SGD-16

Aku cemburu, sebab ada rasa. Berbahagialah atas cemburuku, karena ketika cemburuku untuk orang lain, maka percayalah, namamu pasti bukan di hatiku.

.

Mario POV

Ketika semua kelompok sudah kembali. Aku mencari keberadaan Salsa. Khawatir dia belum muncul batang hidungnya.

"Pak Mario!" teriak Bu Eva.

Dia mendekat dan tiba-tiba tersandung dengan akar pohon. Tanganku refleks menahan tubuhnya. Bersamaan dengan datangnya Salsa. Netranya menatapku dengan tatapan tak percaya.

Aku berusaha tenang, walau hatiku meledak melihatnya. Dia bisa salah paham dengan posisi kami terlihat seperti saling memeluk apalagi di tengah kerumunan orang banyak.

Berharap sesaat Salsa bisa tetap di tempatnya. Namun, dia menyerahkan kertas yang dibawanya kepada Sakina. Lalu, pergi.

Aku melepas pelukanku pada Bu Eva dan menyusul Salsa. Beberapa kali meneriakkan namanya, tetapi ia tak menghiraukan. Hingga mengcekal tangannya.

Segala kekecewaan kuungkap di depannya. Menghapus air matanya dan pergi dari sana. Di sinilah sekarang berada, di depan sebuah hadapan gunung yang sudah membayang di depanku.

"Kenapa Salsa mudah sekali salah menilaiku?"

Dalam peperangan batin, tubuhku menegang. Tangan mungil melingkar memelukmu erat. Punggung bajuku terasa basah.

"Hiks maaf ... aku cemburu."

Aku mengepalkan tangan kuat. Emosiku menjadi tidak stabil. Rasa senang dan kecewa bercampur menjadi satu.

"Jangan pernah mengulanginya." Aku memutar tubuhku. Melihat mata sembap istriku. Berapa lama dia menangis? Lagi-lagi karenaku.

Dia mengangguk. Patuh kepada ucapanku. Kami memutuskan untuk duduk sejenak di sini. Walau sore telah terhapus dengan kegelapan yang mulai membalut.

"Kamu bilang kamu cemburu, apa artinya kamu punya perasaan kepadaku?" tanyaku pada Salsa.

Bibirnya mengerucut, terlihat kesal. "Menurut Bapak, ketika wanita remaja sepertiku di hadapkan dengan lelaki dewasa, apakah aku bisa tahan?"

Aku mendengkus mendengar jawabannya. Dia mulai menjadi Salsa yang pertama kali kukenal. Pandai dalam berkata hal tabu, padahal tidak ada yang ia tahu.

"Kalau kamu berada di sekitar guru laki-laki lain. Kamu merasakan hal yang sama?" tanyaku sinis.

"Tidak! Aku hanya merasakan semua saat berada di dekat Pak Mario. Pak Mario itu suamiku."

"Lalu, kenapa kamu terus berlari?" tanyaku dan dia salah tingkah. Ke mana dia akan sembunyi? Tidak ada selimut di sini.

"Engh ... itu ... itu-karena aku mudah sekali mengantuk," elaknya tergagap.

"Kamu mudah mengantuk atau tidak ada keberanian. Dasar bocah payah," ejekku. Dia menepuk lenganku keras.

"Berhenti mengejekku. Aku tidak akan berlari lagi." Dia berani mengucapkan itu karena di sini tidak akan aku lakukan apa pun padanya. Mustahil karena di sini alam terbuka.

"Izinkan aku bertanya kepada Pak Mario." Aku menganggukkan kepala. "Apakah Pak Mario bisa cemburu?"

"Aku orangnya tidak mudah cemburu," ujarku.

"Kalau begitu hanya aku yang punya perasaan dan Pak Mario tidak?" kesalnya.

"Ck, tidak ditandai dari rasa cemburu saja. Sudahlah, kita pulang." Aku berdiri, tetapi dia mengulur tangan.

"Cintai aku," pintanya. Aku menatap tangannya yang terulur. Beralih menatap netranya yang menatapku dengan tatapan sendu.

Aku mengukur tangan meraih tangannya. "Aku mencintaimu," ujarku menariknya berdiri.

"Ketika Pak Mario memutuskan mencintaiku. Jangan pernah melirik wanita lain. Jauh-jauh dari Bu Eva." Lagi-lagi aku mengangguk dan membawanya pulang.

***

Salsa POV

Beberapa hari kami tinggal di sini dan akhirnya kami berkumpul dan berdoa untuk pulang kembali. Kegiatan yang banyak membuatku tidak bisa berdekatan dengan Pak Mario. Hanya sebentar saja, dia pergi lagi.

"Aamiin. Sekarang kalian naik ke bus. Jangan berdesakan dan tetap disiplin!" teriak Pak Reno.

Aku langsung duduk di bagian dekat jendela. Sakina dan Afiah duduk di belakangku. Ketika menyimpan tas kecilku, Pak Mario duduk di sampingku.

"Ekhm, enggak apa-apa 'kan duduk di sini?" tanyanya. Aku melirik ke samping melihat Bu Eva yang memandangku dengan tatapan kebencian.

"Enggak apa-apa." Dia menyandarkan tubuhnya dengan mata terpejam. Aku menoleh melihat Sakina dan Afiah. Mereka mengulum senyum dengan tatapan mengejek.

"Pak Mario, ini tempat saya." Aku langsung terkejut. Melihat Zerka dengan tatapan melotot. Bisa-bisanya dia mengacaukan suasana romantis kami.

"Kak Zerka," desisku tanpa suara.

Pak Mario mau berdiri, tetapi Sakina sang Penyelamat menyelutuk dengan kuat. "Kak Zerka duduk di sini saja!"

Melihat senyum Kak Zerka, aku tahu dia telah merencanakannya. Apa mereka belum berbaikan? Ah, aku selalu lupa. Memorinya belum kukembalikan.

"Hey! Hey ... apakah aku tak terlihat di sini?" tanya Afiah kesal. Kak Zerka menarik Afiah untuk berdiri.

"Kak Zerka! Itu tempatku!" Astaga Afiah tidak bisakah dia mengerti situasi. Terkadang otaknya tidak bisa mengerti keadaan.

"Afiah duduk sama Kak Bayu saja," ujarku sebelum dia kembali melayangkan protesnya. Dengan cemberut dia duduk di dekat Kak Bayu.

***

Aku bangun-bangun sudah sampai saja di depan sekolah. Di sampingku Pak Mario masih tidur degan kepala bersandar di bahuku.

"Pak Mario," bisikku seraya mengguncang lengannya. Kelopak matanya terbuka. Dia menarik tubuhnya dan menguap.

"Suamiku babyface banget, sih, kalau habis bangun tidur gini," batinku.

"Aku turun duluan. Mau minta sopir jemput," ujarnya. Aku mengangguk.

Aku menarik koperku turun. Sebelum Kak Zerka ikut membantu membawanya. Sakina dan Afiah melambaikan tangan di bawah.

"Sa, ikut sekalian pulang saja sama kami. Kalau tunggu jemputan lama," tawar Kak Bayu.

"Iya. Gua masih ngantuk juga," ujar Kak Zerka.

"Ak-aku pulang sendiri saja," ujarku membuat mereka berhenti berjalan.

"Ke-" Sakina langsung menyambar, "Ya. Pulang sendirilah." Dia memang paling mengerti. Aku melambaikan tangan melihat mereka meninggalkan sekolah.

"Kenapa Zerka terus mendekatimu?" Aku memegang dadaku.

"Pak Mario suka banget kagetin. Bagaimana kalau aku punya riwayat penyakit jantung? Mau jadi Duren?"

"Koper kamu enggak berat banget. Bisa kamu bawa sendiri, kenapa harus dibawakan Zerka?" Dia mengangkat koperku mengecek berat dan ringannya.

"Dia bawakan karena sekalian mau turun. Aku 'kan baru bangun tidur, wajar tenaga belum ngumpul semua," terangku.

"Bisa minta tolong kepadaku."

"Pak Mario tidak ada di sana. Kenapa, sih, Cuma koper doang."

"Sa."

"Hm?" Aku menjadi merinding melihat tatapannya.

"Aku menemukan sebuah jawaban tentang pertanyaan kamu di sana. Apakah aku bisa cemburu?" ujarnya, "aku sangat bisa dan bahakan sangat mudah cemburu walau hanya sebuah koper yang dibawakan."

Ya Allah, ingin menjerit dan melompat kesenangan. Tahu gini sering saja buat Kak Zerka bawain barang-barangku.

"Ayo pulang."

Dia menarik koperku sebelum nenek lampir datang. "Pak Mario bisakah saya ikut dengan Pak Mario?" tanya Bu Eva.

Aku membuang pandangan. Muak sekali melihat wajahnya.

"Bu Eva, sekarang zaman sudah canggih. Bu Eva bisa memesan grab atau taksi. Kalau tidak punya aplikasinya, saya bisa memesankan untuk Ibu," ujar Pak Mario. Yes!

"Bu Eva ada aplikasinya? Saya bisa bantu Ibu pesan, kok," ujarku memberinya senyum manis.

"Saya punya aplikasinya."

"Kalau begitu, kami bisa pergi 'kan?"

"Tentu."

Aku masuk ke dalam mobil. Mengumpat pelan tentang Bu Eva. Dasar pelakor jahannam. Untung Pak Mario menolaknya.

"Sa," panggilnya.

"Iya?"

"Nanti kita pulang ke apartemen biar kamu bisa belajar leluasa," ujarnya menyeringai.

Glek.

Aku meneguk ludahku. Matilah aku di bawah Hot Daddy. Membayangkannya saja membuatku salah tingkah.

"Bu-bukannya kita perlu istirahat?"

Mata Pak Mario memicing, "Apakah kamu ingin kabur lagi? Tidak ada kata istirahat untuk memulai belajar hal yang menyenangkan. Dosa menolak suami, Sa."

Hanya bisa pasrah. Berharap mertuaku menahanku di rumahnya lebih lama. Aku mulai memikirkan segala materi-materi yang membuat otakku terkena virus-virus ****** Pak Mario.

"Inikah semua yang dialami semua wanita saat ingin melakukan malam pertamanya? Degdegakan, tapi penasaran. Aish, aku pingin tapi takut." batinku.

Aku melirik Pak Mario. Tubuhnya saja dua kali lipat lebih besar dariku. Oh otakku, berhentilah berpikir liar sekarang.

***

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Maryana Fiqa

Maryana Fiqa

klu gak di ksh mengharap,,klu dah dapat tp takut dasar salsa 😀😀😀

2021-12-15

1

teteh Reni tea

teteh Reni tea

hahahahahah

2021-01-15

0

Herlina Lina

Herlina Lina

keren lanjut thor

2020-11-02

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!