Pagi ini aku berangkat ke butik dengan ojek online. Karena sudah dua hari ini, Radin tidak mengantar atau menjemputku, jangankan antar jemput, menelpon atau chat saja tidak.
Entah kemana perginya laki-laki itu, tiada kabar berita seperti anak hilang yang main nggak pulang-pulang.
Butik sedang ramai pengunjung hari ini, ada sekitar lima belas orang yang datang sedari pagi sampai sore. Mungkin karna aku sedang sibuk melayani para pengunjung, jadi aku tidak terlalu fokus memikirkan Radin yang tiba-tiba menghilang bagai ditelan bumi.
Jam dinding di butik sudah menunjukan pukul Empat sore, sudah saatnya aku pulang. Tiba-tiba saja ponselku berdering tanda pesan whatsapp masuk.
Aku buka ponselku, ternyata chat dari Dani. Dia ingin menjemputku dan aku setujui keinginannya karna kebetulan aku belum pesan ojek online.
Tepat di pukul enam belas lewat dua puluh lima menit. Dani muncul dengan mobil Toyota Fortunernya, dari kejauhan dia sudah tersenyum padaku. Saat aku hampiri, dia lansung menyapaku, "Sudah siap ku antar pulang Nona?"
Aku hanya tersenyum membalas sapaannya.
Setelah Dani membukakan pintu mobil untukku, aku langsung masuk dan duduk di dalam mobil. Kemudian memasang sealtbelt. mobil Dani pun berjalan perlahan meninggalkan pelataran butik kinanti.
"Bagaimana kabarmu?" Dani memulai pembicaraan yang langsung aku jawab dengan suara pelan karna lelah dan mulai mengantuk.
"Alhamdulillah baik, kamu sendiri bagaimana?"
"Alhamdulillah aku juga baik, bahkan sangat baik, apalagi setelah melihat senyummu." jawab Dani dengan nada suara sedikit menggodaku.
Aku hanya tersenyum kemudian tertawa mendengar kata kata Dani.
"Hahaha kamu dari dulu nggak pernah berubah ya senang merayu perempuan dengan kata kata manis."
Dani sedikit terkejut di bilang suka merayu.
"Loh, aku tidak sedang merayu, ini tulus dari hati (**sambil tersenyum)."
"Udah ah, nggak usah nge-gombal," jawabku sambil membalas senyum Dani.
"Kamu dari dulu nggak berubah ya! Nggak suka di beri kata-kata manis, biasanya perempuan itu senang di kasih kata kata manis sama laki laki," ucap Dani coba mengingatkan bagaimana aku dulu.
Aku tertawa, "Hehehe karna aku sudah manis," jawabku sambil tersenyum ke arah Dani.
Dani mentapku hampir tak berkedip. Tatapan yang dalam dan teduh, warna kornea matanya yang coklat mengingatkan aku pada segelas choco float ice, dingin dan manisss.
Aku segera menyadarkan Dani agar tidak terlalu jauh dia berkhayal.
"Hey Bung! Kau mau buat aku celaka?! Setir mobil tapi pandangan ke samping."
Dani terkejut dan langsung beristigfar.
"Astagfirulloh. Maaf, maaf aku nggak bermaksud membuatmu celaka, aku hanyaaa!" belum selesai Dani bicara, langsung saja aku menyelaknya.
"Sudah, sudah! Kamu fokus aja setir mobil, lihat ke depan. Senyumku nggak akan berubah."
Mendengar ucapanku Dani tertawa lepas.
"Hahahaha kamu tuh, dari dulu bisaaa aja!" Dani tersenyum sambil menggeleng-gelengkan kepalanya.
Sekarang Dani fokus menyetir mobil khawatir terjadi sesuatu yang tidak di inginkan, apalagi hari ini cukup ramai orang berkendara karna jam pulang kerja, jadi jalan cukup ramai dan bising.
Tak beberapa lama kemudian, sampai juga di rumahku tapi sengaja aku minta Dani berhentikan mobilnya tidak di depan rumah. a
Aku segera buka sealtbelt, ketika aku hendak buka pintu mobil, tiba-tiba Dani mencegahku, dia mengulurkan tangannya padaku. Aku sedikit bingung apa maksudnya.
"Untuk apa? " tanyaku dengan wajah bingung.
"Kamu nggak mau salim?" Aku tertawa mendengar ucapannya.
"Hehehe apa kamu pikir aku Sarah? yang harus cium tanganmu juga!"
Dani tersenyum, "Kamu memang bukan Sarah anakku, tapi kamu calon ibu dari anak-anakku."
Mendengar ucapan Dani, jantungku langsung berdetak tak karuan. Hampir saja aku lupa kalau aku sudah menerima lamaran Dani.
"Emmmm kita belum resmi menikah, aku belum barhak untuk menyentuhmu."
Dani menatapku penuh kagum. "Ini lah yang membuatku jatuh hati padamu! Dari dulu kamu selalu menjaga diri, bahkan bersentuhan dengan laki laki pun kamu nggak mau."
Aku jawab pernyataan Dani tentang diriku,
"Bukan nggak mau, karna kamu bukan mahromku, lagi pula kalau perempuan banyak bersentuhan dengan laki-laki yang bukan Mahromnya. Kasihan yang jadi suaminya nanti hanya dapat bekas, bekas di sentuh si Anu dan si Anu."
Dani terkejut mendengar penjelasanku, lagi lagi dia menatapku dalam, untung saja aku langsung mengalihkan pandanganku dari tatapannya. Kalau tidak, mungkin saja aku sudah tenggelam.
"Udah ya aku harus pulang, khawatir ibu nunggu!"
"Iii-iya. Salam untuk ibu ya." Dani menjawabku dengan tergagap.
"Insya Allah di sampaikan. Assalamu'alaikum," ucapan salamku pada Dani, tanda perpisahan yang langsung di jawab oleh Dani.
"Wa'alaikum salam." Dani terus menatapku sampai aku keluar dari mobil. Aku terus berjalan menuju pintu rumahku, tanpa menoleh ke belakang. Walau aku tahu Dani masih menatapku sampai aku masuk ke dalam rumah.
Setelah mobil Dani pergi dari pelataran, aku coba mengintip dari jendela ruang tamu. Aku lihat ada sesosok laki-laki berbadan tegap melihat ke arah rumahku, dia mengenakan kaos polo sport lengan pendek berwarna putih, celana levis warna biru dongker dan topi berlambang mercy warna hitam di kepalanya, aku seperti mengenal sosok pria itu. Ya dia Radin.
Jadi sedari tadi dia situ, mungkin kah dia sedang memperhatikan Aku dan Dani tapi kenapa dia hanya berdiri disitu, diam seperti patung, kenapa tidak menghampiri kami. Akh, mungkin dia tidak enak hati.
Aku segera masuk ke dalam kamar. Aku letakkan tas ranselku dimeja kerja, melepas kerudungku lalu aku rebahkan badanku yang begitu lelah karna capek seharian melayani pengunjung dibutik. Pinggangku pun sedikit nyeri mungkin karna kelamaan duduk di mobil tadi, karna lumayan macet saat perjalanan pulang barusan.
Baru saja aku ingin memejamkan mataku tiba-tiba aku teringat Radin. Mungkinkah aku rindu dia? Dia yang biasanya selalu ada di depan rumahku tepat jam tujuh pagi untuk menjemputku, tapi sudah dua hari ini entah kemana dan kenapa tidak lagi mengantar dan menjemputku.
Dia yang selalu membuatku tertawa lepas dengan candaannya, tapi sudah dua hari ini tidak aku rasakan itu.
Mungkinkah aku rindu padanya, padahal baru dua hari nggak ketemu. Pikiranku terus di serbu dengan berbagai kenangan saat bersama-sama dengan Radin.
Setelah menarik nafas panjang aku menengok ke arah meja kerjaku, kulihat ada radio kecil disitu, aku hampiri lalu aku setel radio tersebut, tak lupa aku cari gelombang radio favoritku GEN FM. Baru saja sampai di gelombang radio yang aku maksud, langsung saja terdengar reff lagu Andmesh
"Hanya Rindu" membuat hatiku semakin menggebu....
Ku ingin saat ini, engkau ada di disini
Tertawa bersamaku, seperti dulu lagi
Walau hanya sebentar, Tuhan tolong kabulkanlah
Bukan diri ini tak terima kenyataan
Hati ini hanya rindu,
Ho oh
Hanya rindu
Ho-oh
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Kiki Sulandari
" Hanya Rindu" one of my favorit song from Andmesh..🥰🥰🥰
2020-11-25
1
H-San
Ow, ow, ow
2020-09-15
1
👑~𝙉𝙖𝙣𝙖𝗭𝖊𝖊~💣
lanjut dari sini...ehh...aku dah baca ternyata....sampai sini....
2020-09-08
1