SGD-11

#Suamiku_Guru_Dingin

#SGD_11

Coba mendekat, pintalah kepadaku. Bersandar dan akan kuceritakan segalanya untukmu.

.

Salsa POV

Kami meninggalkan mall setelah menghabiskan makanan. Kak Zerka dan Kak Bayu juga sudah pulang. Hari ini cukup menyenangkan. Mengabaikan rasa sakit dan lupa sejenak tentang masalah rumah tanggaku.

Sakina mengantarku ke rumah. Mereka tertawa dan lambaikan tangan. Kedua sahabatku sangat tahu cara balas dendam.

“Hati-hati!”

“Kami pamit dulu.”

Aku masuk ke dalam rumah mertuaku. Tidak tahu kapan kami kembali ke apartemen. Ah, aku hampir melupakan rokok Kak Zerka.

Buru-buru masuk ke dalam dan mengucapkan salam. Akan tetapi, nihil. Tidak ada orang di rumah. Aku ke kamar suamiku dan meletakkan barang belanjaanku.

“Tidak ada pesan apa pun,” gumamku.

Apa yang aku harapkan? Menerima pesan khawatir untukku? Tidak ada yang bisa kutebak saat tidak mendapati suamiku di rumah, dia pasti menemui Bu Eva.

Dengan kesal, aku mengambil handuk dan masuk ke dalam kamar mandi. Saat yang paling menyebalkan ketika senyum Bu Eva terlintas di benakku.

“Ya, ketika Hot Daddy memang butuh hal yang harus ia rasakan sejak lama. Aku tidak bisa memberikannya!”

***

Tidak tahu berapa lama aku berendam. Yang aku mau merilexkan tubuhku. Selalu saja Pak Mario membuat ketengang ototku berfungsi semua. Rahangku harus mengeras saat melihat kelicikan Bu Eva.

Aku keluar dari kamar mandi dengan handukku. Menggosok rambutku dengan handuk kecil. Betapa kagetnya saat melihat Pak Mario berdiri dan menatapku tajam.

“Apa kamu tidak punya jam? Setidaknya jika kamu ingin keluar bersama temanmu, pulanglah ke rumah terlebih dulu. Jangan seharian di rumah berkeliaran tanpa ingat tugasmu sebagai seorang istri,” ujarnya dingin.

“Tugas istri?” Aku mendekatinya. Menatap matanya tanpa ragu. Lalu, bertanya, “Seperti apa tepatnya tugas istri?”

“Kamu memang hanya pintar untuk berkata tanpa tahu tugasmu. Ah, saya lupa ... harusnya saya sadar, di depan saya, gadis yang dijodohkan dengan saya seorang remaja, bukan wanita dewasa,” sindirnya.

Sakiti aku sampai kamu puas. Aku hanya bisa memasang wajah berpura-pura tegarku. Setidaknya dia tidak boleh tahu, panah yang ia keluarkan telah menancap tepat di jantungku.

Sedikit menyunggingkan senyum, “Saya memang remaja, untuk itu ... berikan remaja labil di depan Pak Mario untuk menikmati masa remajanya, agar dia bukan hanya tahu materi, tetapi juga teori.” Aku mengebaika rasa dingin yang menusukku karena belum memakai baju. “Aku akan mencari pengalaman itu di luar bersama laki-laki seusiaku, karena aku pun sama dengan Pak Mario. Ketika Bapak membutuhkan wanita dewasa untuk mengibangimu, maka aku butuh laki-laki remaja untuk mengajariku,” lanjutku dan melewati tubuhnya menuju ke lemari.

Menggenggam erat piamaku saat membuka lemari. Linang air mataku tidak akan pernah dia lihat. Selalu ada perbandingan antara aku dan wanita yang ia cintai.

Mario, mungkin dia dewasa di matamu, tetapi di mataku, dia tak lebih dari seorang wanita yang berniat menghancurkan rumah tangga siswinya sendiri.

***

Mario POV

Perasaanku sangat kesal sejak melihatnya dekat dengan Zerka. Bahkan ajakan Bu Eva aku tolak karena dia. Lagi-lagi yang kulakukan sia-sia karena Salsa tidak menghargaiku.

Perang batin antara melanjutkan perasaanku kepada Bu Eva atau berlabuh kepadanya. Berusaha keras aku menghormatinya sebagai istriku, tetapi di luar sana dia bahkan tak mengingatku.

Di tengah rasa kecewaku sejak dia mengucapkan membutuhkan laki-laki remaja untuk mengajarimya, aku mengepal tangan kuat.

Untuk apa dia menutup auratnya, jika dia mau melakukan zina? Ternyata dia memang murahan sekali.

“Pak Mario,” panggilnya.

“Hm?” Aku terlalu malas melihatnya.

“Rokok kemarin yang punya Kak Zerka di mana?” tanyanya.

Zerka, Zerka dan Zerka! Kenapa harus Zerka lagi?! Dia begitu mencintai murid nakal yang hobinya keluar masuk BK. Apa menariknya dari brandalan itu?

“Untuk apa kamu mencari rokoknya?” tanyaku dengan nada intimidasi.

“Saya ingin mengembalikannya pada Kak Zerka. Barangnya ada di dalam rokok itu, sangat penting. Aku bisa melihat di matanya ada keputusasaan saat mendengar rokok itu sudah dibuang,” jelasnya. Bahkan dia memerhatikan Zerka dengan sedekat itu. Ah, iya, dia pernah mengatakan sedekat nadi dan jantung.

“Rokoknya sudah terbuang.” Dia menatapku dengan dahi mengerut.

“Itu alasan saya kepada Kak Zerka. Jangan menirunya. Ayolah, jangan kekanakan begini Pak Mario. Bukannya segala hal harus dilakukan secara dewasa? Biarkan aku membantu Kak Zerka, mungkin ada imbalan yang saya dapatkan.” Dia tersenyum lebar kepadaku. “Um ... sebuah balasan yang tak bisa aku lupakan walau hanya semalam,” lanjutnya.

Dia memang pandai untuk urusan hal dewasa, tetapi kenapa dia ketakutan? Sikapnya membingungkanku. Aku membuang napas kasar. Dia menguji kesabaranku.

“Se—“

Tok ... tok ... tok!

Salsa beranjak membuka pintu dan dia kembali memintaku untuk ikut turun makan. Aku ke bawah bersamanya.

“Salsa, Mama melihatmu di mall,” ujar mama kepada Salsa.

“Kenapa Mama tidak menghampiriku? Aku sedang berbelanja untuk persapan campingku minggu depan,” ujar Salsa.

“Mama mau menghampirimu, tetapi mama terburu-buru karena tahu sendiri pria di samping mama tidak bisa menunggu lama,” ujar mama kesal.

“Aku akan mempertimbangkan menunggumu jika kamu tidak terlalu banyak topik pembicaraan dengan teman-temanmu,” sahut papa.

Mereka mengobrol begitu dekat. Hanya aku yang tidak menikmati makan malam. Perasaanku kalut. Apa benar Salsa akan melakukannya?

Aku tidak pernah menolaknya jika dia mau melakukannya. Dia sendiri yang berlari dan sembunyi di bawah selimut. Menatapku seolah aku adalah hewan buas.

Mama dan papa meninggalkan meja makan setelah selesai makan. Tinggal aku dan Salsa. Dia menungguku yang masih makan.

“Apa Pak Mario tidak nafsu makan?” tanyanya.

“Ya. Tidak nafsu makan memikirkan apa kamu akan nekat melakukannya? Kamu membuatku gila dalam semalam. Otakku dipenuhi tentang kamu. Mengingat Zerka terkenal dengan kenalannya. Anjing mana yang mengabaikan tulang lezat?” batinku.

“Saya hanya kenyang,” jawabku yang berbeda dengan isi hatiku.

Aku mendorong pela piringku dan meraih air. Menenguknya sampai tandas. Salsa membereskan meja makan setelahnya.

Tanganku mengambang saat ingin menahan bahunya. Mengepal di udara dan mengepalkan kuat. Aku tidak bisa memanggilnya dan bertanya kepadanya.

“Tidak akan ada yang berubah, meski aku menahannya dan memintanya untuk jujur. Kami tidak sedekat itu bercerita hal pribadi. Jika, Zerka memang pilihannya, biar aku memastikan perasaanku kepada Bu Eva,” gumamku.

***

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

(◍•ᴗ•◍) hi (◍•ᴗ•◍)

(◍•ᴗ•◍) hi (◍•ᴗ•◍)

kurang pendirian sekali bagiku itu

2020-12-31

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!