#Suamiku_Guru_Dingin
#SGD_06
Menjadi kuat bukan karena keinginan, tetapi aku harus tegar untuk mempertahankan milikku.
.
Salsa POV
Melakukan perintah Pak Mario bukan keinginanku. Akan tetapi, aku tahu Hot Daddy ketika marah melebih monster di luar sana. Sialnya semua sikap minusnya tidak membuatku membencinya atau membuat perasaanku pudar untuknya. Padahal, sesaat aku berpikir agar sikapnya membuatku kenuh dan bosan. Mudah untuk melupakannya andai semua sesuai dengan rencanaku. Namun, itu hanya khayalan semata.
Berapa kali mengembuskan napas kasar. Menekan gigiku saat suara wanita terdengar. Jelas itu Bu Eva telah datang. Mudahnya dia tertawa dan masuk ke sini tanpa rasa takut apa pun. Pasti semua akan memudahkannya melakukan rencananya.
Mengendap-endap keluar dari kamar. Mengintip di balik dinding. Bibirku sontak mengumpat melihat penampilan Bu Eva. Gaun hitam dengan belahan dada rendah. Jangan lupa pahanya terekspos jelas. Ingin mengcongkel mata Pak Mario ketika menatap Bu Eva. Dadaku mulai memanas. Apalagi ini kalau bukan cemburu.
“Awas saja!” desisku.
“Pak Mario membuatku terkesan. Tinggal di Apartemen mewah dan sebesar ini sendiri. Apakah Pak Mario tidak repot di pagi hari mengurus diri sendiri?” tanya Bu Eva. Cih, dia mencoba memberi kode untuk mengurus Pak Mario.
Senyum tipis terbit di bibir seksi Pak Mario, “Tidak merepotkan.” Ya. Tentu saja, karena aku yang membereskannya.
“Pak Mario benar-benar idaman sekali. Mapan, dewasa, cerdas, pekerja keras dan tentunya mandiri. Laki-laki sekarang sangat jarang seperti Pak Mario. Bahkan saya pisah dengan suami saya karena dia tidak bisa mengerti posisi saya. Selalu mau menang sendiri,” ujar Bu Eva.
“Saya tidak seperti itu. Jangan terlalu memuji, ada yang membantu saya untuk mengurus apartemen,” ujar Pak Mario dan aku berharap dia mengatakan yang membantunya adalah istrinya. Akan tetapi, mulut Bu Eva ingin sekali kurobek setelah mendengar perkataannya.
“Wajar Pak Mario jika menyewa jasa pembersih. Pembantu ada yang bekerja paruh waktu hehehe,” ujarnya diselingi tawa.
Melihat reaksi Bu Eva tertawa, Pak Mario ikut tertawa kecil. Demi Tuhan tidak ada yang lucu. Pembantu? Apakah aku dinikahi untuk menjadi pembantunya? Meremas kuat dadaku dan tak sanggup mendengar obrolan mereka. Sebahagia itu mereka mengobrol. Menjadikanku lelucon dan tidak ada tanda-tanda Pak Mario mengakui keberadaanku.
Tidak tahu sejak kapan lelehan air mata membasahi pipiku. Tidak boleh cengeng. Mengusap kasar dan menatap mereka berdua tajam. Lihat saja yang akan aku lakukan untuk kalian berdua. Malam ini aku akan menggalakan semua rencana keduanya.
“Emmm ... Pak Mario, aku ingin ke kamar mandi,” ujar Bu Eva.
“Silakan ke kamar. Kamar mandi di dapur sedang rusak. Belum sempat diperbaiki.”
Aku segera kembali ke kamar. Dadaku berdegup kencang. Memejamkan mata dan meyakinkan diri untuk melakukannya. Hanya cara ini untuk menghentikan kegilaan Bu Eva. Penampilanku telah berubah dan dia masuk ke dalam kamar bersama Pak Mario.
“Ekhm, Bu Eva silakan!” Dia seperti memberiku kode untuk bersembunyi karena pujaan hatinya masuk ke dalam kamar. Dia mengizinkan wanita lain masuk ke dalam kamar kami. Persetan dengan konsekuensinya.
Di balik pintu kemar mandi, aku melihat Bu Eva sengaja menyenggol Pak Mario. Tentu itu memancing sisi liar Pak Mario. Benar-benar wanita dewasa yang berpengalaman. Semua aku tahu secara materi, tetapi teori aku adalah bocah ingusan. Lihat! Dia berjalan lenggak-lenggok di depan Pak Mario.
***
Eva POV
Sungguh malam ini aku mendadani diri secantik mungkin untuk bertamu di rumah Pak Mario. Kedekatan kami terjalin sejak aku masuk mengajar di sekolah. Pak Mario membuatku jatuh cinta. Dia dengan sikap dinginnya membuat semua kaum hawa menginginkannya. Jujur, aku ingin menjadi istrinya.
Semua guru-guru di sekolah mengatakan Pak Mario sepertinya tertarik padaku. Terlhat dari cara dia menanggapiku beda dari yang lain. Keramahan dan juga tentu dari gelagaknya. Aku sudah dewasa untuk tahu pria seusia Pak Mario membembutuhkan tempat menuntaskan hasratnya.
Sengaja meminta izin untuk bertamu di rumahnya. Gaunku cukup terbuka dan sejak mengobrol, mata Pak Mario tidak pernah lepas memandangku. Argh! Bahagia sekali rasanya. Hanya mengunggu waktu untuk menjadikannya milikku. Semoga rencanaku berhasil. Dengan ‘melakukannya’ dia akan ketagihan. Aku akan membuktikan bisa mengimbanginya karena aku tahu dia menginginkan wanita yang berpengalaman. Setidaknya itu yang ia katakan padaku.
Aku memutar keras dan mencuci tanganku. Tersenyum puas di depan cermin. “Aku sangat mencintaimu, Mario. Semoga kita bisa bersama setelah melewati malam ini. Andai benihmu tumbuh di dalam perutku dengan senang hati aku akan membesarkannya,” ujarku pada diriku sendiri.
Tiba-tiba suara angin terdengar. Melirik lewat ekor mataku. Bayangan warna hitam memantul di lantai. Aku meneguk ludah gugup. Tidak mungkin mahluk tak kasat mata itu ada di sini. Perlahan mengangkat wajah dan, “Aaaaaaaaaaaaa!” berteriak kencang melihat wanita dengan rambuk acak-acakan menutupi sebagian wajahnya. Putih pucat dengan mata hitam. Ditambah warna merah di bagian bibirnya.
“Bu Eva!” teriak Pak Mario.
“Aaaaa! Pak Mario hiks!” Aku mundur dengan tangan gemetar. Peluh membanjiri tubuhku.
Tok ... tok ... tok!
“Bu Eva! Buka pintunya?! Ada apa?!” teriak Pak Mario.
Dengan sisa tenaga aku meraih pintu dan membukanya. Memeluk Pak Mario dan terisak. Sungguh menakutkan. Ini pertama kalinya aku melihat makhluk halus.
“Tenanglah,” ujar Pak Mario sambil membelai kepalaku.
“Hiks ... hiks ... di dalam hiks a—ada hantu,” isakku.
“Tenanglah. Tidak ada hantu di sini,” ujar Pak Mario. Apakah dia tidak tahu di apartemennya ada penghuni lain?
“Hiks ... ak—aku bersumpah melihatnya hiks. Dia mengerikan sekali.”
“Baiklah. Ayo, aku antar pulang ke rumah Bu Eva.”
Aku keluar bersama Pak Mario. Dalam perjalanan masih terbayang-bayang wajah hantu di sana. Rasanya tidak tenang. Sampai di rumah, meminta Pak Mario menamaniku sampai tidur. Ada rasa takut untuk ke aprtemen Pak Mario.
***
Salsa POV
Aku segera mencuci wajahku. Menghapus make up yang membuatku terlihat seperti hantu. Dadaku terasa ditikam belati. Suara cemas Pak Mario membunuhku. Dia begitu khawatir dengan Bu Eva. Sungguh melang wanita yang sedang menatapku. Dia menangis hebat—dia yang tak lain adalah aku sendiri. Sungguh sakit mencintai seseorang yang mengharapkan orang lain.
Berdandan seperti hantu membuatku takut. Aku yang phobia terhadap hal berbau horor melakukannya demi menggagalkan rencana Bu Eva. Namun, kenyataan di depan mataku menampar keras. Menyadarkan aku yang tak ada artinya dibandingkan Bu Eva.
“Aku membencimu, Mario hiks,” isakku.
Aku keluar dari kamar mandi. Rasa takut dan sakit mulai menyatu. Perasaanku mula tidak enak. Hantu mulai terbayang menambah isak tangisku. Yang kulakukan adalah melompat ke dalam selimut dan membelanggu diri. “Stupid hiks,” isakku memaki diri. Jelas sekarang Pak Mario tidak pulang. Dia pasti di sana dan entah apa yang mereka lakukan.
Kebodohanku adalah tetap memperjuangkan cinta yang jelas bukan untukku dan semua itu adalah kegigihan yang membawaku pada luka yang kian hari menganga. Tidak bisa mengukur sedalam apa, yang kutahu ... cinta ini memberi luka.
***
Bersambung ....
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 34 Episodes
Comments
Maliqa Effendy
nah..sadar klo bodoh..
2023-01-19
0
Ana Budiyanti
knpa cuman dtakuti, hrsnya cekek aja hehehe,,,,,,,
2021-02-04
1
Sulati Cus
harusnya ketika suamimu happy dg wanita lain km keluar malming kyk remaja lainnya ngapain mlh jd obat nyamuk y km yg yg kebakar sp g bersisa seperti abu😬
2021-01-29
1