Perasaan Yang Sama

Ponselku berdering !

Dari Nina rupanya segera saja aku angkat.

Aku : "Assalamu'alaikum."

Nina : "Wa'alaikum salam."

Aku : "Ninaaa Kangen banget gue, lo jauh banget sih tinggalnya."

Nina : " gue juga kangeeen, lo kapan mau main kesini?"

Aku : "Iya nih, kapan ya?"

Nina : "Gue dengar-dengar sekarang lo sama Dani?"

Aku : "iya!"

Nina : "Akhirnya jadi juga lo sama dia ya."

Aku : "Hehehe tapi belum tentu berjodoh."

Nina : "Iya sih, sepertinya ada sesuatu yang lu sembunyiin ya?"

Aku : "Mmmmm entah, gue ini juga cinta sama Dani atau nggak apa mungkin gue terima dia hanya karna kasian, semuanya masih samar buat gue Nin."

Nina : "Nah, loh. Bisa begitu, sebaiknya lu pikirin lagi untuk nikah sama dia, pastiin lu punya rasa yang sama kaya Dani buat dia jangan sampai menyesal nantinya."

Aku : "Iya Nin."

Nina : Eh, ya udah ya anak-anak gue pada minta makan."

Aku : "Repot ya Nin, punya anak?

Gimana gue nanti ya, nggak tahu bisa apa nggak gue urus anak-anak Dani, pengalaman urus anak kecil aja gue nggak punya."

Nina : "Lo nikah sama Dani buat jadi istrinya bukan jadi baby sitter buat urus anak-anaknya, jadi jangan terlalu di pikirin, lama-lama juga akan terbiasa lo urus anak. Ya udah ya gue tutup telponnya, nanti kita sambung lagi."

Aku : "Okeee!"

Nina : "Assalamu'alaikum."

Aku : "Wa'alaikum salam."

Nina, udah lama juga aku tidak bertemu dia sejak dia tinggal di Bandung, kami jarang komunikasi, entah karna gangguan sinyal

atau memang sama-sama lagi sibuk dengan pekerjaan masing-masing, yang jelas aku kangen banget sama dia.

Sore ini aku janjian sama Radin, kami ingin ke toko buku, kebetulan ini hari minggu. Kami juga sama-sama lagi libur.

Ku intip jendela, Radin sudah ada di depan rumah, segera saja aku aku pamit kepada kedua orangtuaku dan melangkah keluar.

"Udah nunggu lama ya?" tanyaku pada Radin.

"Nggak kok! Aku juga baru aja sampe," jawab Radin.

"Ya udah. Yuk kita jalan sekarang!" pintaku pada Radin, langsung di jawab oleh dia

"Yuk!"

Di belakang Radin, aku cium dalam-dalam wangi parfum Bvlgary Pour Homme Soir yang keluar dari tubuh Radin, membuatku makin merasa nyaman berada di belakangnya.

"Ya Allah, kenapa gue jadi deg-deg an begini, ini juga parfumnya bikin gue berkhayal aja. Hmmmm kalau suatu saat gue bener-bener jadi istrinya Radin, gue pasti bakal cium parfum ini setiap hari dan gue bakal betah berlama-lama dalam pelukan Radin," gumamku dalam hati yang tiba-tiba di sadarkan Radin.

"Astagfirullohal'adziim, aduh Wirda lo pikir apa sih, jadi berkhayal begini, cuma gara-gara parfum," gumamku dalam hati ketika Radin mengingatkan kalau kita sudah sampai tempat tujuan.

"Wirda, kamu tidur? Udah sampe ini!"

"Eh, nggak kok. Aku nggak ketiduran," jawabku dan segera aku turun dari motor. Radin mencari tempat untuk memarkir motornya, lalu mengajakku masuk ke dalam mall karna toko buku yang ingin kami datangi ada di dalam mall.

Tiba di dalam toko buku. Radin segera mencari buku yang dia maksud, sedangkan aku masih melihat-lihat, mungkin saja ada buku yang menarik yang ingin aku baca.

Mataku tertuju pada rak buku berisi buku-buku islami, aku coba melangkah ke arah buku itu berada. Aku lihat, disitu ada satu buku yang menarik perhatianku.

'Ku pinang engkau dengan hamdallah'

Aku raih buku itu, lalu aku mulai membaca pada pendahuluan terus sampai kepada kalimat yang begitu menarik hatiku.

Menyegerakan nikah mendatangkan sakinah, ketentraman jiwa, sedangkan tergesa-gesa justru menjadikan pernikahan tidak barokah, penuh kekecewaan dan kehampaan.

Sesaat aku termenung, mungkinkah aku tergesa-gesa menerima lamaran Dani, sedangkan aku sendiri belum tahu apa aku juga mempunyai perasaan yang sama dengan dia atau tidak. Hatiku terus bertanya-tanya dan memikirkan setelah membaca kalimat itu.

Tiba-tiba Radin datang mengagetkanku.

"kamu lagi baca apa?"

"Eh, nggak. Ini aku lagi baca ini!" jawabku sambil menunjukan buku itu pada Radin.

"Kamu udah pengen di lamar ya?" jawab Radin setelah melihat judul buku itu.

"Setiap perempuan pasti punya keinginan itu kan ?" jawabku.

"Iya, aku pun punya keinginan seperti itu. Suatu saat aku bisa melamar wanita yang aku cintai, tapi sayangnya dia sudah ada yang melamar," jawab Radin sambil menatap mataku.

"Kenapa gue jadi deg-deg-an begini saat Radin bilang begitu ya," bisikku dalam hati.

"Woww! Aku baru tahu kamu sedang mencintai seorang perempuan, dan kamu nggak pernah cerita, memangnya siapa kalau aku boleh tahu? Cie, cieeee lagi jatuh cinta nih yeee!" tanyaku sambil menggoda Radin. Radin pun menjawab dengan spontan sehingga membuat jantungku hampir copot karna begitu kagetnya.

"Kamu!"

"Mak-maksudmu?" jawabku terbata-bata karna menahan detak jantungku yang berlari semakin cepat.

"Tapi bo'ooong ha ha ha ha," jawab Radin sambil tertawa, membuatku agak kecewa setelah ku tahu ternyata dia hanya bercanda.

Aku pukul lengan Radin perlahan tapi cukup membuat dia kesakitan.

"Aduhhhh sakit, kok di pukul sih!"

"Habisnya, kamu bercandain aku terus. Sebeeel!" jawabku sambil pasang muka cemberut.

"Maaf deh maaf. Aku kan cuma bercanda, memang kamu pengennya beneran?" ucap Radin yang aku jawab dengan cubitan kecil di lengannya.

"Iiiihh, bercanda terus nih. Udah ah, yuk. Kamu udah selesai kan? Sekarang kita cari makan, aku laperrrr, aku yang traktir kamu sekarang!"

"Aduhhhh sakit Wirda, tapi beneran nih aku di traktir? He he he he," ucap Radin dengan senang karna tahu mau di traktir.

"Iya, beneran. Aku gajian hari ini, sekarang aku yang traktir kamu," ku jawab untuk meyakinkan Radin.

"Asiiiiikkk!" jawab Radin kegirangan.

Setelah Radin membayar buku yang dia beli, kami menuju Outlet makanan yang kami maksud, setelah sampai aku langsung memesan makanan.

Kami menyantap makanan itu dengan lahap karna memang sangat lapar setelah muter-muter lihat-lihat buku.

Tiba-tiba Radin menanyakan tentang Dani sehingga membuatku teringat lagi dengan kutipan kata-kata yang aku baca di toko buku tadi.

"Bagaimana hubunganmu dengan Dani?"

"Alhamdulillah, baik-baik saja," jawabku dengan santai.

"Kapan kalian berencana akan menikah?" pertanyaan Radin yang membuatku kesulitan untuk menjawab.

"Aku nggak tahu kapan, bahkan aku juga nggak tahu apa aku punya perasaan yang sama atau nggak seperti yang dia rasa."

Radin terkejut mendengar jawabanku, tapi ku lihat ada rona kelegaan pada wajahnya.

"Kenapa bisa begitu? Kan kamu udah terima lamaran dia."

Radin bertanya lagi seperti mencari kepastian yang aku jawab dengan kutipan perkataan seorang budayawan, Sujiwo tedjo.

"Kita bisa berencana menikahi siapa, tapi tak bisa kita rencanakan cinta kita untuk siapa."

Mendengar jawabanku. Radin menatapku dalam, membuat jantungku kembali berdegup kencang, seperti pasien yang sedang di pasang alat bantu pernafasan.

Cukup lama dia memandangku tanpa berkedip dan anehnya aku tidak memalingkan pandanganku seperti ketika Dani memandangku. Kami saling bertatapan seperti sedang berbicara dari hati ke hati.

Tiba-tiba, datang seorang pelayan restoran mengantarkan jus yang kami pesan. Membubarkan semua pertanyaan dan khayalan dalam pikiran kami. Kami pun kaget bukan main seperti abis di gerebek satpol pp ha ha ha ha.

"Maaf mengganggu, ini jus pesanannya." sambil meletakan jus yang kami pesan di atas meja, pelayan itu meminta maaf.

"Nggak apa-apa kok mba, nggak ada yang merasa terganggu," jawabku malu-malu.

Radin tersenyum melihat tingkahku, aku pun membalas senyumannya, tapi kali ini aku tidak berani menatap matanya.

Terpopuler

Comments

Zia Azizah

Zia Azizah

ea ea ea
dri parfum jadi candu 🤭🤭

2020-10-15

0

❤️YennyAzzahra🍒

❤️YennyAzzahra🍒

hadirr thorrr.
Feedback ya di Mantan Terindah

2020-10-06

1

Ilham Rasya

Ilham Rasya

jejak lagi 💪😅

pernikahanku 🙏

2020-09-01

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!