa aman, aku kembali duduk bersama Sakina dan Afiah.

“Awas saja kamu Hot Daddy. Tiba di Apartemenku akan aku buat kamu tahu seliar apa bocah ingusan ini dibanding dia,” batinku.

***

Bersambung ....

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!