SGD-09

#Suamiku_Guru_Dingin

#SGD_09

Kamu akan mengerti sakitnya cinta, ketika hati telah membeku.

.

Mario POV

Aku tidak berkomunikasi dengan Salsa kecuali hal penting. Sejak semalam dia mengatakan kedekatannya dengan Zerka. Dia memang sangat hebat dalam merangkai kata.

Semua perkataannya membual. Apakah dia tidak punya harga diri? Sudah bersuami malah dekat dengan pria lain. Dia tidak menghargaiku sebagai suaminya.

Aku menatap gelang yang kupegang. Benda yang menarik perhatianku saat ke mall bersama Bu Eva. Berniat memberikan kepada Salsa, tetapi semua sudah sirna.

Bahkan aku membawanya ke rumah orang tuaku dengan terpaksa karena dia pernah mengatakan takut dengan hantu. Di apartemenku Bu Eva pernah melihat hantu. Khawatir apabila aku di luar dan dia sendirian di apartemen melihat penampakan.

Sejujurnya aku masih ragu dengan keberadaan makhluk gaib di apartemenku. Selama tinggal di sana tidak sekali pun melihatnya dan aku percaya Bu Eva tidak akan berbohong.

Drttttt ....

From Salsa

[Assalamualaikum, Pak. Saya izin keluar hari ini. Nanti saya pulang bersama Sakina dan Afiah.]

[Ya.]

Banyak pertanyaan mengganjal di kepalaku. Melihat tatapan kecewa Salsa saat aku ke ruangan Bu Eva mengantar kue tart. Bu Novi menitip untuk diberikan Bu Eva yang ternyata memesan kue untuk sepupunya.

Dan, dia menjadi acuh setelah aku pergi dari rumah. Padahal, aku keluar untuk mengambil bukunya di apartemen dan berkas-berkasku. Malam itu juga aku bertemu dengan teman lamaku hingga kami berada di restoran untuk nostalgia.

“Wanita kamus terumit yang pernah ada,” gumamku.

***

Pulang sekolah, aku segera ke parkiran. Di kridor aku melihat di depanku punggung wanita yang aku kenali. Salsa bersama Zerka.

Mereka mungkin tidak menyadari keberadaanku. Rupanya mereka memang dekat. Zerka merangkul Salsa. Dia menyentuh muhrimku.

“Pak Mario,” panggil Bu Eva.

“Iya.”

Dia cantik dengan blaser hitam dipadukan dengan warna cream. Rambutnya ia gerai. Kulitnya bak polesan. Kesempurnaan yang hanya bisa kukagumi.

“Pak Mario kita jalan, yuk. Sebelum kita mengadakan perkemahan untuk anak-anak. Nanggung banget minggu depan camping, tetapi gak ada persiapan apa pun.” Dia memasang wajah memelas.

“Ya. Saya juga mau beli beberapa kebutuhan saya.”

Kami berdua berjalan ke pakiran. Tidak sengaja beradu pandang dengan Salsa. Aku mengabaikannya dan masuk ke dalam mobilku bersama Bu Eva.

***

Salsa POV

“Kak Zerka, lepas!” Aku meronta dilepaskan. Saat berjalan di kridor tiba-tiba Kak Zerka datang dan merecokiku.

Saat aku meminta dilepaskan dia malah merangkulku kuat dan memaksaku ikut dengannya. Pria ini menyebelkan sekali.

Aku yang meronta mendadak mematung saat mataku tidak sengaja menatap mata elang yang menatapku dingin. Hatiku kembali patah. Dia bersama wanita yang melempar senyum penuh kemengan padaku.

Sakitnya mengharapkanmu—berjunga tanpa arti. Sebab, cinta punya rumahnya untuk kembali. Dan, aku bukan rumah yang kamu pilih untuk pulang. Melaikan dia yang mencoba merebutmu dariku.

Bodoh, sangat bodoh. Berulang kali mengingatkan diri untuk acuh dan berulang kali menahan hati untuk memicintaimu, nyatanya aku kalah. Perasaanku terlalu besar untukmu.

Awalnya kamu asing, terasa sangat asing. Sebelum ikatan pernikahan membuatmu seperti buku yang kubaca. Mulai memahami dan ternyata aku lupa kamu buku yang punya bab-bab lain. Berakhir tanpa tahu selanjutnya tentang siapa.

“Di mana rokok gua?” tanya Kak Zerka membuyarka lamunanku. Dia menarikku untuk sadar.

“Aku sudah membuangnya,” jawabku acuh.

“Jangan bercanda. Di sana ada memori dan juga barang penting untuk gua.” Matanya menatapku tajam. Aku mengangkat dagu tinggi-tinggi.

“Kak Zerka yang terhormat. Kalau itu penting buat Kakak sebaiknya lupakan. Rokoknya sudah aku buang.”

Kak Zerka menjadi sasaran emosiku. Aku berlari meninggalkannya dan betapa malunya aku saat dia berhasil menangkapku. Ucapannya membuat kulit wajahku berubah semerah tomat.

“Pantas lo emosinya gak stabil. Lo bocor.” Dia membuka jaketnya dan mengingat di pinggangku.

“Gua tunggu lo di taman dekat Cafe Cosa. Jangan lupa bawa rokok gua.”

Dia pergi dan tidak sadarkah dia posisinya sangat dekat saat mengikat jaketnya di pinggangku.

“Andai Pak Mario bisa semanis Kak Zerka,” batinku.

***

Aku di antar pulang oleh Sakina. Sesampai di rumah mertuaku, aku mengucapkan salam, “Assalamualaikum.”

“Wa’alaikumsalam.” Mertuaku menyambut kedatanganku.

“Kamu ganti baju dan turun makan, Nak.” Mertuaku memang baik sekali.

“Iya, Ma.” ujarku. Aku berjalan ke kamar Pak Mario.

Di dalam kamar Pak Mario baru selesai mandi. Harum sabun yang ia pakai menguar. Membuat otakku mendadak dipenuhi bulan gosong. Tak bisa dipungkiri otak lebih mudah mencerna yang iya-iya.

Namun, materi itu sama sekali tidak berguna untukku. Pak Mario butuh yang berpengalaman. Selalu lesu ketika mengingat semua itu.

Aku ke kamar mandi dan merendam diri. Butuh rilex karena otak dan hatiku teramat lelah. Berharap air mampu mengusir semua perasaan lelahku.

Jika ada hari yang Tuhan berikan untukku bisa mengabulkan permintaanku. Aku akan meminta dia menatapku tanpa ada orang lain. Cintanya terlalu tinggi untuk kuraih. Keinginan sederhana saja terasa sulit.

Aku membilas tubuhku dengan air bersih. Lalu, memakai piamaku. Tubuhku lemas sekali karena datang bulan.

“Kamu tidak mau ikut turun makan?” tanya Pak Mario.

“Pak Mario makan saja. Aku tidak bisa ikut makan.” Aku berbaring berharap perutku yang terasa dililit redah.

“Shhh, kenapa sakit sekali?” ringisku.

“Kamu butuh sesuatu?” tanya Pak Mario membuat kelopak mataku terbuka. Kukira dia keluar, ternyata dia mendekat.

“Ak—saya tidak membutuhkan apa-apa, Pak.”

Aku tidak membutuhkan apa-apa karena aku takut bergantung kepadamu. Mandiriku hilang karena nyaman menjadi seorang yang dimanja. Namun, kita berbeda—kamu bisa hilang tanpa kabar atau kata pamit suatu hari nanti. Menyisakan aku yang akan merawat luka.

Dia menatapku cukup lama. Lalu, beranjak masuk ke dalam ruang kerjanya. Lelehan kristal bening melewati pelupuk mataku.

“Aku lebih dari sekedar butuh. Aku sekarat Mario.”

***

Bersambung ....

Terpopuler

Comments

Ida Blado

Ida Blado

ini novel lbh banyak narasinya di banding dialog percakapannya

2021-06-21

3

Engkoy Tea

Engkoy Tea

kenapa salsa gk terusterang aja sih

2021-04-11

0

Engkoy Tea

Engkoy Tea

kenapa salsa gk terusterang aja sih

2021-04-11

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!