Aku adalah rasa yang tersembunyi
aku bagai anak panah
melesat cepat, menancap tepat
di jantung hatimu
maka, tidak ada pilihan lain bagimu
kecuali pasrah dalam dekapan cintaku
Baru saja aku bangun dari tidur, aku lihat sederet bait-bait puisi yang indah dari Dani yang dia kirim lewat pesan whatsappnya.
Aku hanya bisa tersenyum membaca puisi itu. Nggak tahu harus balas apa, seindah itu kah cinta? Sampai orang rela di perbudak cinta lewat kata-kata.
Tapi kita juga tidak bisa menyalahkan mereka yang hanyut dalam buaian rasa, karna itu adalah anugerah dari Tuhan Yang Maha Esa.
Tiba-tiba saja aku berubah jadi orang bijak dengan berbagai kalimat wejangan yang sudah ku susun dikepala.
Ramdani prasetyo laki-laki baik hati, romantis, tampan dan mapan.
Entah mengapa, belum juga ada rasa yang tersimpan untuk dia didalam lubuk hatiku yang terdalam.
Radin Putra Sanjaya pria baik yang sederhana, sopan dan apa adanya, berwajah manis tanpa pemanis buatan. Tidak terlalu romantis memang tapi selalu bisa membuat hatiku terbang bagai layang-layang.
"Ya Allah, mungkinkah aku telah jatuh cinta padanya, pada seorang Radin Putra Sanjaya, sahabatku sendiri? Baik Radin maupun Dani keduanya laki-laki yang baik tapi diantara keduanya aku tidak tahu mana yang tepat untukku."
Aku berbicara sendiri di dalam hati, namun tiba-tiba semuanya buyar ketika ku ingat kalau Radin sedang jatuh cinta oleh seorang wanita seperti yang dia ceritakan ditoko buku kemarin. Dia ingin sekali melamar wanita yang dicintai itu, tapi wanita itu sudah dilamar orang lain.
Siapa ya kira-kira wanita itu? membuat hatiku mulai penasaran ingin membongkar kebenaran tentang identitas wanita itu.
Hampir saja aku lupa kalau aku belum membalas pesan dari Dani, aku coba menyusun kata-kata dalam pikiranku untuk membalas bait-bait puisi yang Dani kirimkan.
"Aku bingung mau balas apa? Lagi nggak dapat inspirasi untuk nulis puisi," balas chatku pada Dani.
"Kamu nggak usah balas, kamu tersenyum aja baca puisi itu, aku udah senang kok!"
Dani membalas chatku.
"Duh, ini cowok! Selalu bisa bikin hati perempuan merasa tersanjung dan dihargai,"
gumamku dalam hati.
"Kamu nggak kemana-mana? Ini kan hari minggu," tanya Dani padaku, namun ku balas dengan singkat.
"Nggak Dan, di rumah aja nih!"
"Jalan yuk sama Adit dan Sarah, kebetulan mereka lagi minta jalan nih!
Kami masih chattingan, Dani mengajakku jalan bersama kedua anaknya.
"Jalan kemana?" balasku.
"Ke Taman Mini!" Dani menyebutkan tempat yang ingin dia tuju.
"Mmmmm sebentar ya, aku siap-siap dulu, belum mandi," balasku.
"Hmmmmm pantesan bau!"
Dani balas meledekku.
"Masa sih sampai ke situ? [Emoji menjulurkan lidah]," Aku balas chatnya.
"Iya, bener. Malah sampai terekam dalam otakku, makanya aromamu selalu jadi inspirasi puisi-puisiku," balas chat Dani menggodaku.
"Bahkan aku sampai kekenyangan dengan rayuan- rayuanmu [Emoji tertawa]," balas chatku untuk Dani.
"Hahahah udah, siap-siap sana 30 menit lagi aku jemput ya. Love you [ Emoji kiss]."
Dani mengakhiri percakapan whatsapp.
Aku diam mematung melihat balasan chat Dani yang terakhir. Lagi-lagi aku bingung mau balas apa, hanya ku pandangi untuk beberapa saat, aku letakan ponselku di atas meja kemudian aku ambil handuk dan perlengkapan mandi lalu segera pergi ke kamar mandi.
Selesai mandi dan berpakaian lengkap, aku ambil ponsel lalu ku balas chat Dani yang terakhir itu hanya dengan emoticon senyum.
Setelah 30 menit sedari aku mandi dan beres-beres, Dani chat lagi memberi kabar kalau dia sudah ada di tempat biasa kita janjian, tidak jauh dari rumahku.
Setelah pamitan dengan Ayah dan ibuku segera aku pergi menemui Dani.
Di dalam mobil Dani bersama kedua anaknya, Adit dan Sarah sudah menunggu. Begitu aku masuk ke dalam mobil, kedua anak Dani langsung mengulurkan tangan mereka ingin bersalaman dan mencium tanganku, lalu kuberikan tanganku untuk di cium oleh mereka.
"Enak ya jadi Adit sama Sarah, bisa cium tangan tante Wirda. Papa jadi iri deh."
Setengah melotot aku mendengar celetuk Dani.
"Hmmmm mulai dehhh, udah jalan sana. Kamu masih aja seperti ini di depan anak-anak."
Dani hanya tersenyum lalu menjalankan mobilnya meninggalkan pelataran untuk menuju Taman Mini.
Sesampainya di taman mini. Adit dan Sarah berlari menuju loket tempat membeli ticket masuk.
Setelah Dani membayar ticket, dia mengajak aku dan anak-anaknya masuk ke dalam. Banyak wahana permainan disana tapi kami memilih naik kereta Roler Coaster. Dani duduk bersama Adit sedangkan aku duduk bersama Sarah.
Kami berteriak lepas saat kereta melaju dengan cepat, setelah beberapa menit kereta berputar di rel yang sama, akhirnya kereta Roler Coaster berhenti juga.
"Alhamdulillah, akhirnya berhenti juga," gumamku dalam hati.
Dani langsung menghampiriku, setelah melihatku turun dari Roler Coaster dengan wajah pucat
"Kamu nggak kenapa-kenapa kan?" Tanya Dani padaku.
"Nggak kok, I'am fine" Jawabku.
"Alhamdulillah, syukurlah," ucap Dani dengan penuh syukur.
"Kita beli es cream disana yuk, kayanya enak!" ajak Dani sambil menunjuk ke arah stand penjual es cream.
"Kamu mau rasa apa?" Tanya Dani padaku.
"Vanila aja," jawabku.
Mas, rasa vanilanya dua sama coklatnya dua ya!" ucap Dani pada penjual es cream.
Tak berapa lama setelah Dani memesan, penjual es cream memberikan es cream yang tadi dipesan Dani.
Aku dan Dani memakan rasa vanila, Adit dan Sarah memakan rasa coklat. Setelah makan es cream Dani mengajak foto bersama, dia meminta tolong salah seorang pengunjung yang kebetulan lewat di depan kami.
"Mas maaf, boleh minta tolong fotoin nggak?" tanya Dani pada orang itu sambil memberikan ponselnya.
Kami mencari bangku dekat taman untuk berfoto. Dani duduk sambil memangku Adit sedangkan aku duduk sambil memangku Sarah.
Setelah dua kali di foto, orang itu memberikan ponsel Dani kepadanya. Dani tersenyum melihat hasilnya lalu mengirimkan foto itu ke nomor whatsappku, aku terima lalu ku buka foto itu.
Aku tersenyum, tapi sedikit di tahan melihat foto itu.
"Mungkinkah kami akan jadi keluarga seperti di foto ini?" Tanyaku dalam hati.
"Heiiii!" Tiba-tiba, Dani mengagetkan aku.
"Bagus kan fotonya?" Tanya Dani, ku jawab hanya dengan anggukan kepala.
"Sekarang kita mau main apa lagi?" Tanya Dani pada anak-anaknya.
"Naik kereta keliling aja Ayah!" pinta Adit pada Dani.
"Ya udah. Yuk kita beli ticketnya!" Ajak Dani pada kedua anaknya.
Akhirnya, kita dapat juga kereta yang belum penuh dengan orang, karna terburu-buru aku tidak sadar kalau yang duduk di sebelahku adalah Dani, sedangkan Adit dan Sarah duduk bersama.
Dani tersenyum saat aku menoleh ke arahnya, baru kali ini aku duduk sedekat ini dengan dia,
"Aduh, kenapa musti dia sih yang duduk di dekat gue, bisa di gombalin abis-abisan nih gue," gumamku dalam hati.
Aku langsung memalingkan pandanganku ke arah orang-orang yang sedang berlalu lalang, tapi Dani terus saja menatapku, membuatku semakin ketakutan, takut nggak kuat dengan rayuan-rayuan mautnya.
he he he he!
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Zia Azizah
tatap mata aku aja KK🤭🤭🤭
2020-10-15
0
❤️YennyAzzahra🍒
Mantan Terindah hadirr.
jgn lupa hdr kmbli
2020-10-14
0
سافيرا ريسكا
Semangat thor
2020-10-10
1