Flash Back :
Baru saja aku tiba di dalam kelas, sudah kutemukan sepucuk surat berada di kolong mejaku, entah dari siapa itu. Aku buka surat itu perlahan, kemudian ku baca dalam hati.
Kemarin, hatiku dirundung pilu
karna tak membawa senyummu ke rumahku
hari ini, jiwaku merasakan bahagia
karna melihatmu sudah ada didepan mata
Ramdani Prasetyo
Aku kaget ketika mataku tertuju pada nama yang ada di surat itu. Dani nama panggilannya. "Seorang Dani yang pendiam bisa menulis puisi seindah ini, dan yang lebih mengagetkan kenapa dia menulis ini untukku? Apa mungkin dia salah meja? Seharusnya bukan aku si penerima surat ini," tanyaku dalam hati dan terus saja menerka-nerka.
Tapi memang sejak dua hari kemarin aku tidak masuk sekolah karna sedang kurang enak badan, sedikit demam dan flu. Tapi sudahlah, aku bisa tanyakan nanti pas jam istirahat karna ini sudah 5 menit lagi bel masuk sekolah akan berbunyi.
"Selamat pagi anak- anak!" Tak berapa lama, Pak Chairul guru matematika masuk ke kelasku dan langsung menyapa para siswa yang sedari tadi sudah duduk rapih dengan buku tugas masing-masing.
Para Siswa pun menyambut Pak Chairul dengan semangatnya.
"Pagi pak!"
"Sekarang kumpulkan tugas yang kemarin Bapak kasih, lalu keluarkan buku cetak Matematika kalian buka halaman Delapan puluh empat." Pak Chairul memberi perintah kepada para siswa, siswa pun segera melaksanakan perintah Pak Chairul. Satu persatu para siswa maju ke meja guru untuk menaruh buku tugas dan yang yang lain yang sudah mengumpulkan, membuka buku cetak matematika mencari halaman yang tadi Pak Chairul perintahkan untuk dibuka.
Tepat jam sebelas siang, bel istirahat berbunyi. Para siswa senang bukan main karna sudah empat jam belajar di kelas. Kini saatnya mengisi perut untuk menambah tenaga karna sudah dilanda kelaparan lagi , badan pun jadi lemas kembali walau tadi pagi sudah sarapan dirumah. Mungkin ada juga yang belum sarapan apa-apa.
Aku lihat Dani duduk sendiri di meja kantin sedang menikmati jus mangga. Aku beranikan diri menghampirinya untuk menanyakan sepucuk surat yang ada di kolong mejaku.
"Ehemmm maaf mengganggu!" Dani kaget begitu melihatku.
"Eh, nggak kok! Ada apa ya?"
Aku keluarkan sepucuk kertas dari kantong bajuku lalu kuserahkan kepada Dani.
"Gue cuma mau balikin ini! Gue temuin ini di kolong meja gue, mungkin lo salah meja."
Dani kaget sekali lagi, begitu aku menyerahkan surat itu.
"Eh, ituuu. Akuuu, nggak kok! Nggak salah, memang itu buat kamu."
Dahiku sedikit berkerut, seperti orang bingung begitu Dani bilang kalau surat ini buat aku.
"Kalau boleh tau kenapa elo kasih ini buat gue?" Dani diam begitu mendengar pertanyaanku, seperti sedang menyusun kata-kata dalam pikirannya. Kemudian dia mencoba untuk menjelaskan.
"Eummmm sebenarnya, aku suka sama kamu."
"Apaaa...!" Aku jawab dengan spontan, sampai-sampai para siswa yang berada tidak jauh dari kami, menoleh ke arahku.
Aku seperti tertuduh kasus pencurian sekarang, mereka melihatku dengan wajah penasaran. Aku coba tersenyum kepada mereka laku kupelankan suaraku.
Setelah menarik nafas panjang. Aku coba bertanya kepada Dani, "Kenapa elo suka sama gue? Masih banyak cewek cakep dikelas kita."
Dani tersenyum padaku lalu menjawab pertanyaanku.
"Karna cuma kamu yang unik dan beda dari cewek-cewek lain di kelas kita."
Dahiku berkerut lagi mendengar jawaban Dani.
"Bedanya dimana? Kan sama-sama cewek?"
"Bedanya di sini!" jawab Dani sambil menempelkan telapak tangan kanan di dadanya.
"Kita nggak bisa mengatur hati kita untuk suka dengan siapa? Hati akan menemukan sendiri ke hati yang mana dia akan berlabuh."
Mendengar jawaban Dani rasanya jantungku mau copot, detak jantungnya pun jadi tak karuan. Baru sekali ini ada cowok seromantis Dani menyukai aku sedalam ini.
"Sejak kapan elo suka sama gue?" tanyaku pada Dani yang langsung di jawab Dani dengan polosnya. "Sejak kelas satu."
Aku kaget mendengar jawaban Dani, hampir saja mataku melotot seperti orang yang abis lihat uang satu koper. Jadi selama itu dia memendam perasaannya padaku.
"Jadi selama dua tahun, lo pendam perasaan itu buat gue?" Dani hanya menganggukan kepala untuk menjawab pertanyaanku.
"Dan selama dua tahun ini, lo ga pernah buka hati lo untuk cewek mana pun hanya untuk suka sama gue?"
"Iya!" jawab Dani diiringi dengan senyumnya yang manis.
"Lo ini gila atau apa? Bisa selama itu pendam perasaan, padahal banyak yang suka sama elo."
"Iya. Aku memang gila! Gila karna suka sama kamu."
Dani mencoba meyakinkan aku kalau perasaannya benar-benar tulus.
Hampir saja jantungku mau copot lagi mendengar jawaban Dani kalau bukan karna diselamatkan oleh bel sekolah pertanda jam istirahat sudah selesai.
Para siswa berlari masuk ke kelas masing-masing. Baru saja aku mau melangkah pergi tiba-tiba Dani memanggil namaku.
"Wirda, pulang sekolah aku tunggu jawaban dari kamu."
Mendengar permintaan Dani suara detak jantungku tambah tidak karuan. Aku menoleh ke arah Dani, menarik nafas panjang dan memaksakan bibirku untuk tersenyum.
Seketika wajah Dani terlihat cerah kembali setelah melihat aku tersenyum. Dia pun membalas senyumanku.
Aku langsung pergi meninggalkan kantin untuk kembali ke kelas, disusul oleh Dani yang juga berlari agar segera sampai ke kelas.
Di dalam kelas Dani mencuri-curi pandang untuk melihatku. Aku tahu sedang di perhatikan oleh dia, aku berpura-pura membuka buku pelajaran yang tidak kubaca sama sekali, karna masih memikirkan perkataan Dani saat di kantin tadi.
"Apa iya, Dani beneran suka sama gue? Apa sedalam itu perasaan dia buat gue? masa sih?! Terus gue mesti jawab apa nanti pas pulang sekolah?" Pertanyaan itu terus mengitari pikiranku.
"Anak-anak, buka buku bahasa indonesia kalian. Cari halaman tujuh puluh dua, kerjakan pilihan ganda dan essaynya ya. Di kumpulkan hari ini juga!"
Suara Bu Irma mengagetkanku. Tanpa aku sadari, ternyata Bu Irma guru Bahasa Indonesia, sudah duduk di bangkunya, segera saja aku buka buku bahasa indonesiaku dan mengerjakan tugas yang di berikan oleh Bu Irma tadi.
Bel sekolah berbunyi tepat dipukul satu siang.
para siswa merapikan buku bersiap-siap untuk pulang. Rully ketua kelas di kelasku memimpin doa sebelum kami pulang.
"Berdoa, mulai!" para siswa berdoa di dalam hati menurut kepercayaannya masing-masing.
"Berdiri, memberi salam!"
Para siswa pun berdiri dan mengucapkan salam kepada Bu Guru Irma.
"Assalamu'alaikum warohmatullohi wabarokaatuh."
"Wa'alaikum salam warrohmatullohi wabarokaatuh." jawab Bu Irma.
Siswa berhamburan keluar kelas, pulang ke rumah masing-masing. Tiba -tiba Dani memanggilku "Wirda, tunggu sebentar!"
Aku menoleh ke arah Dani, jantungku jadi deg-deg-an lagi.
"Duh, Gue mesti jawab apa nih!", gumamku dalam hati.
Aku berhenti, menunggu Dani yang sedang menghampiriku.
"Kita duduk dulu disitu sebentar ya!" Ajak Dani sambil menunjuk bangku di depan lapangan sekolah. Aku berjalan mengikuti Dani.
Dani memulai percakapan dengan sebuah pertanyaan.
"Jadi apa jawaban kamu?"
Aku mencoba menarik nafas panjang lalu menjawab pertanyaan Dani.
"Hhhhhh maaf sebelumnya Dani, gue nggak bisa terima elo. Terlalu dini bagi gue untuk memulai hubungan dengan laki-laki, karna kita masih sekolah. Gue belum tertarik untuk pacaran, gue pengen fokus sekolah dulu, apalagi sebentar lagi ujian, gue nggak mau konsentrasi gue pecah karna pacaran, sekali lagi gue minta maaf!"
Dani tersenyum mendengar jawabanku.
"Aku makin kagum sama kamu, nggak apa-apa aku nggak marah kok. Itu hak kamu, setiap orang punya caranya sendiri untuk menjalani masa-masa sekolahnya dan kamu, kamu lebih memilih fokus sekolah tanpa di selingi dengan pacaran. Aku kagum dengan pemikiranmu, aku malah senang dengar jawaban kamu. Ternyata aku nggak salah memberikan rasa suka aku buat kamu."
Aku kaget mendengar tanggapan Dani setelah mendengar jawabanku.
"Oke. Gue udah kasih jawaban yang lo mau. Sekarang lo bisa fokus belajar lagi, dan gue mau pulang. Udah lah, nggak usah pikirin pacaran-pacaran dulu, masih terlalu dini buat kita yang masih status pelajar bilang suka, cinta atau apalah itu. Sayang waktu kita akan terbuang sia-sia untuk memikirkan perasaan yang kita punya untuk orang, tapi belum tentu bakal nikah sama kita nanti. Mending fokus belajar dan kejar cita-cita."
Aku coba meyakinkan Dani agar dia bisa melupakan perasaannya padaku, dan fokus belajar lagi.
Dani kembali tersenyum padaku dan menatapku dalam.
"Duh, lama-lama gue bisa suka juga nih sama dia kalau terus merhatiin tatapannya, mending gue buru-buru cabut dari sini."
Aku berkata-kata sendiri didalam hati.
"Udah ya Dan, gue balik duluan! Kasian nyokap gue,ntar nungguin gue."
"Oh, iya. Maaf ya aku jadi menahan kamu disini." jawab Dani dengan nada penyesalan karna udah membuatku jadi terlambat pulang ke rumah.
"Santaiiii, nggak apa-apa kok!" jawabku, kemudian langsung pergi meninggalkan Dani yang terus saja menatapku walau aku sudah pergi jauh dari hadapannya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Radin Zakiyah Musbich
Ceritanya seru kak 👍👍👍
ijin promo ya 🐞🐞🐞
jgn lupa baca novel dg judul "HITAM"
kisah tentang pernikahan yg tak diinginkan,
jangan lupa tinggalkan like and comment 🐞🐞🐞🙏
2021-01-04
1
Zia Azizah
yuhuuuu KYT dsni lagi🤭
2020-10-13
0
❤️YennyAzzahra🍒
Hadirrr kakkk.
jgn lupa hadir kembalii yaa
2020-10-13
1