Curahan Hati

Wirda mengambil ponsel yang tergeletak di meja kerja dekat tempat tidurnya, dia membuka ponselnya, mencari menu Telepon lalu mencari nama Aisyah, kemudian menelponnya, tak berapa lama kemudian di angkat oleh Aisyah.

Aisyah : "Assalamu'alaikum."

Wirda : "Wa'alaikum salam."

Aisyah : "Ada apa Wirda, pagi-pagi sudah telpon?"

Wirda : "Mau telpon aja."

Aisyah : "Beneran cuma mau telpon aja? Apa ada yang mau di ceritain?"

Wirda : "Hehehe... Kamu tau aja, aku mau curhat ."

Aisyah : "Ya tau dong... Memang mau curhat apa?"

Wirda : " Tentang sholat istikharah itu."

Aisyah : "Oh iya, gimana itu sudah dapat petunjuk?"

Wirda : "Sudah!"

Aisyah : " Apa?"

Wirda : "Aku mimpi ketemu Dani, dia datang menemuiku."

Aisyah : "Oh ya, mungkin itu petunjuknya."

Wirda : "Tapi selain Dani ada Radin juga disitu."

Aisyah : " Oh,ya... Diantara keduanya, mana menurutmu yang benar-benar petunjuk Allah."

Wirda : "Entah lah, tapi Radin itu teman akrabku, rasanya tidak mungkin aku dengan dia."

Aisyah : "Orang yang musuhan aja, bisa jadi berjodoh, apalagi yang sahabatan, lebih memungkinkan."

Wirda : "Tapi kan Radin tidak punya perasaan apa-apa sama aku, jadi rasanya tidak mungkin."

Aisyah : " Itu kan menurutmu, kita nggak tahu gimana perasaan Radin yang sebenarnya."

Wirda : "Untuk saat ini pilihannya cuma Dani, karna cuma dia yang melamarku saat ini, sedangkan Radin dia tidak pernah bilang apa apa tentang perasaannya."

Aisyah : "Hmmm.. Ya sudah, kalau kamu memang sudah yakin dengan Dani mungkin memang dia jodohmu, semoga saja memang benar dia laki-laki yang tepat itu."

Wirda : "Iya Syah, Aamiin... Makasih ya, kamu udah mau dengar curhat aku."

Aisyah : "Iya, sama-sama, memang sudah seharusnya seorang teman mau mendengarkan curhat temannya, karna kita nggak bisa hidup sendiri harus saling berbagi walau hanya berbagi cerita."

Wirda : "Makasiiiiih sekali lagi, ya udah ya aku tutup telponya mau siap-siap berangkat kerja." Aisyah : " Iya, hati-hati di jalan ya."

Wirda : " Iya, Assalamu'alaikum."

Aisyah : "Wa'alaikum salam."

Setelah selesai mengobrol dengan Aisyah, aku tutup ponselku, dan segera siap-siap berangkat kerja. Baru sepuluh menit aku siap-siap untuk berangkat kerja, tiba-tiba Radin menelpon memberi kabar kalau dia sudah ada di depan rumahku.

"Lama banget neng," ucap Radin menyapaku.

Aku jawab juga dengan bercanda. "Iya nih bang, maklum daah. Maafin yeee, Abang sampe kepanasan begini nungguin aye."

"Hahahaha!" Radin tertawa mendengar logat bicaraku yang aku buat-buat dengan gaya bahasa betawi. Entah kenapa hatiku begitu bahagia setiap kali melihat Radin tertawa apalagi kalau tertawanya karna mendengar lelucon yang aku buat.

Setelah aku duduk di motor. Radin pun segera menjalankan motornya. Sepanjang perjalanan kami bercanda, tertawa, senang rasanya namun tiba- tiba Radin melontarkan pertanyaan yang membuat suasana jadi hening seketika.

"Kamu sudah sholat istikharah?"

"Sudah!" ku jawab dengan singkat.

"Petunjuk apa yang kamu dapat?" Lagi-lagi Radin mengajukan pertanyaan yang membuatku bingung menjelaskannya, karna ada dia dalam petunjuk yang aku dapat.

"Aku mimpi bertemu Dani, dia datang menghampiriku." Aku jawab pertanyaan Radin, tapi tidak aku ceritakan ada dia di dalam mimpiku.

"Baguslah, kalau kamu sudah dapatkan petunjuknya." jawab Radin dingin dengan nada yang tidak seperti biasanya.

Seketika suasana jadi sunyi seperti di area pemakaman. Sepanjang perjalanan kami hanya diam sampai akhirnya tiba di depan Butik Kinanti .

Radin mulai buka suara, " Maaf ya kalau nanti aku nggak bisa jemput kamu, ada tugas kuliah yang harus aku selesaikan."

"Oh, iya. Nggak apa-apa kok! Aku bisa naik ojek online nanti."

"Oke!" jawab Radin, kemudian dia pergi meninggalkan aku didepan butik. Tidak seperti biasanya, dia selalu tersenyum kepadaku setelah mengantarkan aku sampai ke tempat tujuan, tapi hari ini begitu berbeda, dia hanya menatapku sebentar, kemudian pergi.

Baru setengah jam aku di dalam butik tiba-tiba Dani menelpon mengajak aku untuk bertemu. Aku pun menyetujui ajakan dia, karna aku juga mau memberi jawaban atas lamarannya waktu itu.

Waktu sudah menunjukan pukul lima sore. Aku dan Dani sudah berada di Caffe tempat kami makan steak tempo hari.

"Tadi kamu bilang, kamu sudah punya jawaban untuk lamaran yang aku ajukan. Kalau boleh aku tahu, apa jawabanmu?"

"Heummmm baiklah! Aku terima lamaran kamu, tapi aku punya syarat yang harus kamu penuhi," jawabku dengan bibir sedikit bergetar, saat ku ucapkan menerima lamaran Dani.

"Baiklah, apa syaratnya?" tanya Dani dengan penuh semangat.

"Aku mau kita tidak buru-buru menikah, biarkan aku beradaptasi dulu dengan kedua anakmu, karna aku belum punya pengalaman mengurus anak kecil, dan aku belum tahu apa anak-anakmu bisa menerima aku atau tidak?"

"Baiklah aku setuju. Aku yakin anak-anakku pasti akan menyukaimu," jawab Dani meyakinkan Aku.

"Emmmm semoga saja," jawabku singkat, kemudian aku minum beberapa tegukan jus mangga yang Dani pesankan untukku.

"Besok aku kenalin kamu sama

anak-anakku ya?"

"Iya!" Jawabku menyetujui ajakan Dani, walau hatiku masih mengambang menerima lamaran Dani barusan.

Dani telihat bagitu bahagia karna aku menerima dia, sedangkan aku. Hatiku dingin sedingin es, rasanya tidak ada yang berbeda saat aku masih jomblo atau memiliki pasangan.

Setelah menghabiskan makanan yang barusan kami pesan, kami pun beranjak pergi meninggalkan caffe.

Dani mengantarkan aku pulang, sesampainya di depan rumah Dani hendak turun dari mobilnya tapi ku cegah.

"Sebaiknya kamu nggak usah turun. Aku belum siap memperkenalkan kamu kepada kedua orang tuaku."

"Oh, oke baiklah! Lain waktu saja aku bertemu dengan calon mertuaku," jawab Dani sedikit menggodaku, aku hanya membalasnya dengan senyuman.

Pagi-pagi sekali Dani sudah menjemputku, dia menungguku di tempat yang kebetulan tidak begitu jauh dari rumahku.

Kebetulan hari ini hari minggu, aku dan Dani libur kerja. Dani mengajakku pergi, dia ingin memperkenalkan aku dengan kedua anaknya.

Ketika aku masuk ke dalam mobil Dani, aku seperti melihat Radin dari kaca spion mobil. Dia melihatku dari kejauhan dia duduk di atas sepeda motornya.

Aku hanya bisa menarik nafas panjang melihat pemandangan ini. Melihat Radin mengamatiku dari kejauhan, kenapa rasanya aku tidak menyukai keadaan seperti ini.

Semakin lama mobil Dani semakin jauh, wajah yang aku lihat dari kaca spion pun semakin hilang tidak terlihat lagi.

Dani mempersilahkan aku untuk masuk ke dalam rumahnya. Rumah yang cukup besar ada taman untuk bermain anak-anaknya juga. Aku terus berjalan sampai akhirnya kami tiba di ruang tamu.

Di dalam ruang tamu ternyata sudah ada anak- anak Dani yang sedang menunggu. Seorang anak laki-laki berusia sekitar empat tahun, satu lagi seorang anak perempuan berusia sekitar dua tahun, mereka menghampiriku lalu mencium tanganku.

"Ya Allah, apa mereka benar-benar akan menjadi anak-anakku?", gumamku dalam hati.

"Anak-anak, kenalin ini tante Wirda. Dia teman papa! kalian mau kan main sama tante Wirda?" tanya Dani kepada kedua anaknya.

"Mau, mau dong papa," jawab anak laki-laki Dani sambil memeluk tubuhku yang masih berdiri, kenapa tiba-tiba aku terharu begini, apa mereka sudah lama tidak merasakan kasih sayang seorang ibu.

Aku tersenyum, lalu aku coba membungkukkan badanku sehingga agak sedikit berjongkok, kupegang dagu anak itu dengan ujung jariku sambil ku usap-usap dengan lembut lalu ku tanyakan siapa namanya.

"Siapa nama kamu, beneran kamu mau main sama aku?"

Anak itu pun menjawab, "Mau dong tante, nama aku Adit tante."

Aku tersenyum lalu memegang pundak anak perempuan yang ada di sebelahnya, "Kalau kamu siapa? Kamu juga mau main sama aku?" Anak itu hanya menganggukan kepala tanda setuju tanpa menyebutkan namanya,

Kemudian kakaknya Adit yang menyebutkan namanya, "Namanya Sarah tante."

Aku tersenyum, "Nama yang cantik, sama seperti wajahnya semoga akhlaqmu juga baik ya Nak!" Sambil aku usap-usap kepala anak itu.

Dani tersenyum bahagia melihat perkenalanku dengan anak-anaknya. alu dia mempersilahkan aku untuk duduk di bangku, kemudian meminta asisten rumah tangganya membuatkan teh manis untukku.

Perkenalan yang singkat antara aku dengan anak-anak Dani. Memang hanya sebentar, karna waktu juga semakin sore. Setelah meminum teh yang di suguhkan, dan bermain-main sebentar dengan Adit dan Sarah, aku pun pamit untuk pulang.

Terpopuler

Comments

Radin Zakiyah Musbich

Radin Zakiyah Musbich

Ceritanya seru kak 👍👍👍

ijin promo ya 🍜🍜🍜

jgn lupa baca novel dg judul "HITAM"

kisah tentang pernikahan yg tak diinginkan,

jangan lupa tinggalkan like and commen ☀️☀️☀️

2021-01-07

1

Zia Azizah

Zia Azizah

uwuuuuuu critanya 🥺🥺🥺

2020-10-13

0

❤️YennyAzzahra🍒

❤️YennyAzzahra🍒

Lanjuttt

2020-10-13

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!