Pagi-pagi sekali aku dan Radin sudah bangun tidur, sudah sholat shubuh juga. Kami sudah berencana ingin pergi jalan-jalan menikmati udara dingin pagi hari, dikota Bandung. Sambil melihat-lihat pemandangan dan sawah yang terhampar luas disini.
Aku sedang siap-siap dikamar Nina. Rupanya Nina sedang mengobrol dengan Radin di temani suami Nina mereka mengobrol di teras depan sedari tadi sehabis sholat shubuh, tanpa aku ketahui.
"Maaf ya Radin, saya langsung aja ya. Boleh saya bertanya? Kamu punya perasaan apa sama Wirda?" Nina memulai pembicaraan dengan sebuah pertanyaan dan langsung di jawab Radin dengan pertanyaan juga.
"Emmmm maksud Kakak bagaimana ya?" Jawab Radin bingung.
"Apa kamu suka sama Wirda?" Nina memperjelas pertanyaannya, membuat Radin salah tingkah, tapi dia tetap mencoba untuk menjawabnya.
"Eummm Ituuu Mmmmm Iii-iya kak aku memang suka sama Wirda," jawab Radin terbata-bata.
"Kenapa kamu nggak mau mengungkapkan perasaan kamu ke dia?"
"Karna dia sudah di lamar oleh teman SMA nya dulu," jawab Radin.
"Dani maksudmu?" Tebak Nina.
"Iya kak."
"Dani memang menyukai Wirda sedari SMA tapi Wirda tidak pernah membalas perasaan Dani, karna dia ingin fokus belajar nggak mau pacaran dulu. Bahkan sampai sekarang pun Wirda tidak bisa menyukai Dani, walau dia sudah menerima lamaran Dani."
Nina menjelaskan semuanya kepada Radin.
Radin kaget mendengar penjelasan Nina, tapi ada kebahagiaan yang terlihat jelas di wajahnya begitu mendengar penjelasan Nina.
"Jadi Wirda tidak pernah mencintai Dani?"
Tanya Radin pada Nina, untuk meyakinkan hatinya
"Nggak. Dia itu cintanya sama kamu, Radin. Sebagai sahabat saya minta tolong sama kamu, tolong jaga dia, perjuangkan cinta kamu, karna saya tahu kamu juga mencintai Wirda, jangan sampai Wirda tidak menemukan kebahagiaannya bersama laki-laki yang tidak dia cintai." Nina menjelaskan kepada Radin dan meminta Radin memperjuangkan perasaannya.
"Baik kak, insya Allah aku akan jaga dia, dan secepatnya aku akan mengungkapkan perasaanku padanya, aku juga nggak mau dia nggak bahagia karna hidup bersama dengan orang yang tidak dia cintai."
Nina senang mendengar ucapan Radin, sambil berharap dalam hatinya, semoga Wirda dan Radin benar-benar berjodoh.
Nina dan Radin langsung menghentikan obrolan mereka setelah melihat kedatanganku.
"Kamu nggak sarapan dulu?" Nina menawarkan sarapan pagi kepadaku yang di tolak olehku karna takut kesiangan. Aku hanya meminum teh yang di buat Nina beberapa tegukan.
Aku dan Radin berjalan, melihat-lihat pemandangan dan sawah yang terhampar luas, aku benar-benar menikmati pemandangan dan udara dingin di pagi ini.
Tiba-tiba saja, ponsel Wirda berbunyi. Tapi tidak di angkat, karna memang tidak di bawa tertinggal di kamar Nina. Nina mendengar suara ponsel berbunyi dari dalam kamarnya, segera ia angkat ponsel yang berdering itu, rupanya bunyi ponselku yang ketinggalan.
Nina coba angkat telpon itu ternyata dari Dani, mereka pun akhirnya bernostalgia ditelpon karna memang dulu juga pernah satu sekolah dengan Dani.
Dani meminta alamat tinggal Nina, karna ingin menjemput Wirda. Nina memberitahukan alamat rumahnya juga tempat dimana Wirda dan Radin berjalan-jalan menikmati udara pagi di kota Bandung.
Dani segera melajukan mobilnya dengan cepat, rasa rindunya kepadaku yang menyelimuti hatinya sudah begitu menggebu, sehingga tidak bisa lebih lama lagi dia menunggu untuk segera bertemu.
Dani berubah pikiran. Dia tidak jadi menyusul aku ke rumah Nina, melainkan langsung ke tempat aku pergi jalan-jalan bersama Radin, karna Nina sempat memberi tahu dimana aku berada, dia berharap bisa memberikan surprise kepadaku dengan kedatangannya.
Aku dan Radin masih menikmati udara dingin kota Bandung dan pemandangan sawah yang hijau. Kami becanda dan tertawa, kadang berlari kecil berkejar-kejaran, tanpa kami sadari ada sepasang mata yang mengawasi kami dari jarak yang tidak begitu jauh dari tempat kami berada.
Dani memandangiku dan Radin, terkadang Dani memegang dadanya seperti ada sesuatu rasa yang tidak nyaman yang dia rasakan melihat kebahagian kami.
Aku berlari, Radin mengejarku dari belakang, namun tiba-tiba saja Radin memanggilku dengan suara yang tidak begitu keras.
"Wirda, berhenti sebentar aku mau bicara!" Teriak Radin pelan, aku pun langsung berhenti.
"Duh, Radin mau ngomong apa ya? Kenapa gue jadi deg deg an begini," gumamku dalam hati.
"Mau bicara apa?" Tanyaku penasaran.
Radin menghampiriku, berdiri tepat di hadapanku. Dia menatapku dalam, tatapan hangat yang begitu memikat. Warna matanya yang coklat terlihat jelas, bibirnya yang merah muda, kecil dan berbelah seperti ingin mengatakan sesuatu.
Tiba-tiba saja Radin berkata kepadaku.
"Ana uhibbuki fillah."
Rasanya jantungku mau copot mendengar ini keluar dari mulut Radin, kalau saja tidak aku selamatkan dengan tertawaku.
"Ha ha ha ha kamu mau bohongin aku lagi kan?" Ucapku pada Radin yang membuatnya sedikit terkejut mendengar aku mengucapkan itu. Dia diam sebentar seperti ingat kejadian di toko buku tempo hari ketika dia mencoba bercadain aku.
"Yang ini bukan bercanda bahkan di toko buku waktu itu pun aku nggak bercanda, aku mencintaimu karna Allah."
Radin mencoba menjelaskan, bahwa perasaannya tulus kepadaku.
Mendengar apa yang barusan di ucapkan Radin, rasanya aku seperti terbang, tubuhku langsung lentur, jantungku berdetak hebat, bibirku pun kaku jadi kesulitan bicara.
"Kamu ingin aku jawab sekarang?" tanyaku pada Radin dengan nada suara yang sedikit bergetar.
"Iya," jawab Radin tegas.
"Aku juga mencintaimu karna Allah."
Detak jantungku semakin cepat saat aku ucapkan itu. Rasanya, ingin ku tutup wajahku dengan kedua tangan karna malu, dalam seumur hidupku, baru kali ini aku bilang cinta pada seorang laki-laki.
Hampir saja Radin memelukku saat ku ucapkan kata-kata itu padanya, tapi aku langsung melangkah mundur selangkah.
"Maaf, maaf aku lupa." Radin meminta maaf padaku dan langsung aku jawab permohonan maafnya itu.
"Nggak apa-apa, kamu nggak bisa memelukku, karna aku bukan mahromku."
Radin pun langsung menjawab pernyataanku, dia menatapku dalam, tatapan yang teduh membuatku ingin selalu berteduh di situ.
"Dan aku akan segera menjadikanmu mahromku, agar aku bisa memelukmu bahkan lebih dari sekedar pelukan."
Mendengar ucapan Radin, wajahku langsung merah merona seperti tomat merah yang baru matang, malu bercampur senang mendengar ucapan Radin barusan.
Ucapan Radin seperti membiusku membuatku lupa kalau aku sudah menerima lamaran Dani, walaupun belum secara resmi karna aku belum pernah memperkenalkan Dani kepada kedua orangtuaku.
Tanpa kami sadari dari tempat yang tidak begitu jauh dari tempat kami berada, Dani memperhatikan bahkan mendegar dialog-dialog kami barusan, sesekali dia memegang dadanya sambil memejamkan matanya, tanpa dia sadari ada buliran-buliran kecil bening dan hangat keluar dari kelopak matanya.
Rasanya ini seperti mimpi baginya, mimpi di siang hari yang tidak dia ingini, dunia seakan runtuh, badannya lemas, tulang-tulangnya seperti tidak mampu lagi menopang tubuh atletisnya.
Perasaan cinta yang selama ini dia jaga sedari SMA ternyata tidak pernah bisa di balas olehku dengan perasaan yang sama, tapi Dani tidak mau menyalahkan aku atau siapapun karna hati tidak bisa di paksakan untuk mencintai, hati akan menemukan sendiri tempat berlabuhnya.
"Jadi selama ini Wirda tidak pernah mencintaiku? Jadi selama ini dia mencintai sahabatnya sendiri? Bodohnya aku, menyuruh dia menerima cintaku tanpa memikirkan perasaannya, percuma saja dia bersamaku kalau hatinya tidak bahagia, buat apa aku memiliki fiisknya kalau hatinya telah dia berikan untuk orang lain." Ucapan Dani dalam hatinya, terus saja mengitari pikirannya.
Dani pergi meninggalkan dua sejoli yang sedang di mabuk cinta. Setelah menatap keduanya dia pun menjauh, melangkah menghampiri mobilnya kemudian pergi, melajukan mobilnya dengan cepat untuk kembali pulang ke Jakarta.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Ami Khidir
g
2021-06-02
0
Ami Khidir
kasihan Dani udah berjuang tapi gak dapat hahaha
2021-06-02
1
Ami Khidir
jadi baper syeriusss sumpah andaikan aku haha halu
2021-06-02
0