SGD-07

#Guruku_Suami_Dingin

#GSD_07

Bisakah kamu berada di posisiku, mencintai tanpa dicintai?

.

Mario POV

Aku kembali ke Apartemen setelah Bu Eva tidur. Di kamar aku tidak mendapati Salsa. Melihat selimut sampai ke bantal. Aku menariknya pelan. Terlihat wajah Salsa dengan sisa jejak air matanya.

“Apakah dia melihat hantu juga?” batinku.

Selama tinggal di sini, tidak pernah menemukan makhluk gaib yang dikatakan Bu Eva. Namun, melihat dia ketakutan dan menangis, sepertinya benar ada.

Aku cemas dengan Salsa. Namun aku baru bisa kembali setelah jam 3 dini hari. Bu Eva sangat ketakutan.

Memutuskan untuk ikut tidur dengannya. Sebelum subuh kembali membuatku bangun untuk mengerjakan shalat.

“Sa, bangun. Shalat,” ujarku.

Salsa menggeliat pelan dan mengucek matanya. “Pak Mario dulu yang ambil wudhu,” ujarnya.

“Baiklah.”

Kami mengerjakan shalat berjamaah dan seperti rutinitas kami, dia menyalami tanganku.

***

Salsa POV

Aku tetap menghargainya karena dia suamiku. Terlepas dari apa yang ia lakukan kepadaku. Bukan salahnya, karena memang kami menikah atas perjodohan. Aku tak perlu merasa dikhinati.

Sejak awal, aku yang lupa posisiku. Kenapa mencintainya padahal aku tahu dia menikahiku bukan pilihannya.

Di dalam kelas, aku mengikuti kelas Bu Eva. Aku, Sakina dan Afiah sudah sepakat akan membicarakan ini kepada Bu Eva.

“Ya, rumah tanggaku harus aku pertahankan,” batinku.

Kringggg ....

Semua berhambur keluar dan aku memanggil Bu Eva. “Bu Eva,” panggilku.

“Ya, Salsa?” Dia tersenyum. Tidak tahu apakah senyumannya masih ada setelah tahu semua.

“Em, kami bertiga mau bicara dengan Ibu,” ujarku.

“Apa penting?” Aku mengangguuk. “Kita ke ruanganku saja,” ujarnya.

Kami mengikutinya. Dadaku berdegup kencang saat kami tidak sengaja berpapasan dengan Pak Mario. Terlihat Bu Eva melempar senyum kepadanya.

“Silakan duduk,” ujar Bu Eva memperisalakan kami duduk di kursinya.

Aku menarik napas. Tidak ada yang salah dengan semua ini. Posisiku sebagai seorang istri yang merasa terusik dengan kehadirannya. Sakina dan Afiah mengangguk.

“Maaf sebelumnya Bu jika saya lancang bertanya kepada Ibu mengenai hal pribadi Ibu.” Aku mengambil napas dalam. “Apa Ibu dan Pak Mario memiliki hubungan khusus?” tanyaku. Terlihat Bu Eva tersentak kaget. Sebelum pipinya berubah merona.

“Kami dekat sudah lama. Namun, saya pikir hubungan kami akan berlanjut karena saya mencintai Pak Mario dan saya tahu Pak Mario juga mencintai saya,” jawabnya menghantam keras ulu hatiku.

“Sejauh mana Ibu merasa dicintai Pak Mario?” tanya Sakina.

“Perlakuannya selama ini kepada saya sudah membuktikan. Saya tahu kalian sering mendengar gosip tentang kami,” ujarnya masih tersenyum.

“Bu, maaf. Namun, jika Pak Mario mencintai Ibu kenapa tidak menikah? Apa Ibu sudah mengenal orang tua Pak Mario? Kami sangat meminta maaf atas kelancangan kami untuk ini, Bu,” tanya Afiah.

“Tidak apa-apa. Aku belum mengenal orang tua Pak Mario secara dekat, tetapi kami pernah berkenalan,” ujarnya. Hatiku lemas. Tanganku di atas pangkuanku Sakina pegang erat.

“Pak Mario tidak mencintai Ibu,” ujar Sakina.

“Apa maksud kamu?” Terlihat Bu Eva tidak suka dengan ucapan Sakina.

“Jika dia mencintai Ibu, sudah pasti dia mengikat Ibu dengan tali pernikahan,” lanjut Sakina.

“Kami akan melakukannya. Sebentar lagi karena semalam ada kendala.” Bu Eva membuatku mengingat kejadian semalam. Apa yang aku harapkan? Bahkan aku tidak tahu jam berapa Pak Mario kembali. Aku menangis hingga ketiduran.

Tok ... tok ... tok ....

Kami sontak menoleh. “Sepertinya lain kali kita bicara kembali,” ujar Bu Eva.

“Terima kasih, Bu.” Kami berdiri dan keluar. Betapa terkejutnya, yang mengetuk pintu ternyata Pak Mario.

Mataku terasa memanas. Melihat kontak kue tart di tangannya. Aku menarik Sakina dan Afiah pergi.

“Hot Daddy,” lirih Sakina. Dia sama sepertiku tidak percaya. Sepertinya ucapan Bu Eva benar. Sebentar lagi mereka akan menikah dan aku pasti ditalak.

***

Aku berjalan kaki keluar. Menghampiri mobil Pak Mario seperti biasa. Menyalami tangannya dan menatap keluar ke jendela.

Pikiranku berkelana tentang hubungan keduanya. Sampai tidak sadar, Pak Mario membawaku ke rumah orang tuanya.

Aku turun dan salim kepada mertuaku. Bergeges naik ke atas. Mengganti pakaianku setelah mandi. Ikut shalat bersama Pak Mario.

“Kita menginap di sini dulu,” ujarnya setelah kami selesai shalat.

“Kenapa, Pak?” tanyaku.

“Tidak apa-apa,” ujarnya.

Aku melipat sajadah dan menyimpannya kembali. Pak Mario pamit ke Apartemen mau mengambil beberapa pakaian dan juga bukuku.

“Apa dia sengaja untuk membawaku ke sini agar bisa membawa Bu Eva ke Apartemen?” Pikiran buruk memenuhi otakku. Salahkan dia yang bermain api.

Dengan perasaan hancur, aku turun ke bawah. Membantu mertuaku memasak. Tiba-tiba merindukan orang tuaku.

“Apa Mario memperlakukanmu baik, Sayang?”

“Iya, Ma. Pa—Kak Mario sangat baik.” Aku hampir keceplosan mengatakan dia Pak di depan mertuaku.

“Syukurlah. Mario itu memang dingin, Nak. Akan tetapi, ia bertanggung jawab. Kamu jangan segan untuk meminta bantuan suamimu sendiri,” ujar ibu mertuaku.

“Hehehe, iya, Ma. Kalau aku ada apa-apa pasti aku bilang sama Kak Mario,” jawabku.

“Kecuali hatiku, aku tidak akan mengatakannya kalau hatiku sedang retak karenanya dan aku, tidak pernah bisa meminta bantuannya untuk memperbaikinya karena hatinya telah memilih orang lain,” batinku.

Bahkan dia belum pulang setelah kami selesai makan malam. Di kamar aku menangis kembali. Shalat seorang diri. Namanya selalu kusebut disetiap sujudku, tetapi aku tahu namaku tak akan pernah ia sematkan dalam doanya.

Apa yang akan aku pikirkan sebelum dia pulang? Tadi siang dia membawa kue tart. Bu Eva ulang tahun dan malam ini dia belum kembali. Mereka pasti merayakannya di apartemen.

Aku terisak tidak bisa membayangkan jika mereka melakukan hal lebih di kamar kami. Aku masih ingat Pak Mario sangat menyukai wanita dewasa yang berpengalaman.

Tidak sepertiku, yang hanya tahu materi tanpa teori. Jelas sekali aku kalah. Bu Eva tidak perlu berjuang karena tanpa dia berjuang cinta Pak Mario memang untuknya.

***

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Maliqa Effendy

Maliqa Effendy

males ah sm Salsa..cengeng,lemah....maaf ya..saya lewatin ..🙏🙏🙏

2023-01-19

0

Ida Blado

Ida Blado

terlalu bodoh dgn perasaanya sendiri,inilah yg gk aq suka dgn karakter cewek yg menye2 bisanya nangis doang

2021-06-21

4

Engkoy Tea

Engkoy Tea

kenapa gk jujur aja sih minta cerai aja sebelum terlamabat

2021-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!