Tentang Pernikahan

Tak terasa ternyata sudah Delapan bulan aku ikut majlis kajian, di tempat Nina menempa ilmu agama.

Banyak hal positif yang aku rasakan sejak aku ikut majlis ilmu ini. Dulu aku yang suka marah-marah jika tidak ketemu barang yang ingin aku pakai, atau mudah sekali tersinggung jika ada orang yang membicarakan dibelakangku. Kini aku jauh lebih tenang dan santai menghadapi itu semua.

Pernah suatu hari aku ingin memakai kaos lengan pendek warna biru yang biasa aku pakai kalau teman mengajakku jalan ke mall.

"Bu, lihat kaos biru yang ada garis garis putihnya nggak?"

"Ada di lemari coba cari saja!" suara ibu terdengar dari arah dapur, karna memang sedang memasak

"Mana? Nggak ada, taruh nya yang bener dong! Biar nggak repot cari-cari begini pas mau di pakai," jawabku dengan wajah cemberut dan tangan yang terusmengeluarkan isi lemar.Maka, berantakanlah semua baju-baju yang ada di dalam lemari.

Jika aku ingat semua kejadian yang sudah berlalu. Betapa malu nya aku pada diri sendiri, terlebih-lebih kepada ibuku yang sering banget aku cemberuti dan kadang sedikit aku omelin karna ke-egoisanku.

Ya Allah, apa aku sudah jadi anak durhaka, karna telah bersikap seperti itu pada ibuku. Semoga selalu ada pintu maafmu untukku juga untuk kedua orang tuaku, dan berilah keselamatan, kesehatan dan ampunan untuk kedua orang tuaku, pintaku pada Allah yang selalu aku panjatkan setiap aku selesai melaksanakan sholat lima waktu.

Sekarang semua terasa berbeda. Jiwaku seperti hidup kembali, dan aku pun seperti baru lahir ke bumi.

Apalagi setelah aku mantap berhijab semakin aku menemukan jati diriku sebagai seorang wanita.

Sudah selayaknya seorang wanita menutup auratnya karna hanya suaminya yang berhak melihat dan memilikinya.

Apalagi setelah aku meresapi Firman Allah S.W.T yang aku dengar di majlis kajian Ustadz Ahmad Subhani, yang bunyinya kurang lebih seperti ini.

Allah SWT berfirman dalam surat An-Nuur ayat 30-31 yang artinya, Sungguh, Allah Maha Mengetahui apa yang mereka perbuat. Dan katakanlah kepada wanita yang beriman : "Agar mereka menjaga pandangannya dan memelihara ***********, dan janganlah menampakkan perhiasannya (auratnya), kecuali yang (biasa) terlihat.

Masya Allah semakin mantap aku berhijab setiap kali aku mendengar Firman Allah ta'ala tersebut.

"Wirda!" suara lembut terdengar sayup mamangil namaku. Aku menoleh ke arah suara itu berasal, ternyata itu Aisyah sahabat karibku.

Aisyah Nurul Hikmah. Dia gadis yang baik, lembut dan penyayang. Selain mempunyai paras yang cantik dan berkulit putih. Aisyah juga mempunyai sikap yang sopan santun kepada semua orang.

Dia sahabat karibku, semenjak sahabat semasa SMA ku Nina,menikah dengan pria baik pilihan kedua orang tuanya. Nina langsung tinggal di bandung dekat dengan rumah mertuanya.

Dua bulan setelah Nina menikah. Aku bertemu dengan Aisyah, perkenalan kami tanpa di sengaja. Aku bertemu Aisyah dimajlis Ustadz Ahmad Subhani yang ternyata Aisyah juga mengikuti kajian ilmu agama disana.

Setelah mengobrol dan saling bertukar nomor telpon. Komunikasi kami semakin intens, sesekali kami bertemu di luar acara kajian ilmu agama.

"Kau sudah datang Aisyah. Mau jalan sekarang?"

"Iya, nanti keburu sore, kita jalan sekarang aja!" jawab Aisyah, lalu kami berjalan bersama menuju jalan raya diseberang rumahku.

Aku menghentikan taksi lalu kami masuk ke dalam taksi "Ke mall Taman Anggrek ya mas!" pintaku pada sopir taksi.

"Baik Mba!" jawab sopir taksi padaku.

Setelah taksi berjalan kurang lebih satu jam perjalanan, karna hari ini memang sangat macet sekali di Jakarta. Akhirnya sampai juga kami ke tempat tujuan.

Kami keluar dari taksi kemudian melangkah menuju ke dalam mall Taman Anggrek. Setelah mendapatkan barang yang ingin kami beli, kami pun memilih menu pizza sebagai makan siang, kami makan pizza sambil mengobrol.

"Bagaimana kelanjutan kamu dengan Dani?" pertanyaan Aisyah mengagetkanku yang sedang asyik menikmati Pizza topping sosis dengan keju di pinggirannya.

"Hmmm, belum aku jawab," ungkapku sambil menikmati kembali pizza yang tadi sempat terhenti dari gigitanku.

Ya, Dani. Dia teman semasa SMA aku dulu, kami pernah sekelas waktu di kelas satu dan kelas tiga.

Kini tiba-tiba dia muncul entah dia dapat nomor whatsappku dari mana. Dari obrolan lewat whatsapp yang berlangsung selama dua bulan dan tiga kali pertemuan.

Dani mencoba memberanikan diri mengungkapkan perasaannya padaku untuk yang kedua kalinya. Sejak di SMA, dia memang menyukaiku tapi aku tidak menaggapi perasaannya karna ingin fokus belajar dan aku memang terlalu cuek dengan laki-laki.

Walau aku punya beberapa teman akrab laki-laki tapi aku belum pernah merasakan suka dengan teman laki-laki apalagi cinta. Rasanya terlalu dini jika harus mencintai seorang laki-laki jika masih berstatus pelajar.

Dani laki-laki yang baik dan berparas lumayan tampan. Bertubuh tinggi dan atletis, dengan kulitnya yang putih, banyak teman wanita di sekolahku dulu suka padanya. Alis tebal dan bibirnya yang tipis berwarna merah muda menambah kesan seksi pada dirinya. Tapi aku belum punya perasaan apa-apa padanya.

"Apa dia mengajak menikah atau hanya sekedar pacaran?" Kembali Asiyah melontarkan pertanyaan padaku, dan langsung aku jawab setelah meneguk lemon tea yang tadi aku pesan.

"Iya dia bilang sih begitu! Mau serius, tapi nggak bisa buru-buru langsung nikah. Karna sedang menunggu surat cerai resmi dari pengadilan."

Kembali Aisyah bertanya, "Lalu kamu mau jawab apa? Maaf aku bukan mau ikut campur terlalu jauh. Aku hanya mau memastikan kalau kamu memilih laki-laki yang tepat dan bisa membahagiakan kamu."

"Iya aku tahu kok Aisyah. Kamu sayang dan peduli sama aku, tapi entahlah Syah. Aku bingung mau jawab apa? Jika aku terima apa aku siap menikah dan langsung memiliki dua orang anak. Apa aku sudah siap jadi ibu sambung untuk anak-anak Dani? Apalagi aku belum punya pengalaman mengurus anak kecil," ucapku sambil memgaduk gelas berisi lemon tea dengan sedotan.

"Sebaiknya kamu sholat istikharah dulu, atau coba berkonsultasi dengan orang yang kamu percaya bisa memberi solusi yang baik untuk urusan ini."

"Iya Syah. Nanti aku coba sholat istikharah meminta petunjuk Allah. Semoga segera di beri jawaban yang terbaik," jawabku yang langsung di aminkan oleh Aisyah,

"Aamiiiin!" udah yuk, kalau sudah selesai makan kita pulang sudah sore juga!" Ajak Aisyah padaku sambil melirik jam tangan Alexander Christy yang melekat di pergelangan tangan kirinya yang sudah menunjukkan pukul lima sore.

Ku jawab dengan anggukan kepala, lalu kami keluar dari outlet pizza hut menuju pintu utama mall Taman Anggrek untuk mencari taksi.

Tak berapa lama muncul taksi blue bird. Segera kami masuk ke dalam taksi memberi tahu alamat tujuan kepada sopir taksi. Taksi pun segera melaju menuju alamat yang barusan kuberi tahu.

Terpopuler

Comments

hanakirey

hanakirey

mantaaaap

2021-08-18

1

Anik Anik

Anik Anik

lanjutan maaf maaf pak rendi

2021-03-20

0

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

crazy up thor....

ijin promo ya 🙏🙏🙏


jgn lupa mampir di novelku dg judul "AMBIVALENSI LOVE" 🍔🍔🍔

kisah cinta beda agama 🥰

jgn lupa tinggalkan jejak ya 🙏☺️

2020-10-20

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!