Radin Jatuh Cinta

Radin terus memandangi layar ponselnya bukan karna sedang chatting dengan seseorang apalagi sedang mengaca. Dia memandangi layar ponsel karna ada foto Wirda di dalamnya.

Dia buka-buka gallery foto di hp nya. Satu persatu foto kebersamaan dengan Wirda terus di pandangi sampai akhirnya tiba di satu foto saat Wirda sedang duduk sendiri di bangku taman. Memakai kaos lengan panjang berwarna pink muda yang agak longgar di badannya, senada dengan kerudung di kepalanya yang juga berwarna pink yang dia pakai hingga menutup dada, celana kulot warna abu-abu senada dengan warna sepatu kets merk adidas springblade grey pink yang di pakai di kedua kakinya.

Di foto itu, Wirda sedang tersenyum lepas, senyum yang tulus tanpa beban. Radin terus memandangi foto itu tiba-tiba saja dia merasakan ada yang berdegup kencang dalam dadanya seperti suara bedug maghrib saat berbuka puasa telah tiba.

Dug dug dug dug dug dug!

"Ya Allah, suara apa ini terdengar sampai ke telinga? Kenapa jantung gue jadi nggak karuan begini bunyinya. Apa mungkin gue benar-benar udah jatuh cinta sama Wirda, jatuh cinta sama sahabat gue sendiri?"

Tiba-tiba saja pertanyaan itu terlintas dalam hati Radin, yang di susul oleh pertanyaan berikutnya.

"Kalau pun gue beneran cinta sama Wirda rasanya sudah terlambat untuk gue nyatakan, sebentar lagi dia akan menikah dengan laki-laki itu. Apa mungkin gue sanggup menyaksikan kebahagiaan mereka?"

Tiba - tiba terdengar di telinga Radin tetangga dekat sebelah rumahnya sedang menyetel lagu Siti Nurhaliza "Bukan Cinta Biasa" yang terdengar begitu jelas di telinganya.

Begitu banyak cerita

Ada suka ada duka

Cinta yang ingin ku tulis

Bukanlah cinta biasa

Dua keyakinan beza

Masalah pun tak sama

Ku tak ingin dia ragu

Mengapa mereka selalu bertanya

Cintaku bukan di atas kertas

Cintaku getaran yang sama

Tak perlu di paksa

Tak perlu di cari

Kerna ku yakin ada jawabnya... ohhh

Andai ku bisa merubah semua

Hingga tiada orang terluka

Tapi tak mungkin

Ku tak berdaya

Hanya yakin menunggu

Jawabnya...

Janji terikat setia

Masa merubah segala

Mungkin dia kan berlalu

Ku tak mahu mereka tertawa

Diriku hanya insan biasa

Miliki naluri yang sama

Tak ingin berpaling

Tak ingin berganti

Jiwa ku sering saja berkata... ohh

Andai ku mampu ulang semula

Ku pasti tiada yang curiga

Kasih kan hadir

Tiada terduga

Hanya yakin menunggu

Jawaban.......

"Duh, itu tetangga ngapain setel lagu begini sih! Bikin gue tambah baper aja," gerutu Radin dalam hatinya.

Tiba- tiba suara dering telpon berbunyi membuyarkan semua pertanyaan dalam hati Radin.

Radin melihat ke layar ponsel ternyata telpon dari Wirda. Matanya setengah melotot, degup

jantungnya semakin kencang makin nggak beraturan, telunjuknya sedikit bergetar ketika ingin menggeser lambang telpon warna hijau di ponselnya. Tapi dia tetap beranikan diri untuk menggesernya, terdengar dari dalam ponsel suara lembut Wirda membuat hati Radin sedikit lega karna sudah dua hari dia tidak mendengar suara itu.

Wirda : "Assalamu'alaikum."

Radin : "Wa'alaikum salam."

Wirda : "Kamu kemana aja sih dua hari menghilang nggak ada kabar?"

Radin : "Aku-ak-ak-aku-aku ada koq di rumah."

Wirda : " Kangen tauuu."

( degup jantung Radin semakin kencang, dia berusaha memegang dadanya khawatir Wirda dengar )

Radin : "oh, yaaa!"

Wirda : "Emangnya kamu nggak kangen sama aku?"

( "Pertanyaan macam apa ini, bikin jantung mau copot," gerutu Radin dalam hatinya).

Radin : "Iya, aku juga kangen kok!"

Wirda : "Kalau kangen, kenapa tiba tiba menghilang, dua hari kamu nggak antar jemput aku?"

Radin : "Kan kamu sudah ada yang jemput, aku nggak enak sama calon suami kamu."

Wirda : "Hhhhhh kalau aku sudah punya calon suami. Memang nggak boleh kamu jemput aku? Calon suami bukan berarti suami, bahkan pohon mangga yang sudah tumbuh subur pun belum tentu berbuah, semua terjadi atas izin Allah "

Radin : " Iya juga sih! Memangnya kamu masih mau aku jemput?"

Wirda : "Trus buat apa aku telpon kamu begini kalau kamu masih bertanya seperti itu."

Radin : "Hehehe eh, iya ya.... Ya udah besok pagi aku antar kamu ke butik ya?"

Wirda : " Iya, aku tunggu ya!"

Radin : " insya Allah."

Wirda : "Ya udah, aku tutup telpon nya ya, aku mau tidur dulu, udah ngantuuk."

Radin : "Iya, selamat tidur ya."

Wirda : "Iya, Assalamu'alaikum."

Radin : "Wa'alaikum salam."

Radin menutup ponselnya lalu merebahkan tubuh atletisnya. Rasa senang menyelimuti hatinya, suara yang sudah dua hari tidak dia dengar kini hadir lagi menyapa telinganya.

"Sebaiknya aku tidur sekarang, karna besok pagi aku harus sudah ada di depan rumah Wirda," Ucap Radin dalam hati. Dia terus tersenyum setelah menerima telpon dari Wirda. Wajahnya sedikit lebih rileks, degup jantungnya sudah mulai teratur.

Radin pergi ke kamar mandi untuk mengambil air wudhu dia ingat kalau dia belum sholat isya, setelah sholat isya segera dia rebahkan tubuhnya kemudian tidur dengan pulasnya.

Keesokan harinya tepat jam tujuh pagi dia sudah ada di depan rumah Wirda. Wirda keluar rumah menyambut Radin dengan senyum manisnya membuat jatung Radin kembali berdegup kencang.

"Ya Allah, andai senyum itu milik aku seorang," bisik Radin dalam hatinya.

"Hey bengong aja, ayam tetangga mati karna banyak bengong," celetuk Wirda mengagetkan Radin dari lamunannya. Radin terlihat kikuk tapi tetap bisa menjawab Wirda.

"Eh, iya hehehe aku nggak bengong kok, cuma melamun."

"Sama ajaaa," jawab Wirda yang di balas

Radin dengan tertawa, " Hahahaha!"

"Udah yuk ah, berangkat! Aku bisa telat sampe butik nanti," ucapku.

"Iya, ini helm kamu," Jawab Radin sambil menyerahkan helm kepada Wirda.

"Duh, Radin! Bisa tolong pakein nggak? Aku lagi pegang sesuatu nih, cukup banyak juga kayanya agak susah deh kalau pake sendiri."

"Iya, sini aku pakein!" Radin tetap duduk di motor lalu memakaikan helm ke kepala Wirda, kali ini wajahnya cukup dekat dengan wajah Wirda karna harus mengancingkan helmnya agar lebih aman tidak sampai lepas.

Wajah mereka cukup berdekatan membuat jantung Radin semakin berdegup kencang.

"Aduh, ya Allah ujian apa lagi ini? Jangan sampe Wirda dengar suara jantung gue, bisa malu gue," gumam Radin dalam hatinya.

"Radin, kamu kenapa keringetan begitu kamu udah sarapan belum?" tanya Wirda pada Radin, setelah dia memakaikan helm.

"Udah kok, aku udah sarapan. Udah jalan yuk! Ntar kamu kesiangan," jawab Radin.

Di balas Wirda dengan sekali anggukan, lalu Wirda duduk di motor di belakang Radin dengan posisi menyamping karna hari ini dia memakai rok panjang.

"Udah siap ya? Aku jalan nih," tanya Radin pada Wirda, yang langsung di jawab Wirda.

"Iya aku udah siap!"

Motor Radin pun melaju dengan perlahan meninggalkan pelataran rumah Wirda.

Wirda agak kesulitan pegang besi di pinggiran jok motor karna barang yang dia bawa cukup banyak.

"Kamu kenapa? Kaya nggak nyaman gitu duduknya," tanya Radin.

"Iya nih, aku agak sulit pegangan, ini takut jatuh barang-barangnya." jawab Wirda

"Ya udah kamu pegang pinggang aku aja, maaf ya aku nggak bermaksud kurang ajar sama kamu, cuma khawatir kamu jatuh nanti, Aku kan pakai jaket, jadi kamu nggak langsung menyentuh kulit aku."

Radin menyuruh Wirda memegang jaketnya dan Wirda pun mengikuti anjuran Radin, kini Wirda lebih nyaman duduk karna tangan kiri bisa sepenuh nya memegang barang-barang bawaannya.

Tanpa Wirda sadari Radin sedang menahan degup jantungnya yang semakin kencang.

"Aduh, gue kok jadi tambah deg deg-an begini sih! Kenapa juga gue suruh Wirda pegang jaket gue, jadi begini deh. Eh, tapi kenapa gue berasa nyaman begini ya," ucap Radin dalam hatinya.

Radin memberhentikan motornya karna lampu merah, tanpa Radin dan Wirda sadari ada mobil Dani di seberang motornya. Dani memperhatikan dua orang di atas motor itu seperti mengenalnya.

"Ya, itu Wirda bersama teman yang waktu itu dia kenalkan padaku, tapi ada hubungan apa ya mereka? Apa sedekat itu hubungan pertemanan mereka? Sampai-sampai naik motor pun harus pegangan pinggang begitu."

Tanya Dani dalam hatinya sambil menahan rasa yang begitu menghimpit dada. Seolah-olah tidak rela Wirda berboncengan motor dengan Radin. Apalagi sampai berpegangan pinggang seperti itu, tanpa Dani ketahui kalau yang dipegang Wirda itu bukan pinggang Radin melainkan jaketnya.

Terpopuler

Comments

Zia Azizah

Zia Azizah

ea ea ea ,KK Radin bisa dah dig dug ya htinya🤭🤭

2020-10-13

0

سافيرا ريسكا

سافيرا ريسكا

Deg deg deg juga kok iki😅

next nyicil salam dari karyaku

2020-10-09

1

H-San

H-San

Jatuh ginta berjuta rasanya😍

2020-09-15

1

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!