Kuterima Pinanganmu Dengan Bismillah
Hari ini aku pulang kerja lebih awal karna mau ikut kajian di salah satu majlis kajian. Kebetulan teman akrabku semasa SMA dulu mengajakku ikut kajian untuk menambah pengetahuan agama kami.
Nina Saraswati, teman akrabku semasa SMA dulu. Kami berteman akrab sejak kelas 2 SMA, sampai sekarang pun hubungan kami masih tetap baik dan langgeng. Nina gadis manis, baik dan ceria. Dia selalu mengajakku mengikuti kegiatan-kegiatan positif untuk mengisi waktu luang kami.
Hari ini dia mengajakku ikut ke majlis kajian tempat dia mengkaji ilmu agama. Sejak mengikuti kegiatan di majlis itu, Nina sudah mantap berhijab. Lihat saja sekarang, dengan balutan baju gamis bercorak bunga tulip sederhana dan hijab hitam yang menutup kepalanya, Nina terlihat manis dan anggun.
"Kita mau belajar apa sih Nin?" tanyaku pada Nina.
"Tenang aja kita bukan disuruh baca al qur'an satu-satu kok, cuma dengar aja beberapa orang yang baca maulid dan qasidah. Insya Allah lo bakal menemukan ketenangan yang belum pernah lo rasakan sebelumnya," jawab Nina.
"Heummm gitu ya? Oke deh kalau begitu, siapa tahu gue bakal ketularan pakai hijab kaya lo hehehe," jawabku sambil tertawa pelan.
Nina pun menjawabnya dengan semangat sambil mengusap wajahnya dengan kedua telapak tangannya.
"Aamiin aamiin ya Robbal'alamiin. Udah yuk ah kita berangkat ntar keburu kesorean!"
"Oke, ayo!" jawabku sambil ku tarik lengan Nina dengan pelan.
"Kenapa jadi lo yang semangat gini? Jadi kaya lo yang ajak gue."
" Hahaha ... " jawabku hanya dengan tertawa.
Setibanya di majlis ilmu yang Nina maksud, kami langsung mencari tempat duduk di deretan jama'ah perempuan, karna tempat duduk antara jama'ah laki-laki dan perempuan di pisah tidak di satukan.
Aku lihat di sekelilingku, semua jama'ah perempuan memakai baju gamis dan hijab di kepala. Sedang jama'ah laki-laki memakai baju koko putih, ada juga yang berwarna lain dengan kopiah di kepala mereka.
"Heummm masjlis ini sangat wangi, entah wangi apa ini, seperti aroma therapy," bisikku dalam hati, sambil ku lihat ada salah satu jama'ah laki-laki membawa semacam tungku kecil dengan asap yang mengepul dan mengeluarkan aroma wangi yang terasa enak di penciumanku.
Tiba-tiba Nina sedikit berbisik padaku, "itu namanya gahru!" aku tekejut, Nina seperti tahu apa yang sedang aku pikirkan. Aku pun menganggukan kepala tanda mengerti, padahal baru hari ini aku tahu seperti apa itu gahru.
Tidak beberapa lama muncul lah seorang laki laki tinggi dan gagah. Laki-laki itu terlihat tampan dengan wajahnya yang cerah, dengan balutan baju koko putih bersih panjang hingga sampai ke atas mata kaki.
Aku sempat tertegun melihat laki-laki itu, wajahnya tenang dengan tatapan mata yang teduh. Tiba-tiba Nina menyenggol bahuku dengan bahunya.
"Itu Ustadz Ahmad Subhani, beliau pemilik majlis ini sekaligus pengajar disini," bisik Nina padaku.
"Oh, jadi beliau itu guru lo Nin, yang suka lu ceritain itu?" jawabku sambil berbisik ke telinga Nina.
"Iya!"
Ustadz Ahmad Subhani, beliau adalah orang yang selalu diceritakan Nina padaku. Menurutnya dia menemukan ketenangan sejak ikut kajian di majlis ustadz Ahmad Subhani. Lebih nyaman dan tenang menjalani hari-hari, nggak gampang baper seperti dulu, waktu zaman SMA apalagi kalau habis putus cinta.
Lantunan maulid Nabi Saw pun mulai di perdengarkan berselingan dengan qasidah-qasidah. Sungguh pendengaran yang baru aku dengar setelah bertahun-tahun aku hidup.
Maaf jika penggambarannya sedikit berlebihan, tapi memang benar. Belum pernah aku temukan majlis kajian seperti ini sebelumnya.
Tanpa terasa ada butiran-butiran air hangat yang jatuh ke pipi saat aku dengar lantunan qasidah,
Yaa thoybah, yaa thoybah
yaa dawal 'ayaana
isytaqnaalik
wal hawa nadaana
wal hawa nadaana
"Oh, Tuhan. Perasaan apakah ini? Mengapa aku sesedih ini mendengar lantunan qasidah itu?" tanyaku lirih didalam hati, setelah aku pejamkan mata sambil meresapi tiap lirik qasidah tersebut.
"Sungguh tak pernah aku rasakan sebelumnya, sedih dan dan rindu bercampur jadi satu. Semoga saja, ini adalah awal dari cahaya hidayah-Nya agar aku bisa jadi manusia yang lebih baik lagi." Harapku dalam hati.
Setelah selesai pembacaan maulid dan qasidah. Ustadz Ahmad pun memberi sedikit kajian, salah satu perkataan Beliau yang aku ingat dan aku kutip dalam hati.
ilmu agama yang paling tinggi itu adalah budi pekerti yang baik, maka kita harus berusaha memiliki itu dan menerapkan dalam kehidupan sehari-hari dengan memohon pertolongan Allah ta'ala tentunya.
Setelah Ustadz Ahmad memberikan sedikit tausiyah. Selanjutkan kami disuguhkan nasi uduk dengan ayam goreng sebagai lauknya.
Di nampan, nasi di sajikan lalu kami menyantap makanan itu bersama-sama. Satu nampan cukup untuk empat orang. Aku pun memakannya langsung dengan tangan kanan seperti yang lainnya.
Sambil makan kami disuguhkan dengan alunan qasidah yang merdu menambah nikmat makanan yang kami makan.
Beberapa jama'ah membagikan air mineral gelas secara estapet. Aku menerima air mineral itu dan segera meminumnya.
Selesai makan, jama'ah satu persatu bersalaman dengan ustadz Ahmad untuk pamit pulang, kecuali jama'ah perempuan karna Ustadz Ahmad tidak bersalaman dengan yang bukan mahromnya.
Kami jama'ah perempuan hanya berpamitan dari jauh. Ustadz Ahmad hanya tersenyum.
"Hati-hati di jalan!" jawab Ustadz Ahmad.
Aku dan Nina pun segera bergegas meninggalkan majlis. Tak lupa kami bersalam-salaman dengan jama'ah perempuan yang lain. Semua orang baru bagiku, tidak ada yang aku kenal kecuali Nina.
Sesampainya di depan majlis, kami menepi mencari bajaj yang kosong untuk mengantar kami pulang.
"Alhamdulillah akhirnya dapat bajaj juga!" Seru Nina.
"Iya, alhamdulillah," jawabku sambil melihat jam tangan yang melekat di lengan kiriku, yang sudah menunjukan pukul setengah sepuluh malam.
"Wow sudah hampir jam sepuluh Nin," ucapku pada Nina.
"Ah, masih setengah jam lagi, tenang aja masih rame," jawab Nina.
"Bukan masalah rame atau nggaknya, masalahnya gue udah di kunciin pintu jam segini."
Nina mentapku dalam, "Tinggal minta bukain, gitu aja kok repot. Udah yuk ah, naik bajajnya ntar keburu di rebut orang!"
"Pacar kaliii di rebut," jawabku pada Nina.
" Hehehe ... " Nina hanya tertawa mendengar celotehku.
Kami pun segera masuk ke dalam bajaj.
"Bang, ke jalan swadaya 2 ya!" pintaku pada Abang bajaj.
"Baik Neng!" jawab tukang bajaj dan bajaj pun melaju dengan cepat meninggalkan kerumunan orang-orang yang hendak pulang ke rumah masing-masing.
**Semoga suka ya karna ini cerita pertamaku, jangan lupa like dan comentnya Kakak, Vote apalagi hehehe ....
terimakasih :)
..
.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
hanakirey
aku mampir .. semangat ya thor.. alur ceritanya bagus banget ...
2021-08-18
1
Rasinar Yohana
maaf baru mampir kaka aku datang bawa boom like smngt terus 😘
2021-07-18
0
AyuKidung
Syuka😍
2021-01-24
2