Pengalama pertama yang paling berharga dan tidak akan pernah terlupakan ketika menjadi pertama untukmu.
.
Salsa POV
Sesampainya di rumah aku tergesa-gesa keluar dari mobil. Masuk ke dalam rumah meninggalkan Pak Mario dengan sopir.
"Assalamualaikum, Ma, Pa."
"Wa'alaikumsalam."
Aku meraih kedua tangan orang tua suamiku. Dengan senyum yang dibarengi debaran jantung yang tak normal. Semua karena ucapan Pak Mario di mobil.
Aku melihat Pak Mario menghampiri kami dan menyalami kedua orang tuanya juga. Dia pamit ke kamar membawa koperku dan juga ransel yang dia bawa.
"Bagaimana campingmu, Nak?" tanya mertuaku.
"Menyenangkan, Ma. Walau begitu tetap saja ada hal yang menyebalkan di sana. Tapi, rasanya semua terbayar," ujarku membuat mertuaku tertawa.
"Sekarang sebaiknya kamu istirahatan, Nak. Kamu pasti capek."
"Aku bahkan bisa lebih capek jika ke kamar, Ma," batinku.
Dengan terpaksa aku ke kamar. Berjalan dengan langkah lambat. Saat tiba di kamar suamiku, aku celangak-celinguk melihat seisi ruangan. Tidak ada orang.
Suara gemericik di dalam kemar mandi menjawab pertanyaanku. Rupanya Pak Mario sedang mandi.
Untuk remaja sepertiku, Pak Mario bukan hanya suami untukku, melainkan seorang pacar. Terasa ingin kencan bersama, tetapi kencannya di kamar. Oh! Mulai lagi otakku.
Bugh! Bugh! Aku memukul kecil kepalaku. Berusaha mengusir segala zona merah yang menyebrangi saraf-sarafku. Membuatku merinding tanpa sebab.
"Kamu mandilah. Aku akan turun ke bawah, sekalian untuk pamit kepada Mama dan Papa," ujar Pak Mario. Roti sobeknya mengalihkan duniaku.
"I-iya. Aku akan mandi," jawabku gugup. Berusaha melihat wajah segaranya sehabis mandi.
Dia berjalan ke lemar dan mengambil satu set pakaiannya. Bahkan aku lupa menyiapkan pakaiannya. Kapan aku menyiapkan? Selama ini dia sendiri yang mengambil karena tidak ada ruang untukku melakukan tugas sebagai seorang istri.
Aku memutuskan untuk mandi. Berusaha menenangkan pikiranku. Andai saja Pak Mario tidak mengatakannya dan langsung melakukannya saja, aku tidak perlu secemas ini.
***
"Kalau begitu kami pamit, Ma. Pa. Kunjungilah apartemen sekali-kali jika tidak sibuk," ujar Pak Mario.
"Tentu, Nak. Jaga kesehatanmu dan juga istrimu. Kalian juga kalau ada waktu mampir ke sini. Mama merasa kesepian jika Papa kamu keluar Kota," pesan Mama. Aku memeluknya.
"Baiklah, Ma. Kami berangkat dulu."
Kami meninggalkan pekarangan rumah mertuaku. Menuju ke apartemen yang sempat ditinggalkan Pak Mario.
Suasana apartemen masih sama. Hanya perlu dibersihkan saja. Aku mulai menyusun baju-baju dan menyimpan pakaian kotor di keranjang baju.
Pak Mario sendiri masuk ke dalam ruang kerjanya. Aku bersyukur atas semua ini. Dengan semangat, aku membereskan apartemen.
Saat menyentuh kasur, pikiranku langsung tertuju pada Bu Eva. Dia pernah masuk ke dalam kamar kami. Andai aku tidak nekat untuk menakutinya, aku tidak tahu sehancur apa hatiku.
"Huhfghh ... hanya sekali saja. Dia tidak akan pernah masuk ke sini," ujarku mengembuskan napas.
Apartemen Pak Mario mulai rapi. Aku tidak memasak karena kami sudah makan di rumah mertuaku. Hanya sekarang aku duduk dan bersandar di kepala ranjang.
Besok semua siswa-siswi yang mengikuti acara cemping, diberikan cuti sehari. Aku akan menggunakan cutiku sebagai waktu istirahat dan tidur sepanjang hari.
Aku membuka sebuah pesan di groupku bersama sahabatku Sakina dan Afiah. Kami bertiga hanya menghuni group ini, tetapi chatnya bisa masuk sampai seribu lebih.
[Arghhh! Capek banget. Kakiku terasa mau patah.] Aku tertawa membaca pesan Sakina.
[Bagaimana dengan ke salon? Kita melakukan pijatan?] Saran dari Afiah membuatku berpikir sejenak.
[Ok, besok kita ke sana.]
[Aku akan izin kepada Hot Daddy.]
[Kamu tidak perlu ikut. Minta saja Hot Daddy memijatmu. Sudah gratis, hot lagi. Kapan lagi bisa seret Hot Daddy ke kamar?] Aku merasa wajahku memerah membaca chat Sakina.
[Aku mau tidur. Capekkkk!]
Aku menyimpan ponselku di nakas. Betapa kagetnya saat mau berbaring Pak Mario di sampingku. Mataku membulat.
"Pa-Pak Mario sejak kapan di situ?!" Aku menatapnya dengan horor. Apa dia membaca semua pesan-pesan di groupku?
"Sejak mengetahui jika saya sulit diseret ke kamar," ujarnya enteng sekali.
Glek.
"Ak-aku mau tidur. Hoaaam---" Aku segera menarik selimut, tetapi tanganku dicekal. Dia menyeringai.
"Kamu harus melakukan tugasmu sebagai seorang istri. Apakah seorang Salsa begitu payah? Ck, apa gunanaya materi tanpa teori?"
"Aku sangat tahu! Namun, ini pertama kalinya," ujarku kesal. Bisa-bisanya dia mengejekku.
"Kita belajar sekarang." Aku memejamkan mata. Pasrah akan perlakuannya kepadaku. Selama mengenal pelajaran, pelajaran inilah paling berharga dan paling sulit kulupakan dalam seumur hidupku.
Pengalaman pertama bersama Hot Daddy. Suamiku benar-benar mencair dan memanas dalam satu waktu. Membuatku tak bisa berpikir selain menyeurakan namanya. Semoga Allah meridhoi apa yang kami lakukan.
***
Ketika aku membuka mataku, hal pertama yang aku lihat adalah wajah suamiku. Otakku langsung memutar setiap adegan ****** melayang di udara. Suami benar-benar liar semalam. Bahkan aku mengira dia adalah serigala liar.
"Pak Mario," panggilku. Walau aku merasa kantuk menyerangku dan sulit membuka mataku yang terasa lengket.
"Pak Mario," panggilku menepuk pipinya pelan. Dia bergerak dan membuka matanya.
"Shalat," ujarku.
Dia bangkit membuat mataku melotot. Aku langsung menutup mataku dan mendengar kekehannya. Sial sekali! Dia malah tidak malu.
"Bisa jalan sendiri ke kamar mandi?" tanyanya.
"Tentu saja. Aku bahkan bisa berlari dan melompat," ketusku. Dia semakin terbahak-bahak.
"Aku duluan." Dia ke kamar mandi. Bibirku melengkung ke atas.
"Aw, ternyata begini rasanya." Aku meringis dan mengambil handuk. Langkahku terasa aneh dan memang sangat nyeri.
"Astaga, aku tidak pernah bisa membayangkan dia mengajariku sampai jam 2," gumamku. Baru tidur beberapa jam, aku harus bangun lagi karena kewajibanku untuk Shalat.
"Sekarang masuk mandi. Aku akan menyiapkan sajadah dan mukenamu," titahnya.
Aku berjalan sangat pelan. Sesekali berhenti dan pipiku merona saat mendengar tawa tertahan Pak Mario. Kenapa suamiku sangat menyebalkan.
"Liat saja, aku akan lebih liar darimu!" batinku. Tunggu saja guru sedingin Pak Mario akan meleleh seperti es krim.
Blam!
Aku menutup pintu kamar mandi keras.
***
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Herlina Lina
goollll
2020-11-02
1