Aku bangun dari tempat tidur dengan malasnya, karna masih mengantuk. Sehabis sholat shubuh tadi aku masih mengatuk jadi kuputuskan untuk tidur kembali.
"Uaaahhhmm!"
Aku tepuk perlahan mulutku dengan talapak tangan.
Aku lihat ke arah dinding mataku mencari-cari jam dinding yang menempel di dinding kamarku.
Jam dinding menunjukan pukul Delapan pagi. Kebetulan hari ini aku libur kerja karna setiap hari minggu. Mba linda pemilik butik tempat aku bekerja yang menjaga butik itu.
Tiba-tiba terdengar suara ponselku berdering dengan nada dering lagu Dealova milik Once terdengar sayup-sayup.
Kau seperti nyanyian dalam hatiku
yang memanggil rinduku padamu
oo... seperti udara yang ku hela
kau selalu ada ....
kau selalu ada ....
kau selalu ada....
Aku angkat handphoneku dengan gerak yang sedikit malas karna masih mengantuk.
Aku lihat layar di monitor hp tertera sebuah nama "Radin."
"Assalamu'alaikum. Iya, ada apa Adin pagi-pagi begini telpon?" sapaku pada pemilik nama yang tertera di layar ponselku dan langsung dijawab oleh dia.
"Wa'alaikum salam. Hei... Sudah jam berapa ini kamu bilang masih pagi? Hari libur nih kamu nggak kemana-mana?"
"Nggak! Hari libur atau nggak buat pekerja seperti aku, sama saja buat aku Radin. Nggak ada bedanya, karna hari libur buat istirahat. Tidur!"
Terdengar suara tertawa yang tidak begitu keras dari dalam ponselku.
"Hahaha, sudah buruan mandi sana dandan yang rapih kita jalan yuk! akan ku buat hari ini jadi hari libur buat kamu."
"Mau kemana kita Adin? Awas ya kalau cuma ajak aku muter-muter ga jelas."
Radin tertawa lagi mendengar jawabanku.
"Hehehe! Ya nggak lah, aku mau ajak kamu jalan pagi. Ya walau ini sudah kesiangan untuk kita jalan pagi, tapi nggak apalah daripada kamu tidur seharian ntar pipi nya tambah tembem," ledek Radin padaku.
"Huuhh. Oke sebentar ya aku mandi dulu," gerutuku tapi menyetujui ajakan Radin.
"Oke, lima belas menit lagi aku wa ya?"
"Oke!" jawabku.
"Assalamu'alaikum." Radin mengucapkan salam saat ingin menutup telpon,lalu kujawab salamnya dengan ikhlas.
"Wa'alaikum salam Radin."
Aku bangun dari tempat tidur dan mengambil handuk, lalu segera pergi ke kamar mandi. Kurang lebih lima belas menit dikamar mandi. Begitu tiba didalam kamar, ku dengar suara pesan dari ponselku, ternyata pesan wa dari Radin.
Aku buka wa dari Radin.
Radin : " Udah rapih belum, Wirda?"
Aku : "Cepet banget, udah wa aja."
Radin : "Kan tadi sudah aku bilang 15 menit lagi aku wa. "
aku : "O, iya hehehe bentar aku rapih-rapih dulu sebentar."
Radin : "Oke, ini aku udh di ldepan rumah ya."
aku : "Siaap.. 10 menit lagi aku keluar ."
Radin : "Asiaaaap aku akan selalu setia menunggumu Nona [Emoticon senyum]"
aku : "Maksudnya...?? [Emoticon tertawa]"
Radin : "Nggak ada maksud [Emoticon menjulurkan lidah dan mata tertutup sebelah] udh cepetan kelamaan nunggu kamu, aku keburu di lalerin nih."
aku : "Hahahaha jadi kamu belum mandi sampe dilalerin begitu [Emoticon tertawa terbahak-bahak]"
Radin : "E**nak ajaa [Emoticon menjulurkan lidah sambil menutup mata]"
Segera kututup ponselku setelah kubaca balasan wa dari Radin. Aku ambil kaos lengan panjang yang sedikit longgar dan celana kulot warna hitam dari dalam lemariku.
Setelah selesai berpakaian lengkap tak lupa kusisir rapih rambutku yang panjang sebahu lalu ku ikat dengan ikat rambut warna hitam favoritku. Tak lupa pakai sedikit bedak dan semprot minyak wangi aroma bunga sweet alyssum ke bajuku.
"Maaf, nunggu lama ya?" tanyaku pada Radin.
"Ah nggak kok. Udah yuk jalan. Ini pakai helmnya!" jawab Radin sambil menyodorkan helm bogo merk Cargloss semi kulit warna coklat mocca kepadaku.
Aku ambil helm itu setelah ku pakai segera aku duduk di motor Radin. Kebetulan aku pakai celana panjang, jadi bisa duduk dengan posisi menghadap punggung Radin. Tapi tetap berpegangan pada besi dipinggiran jok belakang motor.
"Kita mau kemana sih Adin?"
Radin menjawab pertanyaanku sambil bercanda, "Kemana aja boleeeh Hahaha!"
"Iiihhh sebeeel, ditanya serius juga."
Kucubit pinggang Radin, lalu terdengar ringisan kecil dari mulutnya. Mungkin kesakitan saat ku cubit pinggangnya.
"Adowww. Sakit Wirda!"
"Habisnya sebel! Ditanya serius malah jawab bercanda," jawabku dengan ekspresi muka yang cemberut.
"Iya, iya. maaf, abis kamu banyak tanya sih. Sudah ikut aja. Pokoknya hari ini harus refreshing. Kamu pasti capek banget kerja satu minggu penuh dengan libur hanya sehari, besok mulai kerja lagi. Ya aku juga nggak bisa ajak kamu ke tempat mahal, paling cuma bisa ajak ke taman. Maklum deh cuma anak kuliahan belum punya gaji tetap, hehehe!" Radin coba menjelaskan mengajakku diminggu pagi ini.
"Oh, begitu lagian ngapain sih pake repot-repot. Aku kan juga nggak minta diajak kemana-mana, tidur seharian dirumah saat libur itu udah merupakan refreshing buat aku," aku jawab penjelasan Radin barusan.
"Huuhhh! Dasar jomblo, maunya tidur terus."
Ledek Radin padaku yang langsung saja aku ingatkan statusnya yang juga sama dengan aku.
"Heehh! Nggak sadar apa? Kamu juga jomblo bucin yang nggak bisa move on dari sang mantan Hehehe," balasku sambil tertawa.
"Uppss!"
Langsung kututup mulutku dengan telapak tangan kananku. Kemudian aku minta maaf pada Radin karna keceplosan mengucapkan kata-kata seperti itu.
"Maaf Radin, aku nggak bermaksud menyinggung perasaanmu."
Radin menjawab permohonan maafku
"Sudahlah tidak apa. Kamu bebas berkomentar apapun tentang aku dan dia. Insya Allah aku nggak akan marah, tapi suatu saat aku akan membuktikan padamu bahwa aku bisa move on dari dia. Aku pasti akan menemukan wanita yang lebih baik dari dia."
"Aamiin!" jawabku dalam hati, aku takut jika keluar dari mulutku, Radin akan salah paham. Nanti disangkanya aku ada rasa suka sama dia.
Tibalah kami di sebuah taman yang Radin maksud, segera aku turun dari motor kemudian Radin memarkir motornya di area parkir taman. Kemudian Radin menunjuk sebuah bangku dekat pohon cemara. Ada beberapa pohon bunga matahari juga disitu sehingga taman ini jadi terlihat begitu cerah dan indah.
"Kita duduk disana ya!" Seru Radin, kujawab hanya dengan satu kata "Oke!"
Kami pun berjalan menuju bangku yang di maksud Radin kemudian duduk disitu.
"Wow Ini indah sekali Radin!
Aku seperti baru bangun tidur kemudian langsung melihat surga," ucapku dengan mata berbinar seperti orang yang baru dapat doorprize sepeda motor.
Radin tertawa, "Hahaha lebayy kamu."
"Biarin, weeeee!" balasku sambil menjulurkan lidah seperti anak kecil, lalu kami pun tertawa bersama.
"Hei lihat itu. Sepertinya seru main itu, kita main yuk?!" seru Radin sambil menunjuk ke arah beberapa anak kecil yang sedang bermain layang-layang.
"Iiihh Kaya anak kecil main layang-layang. Kita kan sudah 22 tahun Radin!" jawabku seperti tak rela diajak bermain layang-layang.
"Kamu yang 22 tahun, aku kan baru 21 tahun. Satu tahun lebih muda dari kamu" jawab Radin sambil tersenyu.
"Akh, lagi-lagi lesung pipi itu kelihatan jelas di wajah Radin. Apalagi di tempat terang begini, makin terlihat manis wajahnya, bahkan lebih manis dari teh kotak yang barusan aku minum.
Setelah menyadari kalau daritadi aku memandangi wajah Radin. Langsung saja aku palingkan tatapanku ke arah layang-layang yang sedang diterbangkan anak-anak itu, kemudian aku jawab sindiran Radin tadi yang sedikit membuatku tersinggung.
"Maksud kamu aku lebih tua begitu, dan kamu masih muda (sambil pasang muka cemberut)."
Radin tertawa bahagia mendengar jawabanku."
"Hahahaha, ayo lah teman jangan tersinggung begitu, aku kan hanya bercanda. Eh, tapi kamu kelihatan manis loh kalau lagi ngambek! (Sambil tersenyum)."
"Siapa yang ngambek?!" Jawabku sambil berlalu dari hadapan Radin. Padahal aku hanya ingin menyelamatkan jantungku yang deg degan saat Radin bilang kalau aku manis.
"Kenapa sih kita harus main layang-layang? Malah jadi kaya anak kecil tahu!"
Radin menatapku kemudian menjawab pertanyaanku.
"Heummm siapa bilang layang-layang hanya bisa di mainkan anak kecil. Orang dewasa banyak juga yang senang bermain layang-layang. Terkadang, kita juga harus bersikap seperti anak kecil agar bisa sedikit melupakan lelah dan masalah kita. Karna hati anak kecil selalu senang. Dia hanya memikirkan masa sekarang tidak memikir masa lalu, apalagi masa mendatang. Yang ada hanya masa sekarang!"
"Hemmm begitu ya. Iya juga sih. Ya sudah ayo kita main layang-layang!" jawabku dengan semangat seperti anak kecil yang baru di belikan mainan baru.
"Ayo. Kita kesana dulu beli layang-layangnya!" jawab Radin yang tak kalah semangatnya dari aku, sambil menunjuk pedagang layang-layang dekat anak-anak kecil yang sedang bermain.
Setelah Radin membeli dua buah layang-layang, kemudian dia memberikan satu untukku dan satunya lagi untuk dia. Kami pun berusaha menerbangkan layang-layang itu. Ternyata tidak mudah bermain layang-layang bagiku, sedangkan Radin sudah berhasil menerbangkan layang-layangnya.
Aku masih saja terus berusaha menerbangkan layang-layangku. Radin tertawa melihat aku kesulitan menerbangkan layang-layang, kemudian memanggilku.
"Wirda, Kesini. Pegang layang-layangku mainkan ini saja, biar layang-layangmu aku yang terbangkan!"
Aku menuruti perkataan Radin. Aku pegang tali layang-layang Radin dan menyerahkan layang-layangku kepadanya.
Tak terasa hari semakin siang, setelah puas bermain layang-layang kami pun beranjak meninggalkan taman. Hari ini aku cukup senang dan sedikit melupakan lelahku karna pekerjaan.
"Terimakasih Radin, kau memang sahabatku, selalu ada disaat aku butuh teman untuk berbagi lelah dan kepenatan," gumamku dalam hati.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
hanakirey
kereeeeeen
2021-08-18
1
Radin Zakiyah Musbich
up yg banyak kak... ❤️❤️❤️
ijin promo 😀
jgn lupa mampir di novel dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🎉🎉🎉
kisah cinta beda agama 🍦🍦🍦
jgn lupa tinggalkan jejak ya 🍦🍦🍦
2020-10-18
1
M͠erry
Rapi Tulisannya dan ceritanya juga bagus, Aku suka.. semngat terus nulisnya Thor..
2020-10-15
0