Hari ini aku cuti kerja selama tiga hari. Aku manfaatkan hari libur ini untuk pergi ke bandung ke rumah Nina, teman karibku. Berbekal alamat yang Nina berikan melalui pesan singkat, aku pergi ke Bandung dengan bus Arimbi ditemani Radin.
Orangtuaku sudah mempercayakan Radin untuk mengantarkan aku pergi ke rumah Nina di Bandung.
Dani sudah tahu, tiga hari ini aku akan pergi ke Bandung, ditemani oleh temanku tanpa dia ketahui kalau teman yang menemaniku itu adalah Radin.
Sebenarnya dia ingin sekali menemaniku
tapi dia ada tugas ke luar kota untuk beberapa hari dihari yang sama.
Sudah dua jam perjalanan, kami berada di bus. Mataku mulai mengantuk, karna tadi berangkat dari jam lima shubuh.
Semakin lama mataku semakin redup, semakin tidak bisa di ajak berkompromi.
Tanpa aku sadari, aku sudah terlelap di pundak Radin. Radin tidak berani membangunkan aku, mungkin karna melihatku begitu lelah.
Tidak beberapa lama akhirnya sampai juga kami di terminal bus Cicaheum, kondektur bus memberitahukan para penumpang kalau bus sudah sampai di tujuan.
Aku masih saja terlelap di pundak Radin, Radin berusaha memanggil namaku beberapa kali tapi aku sulit sekali di bangunkan.
Akhirnya Radin mengambil sapu tangan dari saku jaketnya, membungkus telapak tangannya lalu menepuk-nepuk pipiku dengan lembut, agar aku segera bangun dari tidurku yang sangat nyenyak.
Aku merasa seperti ada yang menepuk pipiku, aku coba membuka kelopak mataku, betapa kagetnya aku, begitu kulihat wajah Radin sangat dekat dengan wajahku, aku segera membenarkan posisi dudukku.
"Jadi daritadi aku tidur di bahumu? Dan itu apa kenapa tanganmu di bungkus begitu?!" tanyaku pada Radin.
"Iya. Kamu tidur pules banget, aku nggak tega mau bangunin, dan ini. Aku bungkus tanganku, agar aku bisa menyentuh pipimu, biar kamu cepat bangun."
Mendengar penjelasan Radin rasanya aku ingin tidur kembali di pundak Radin bahkan kalau boleh di dalam pelukannya.
"Wirdaaa, kamu melamun? kita mau nginep di bus?" aku kaget mendengar suara Radin.
"Eh, iya. Ayo kita turun!" Jawabku kikuk.
Setelah turun dari bus, kami mencari mobil angkot Margahayu menuju alamat rumah Nina.
Setengah jam dalam angkot, akhirnya sampai juga ke alamat rumah yang Nina kasih kemarin.
"Asslamu'alaikum."
Aku coba memberi salam di salah satu rumah berpagar putih.
Tak berapa lama, ku lihat Nina dari kejauhan berjalan pelan sambil menjawab salamku.
Nina membuka pintu pagar lalu memelukku, pelukan yang cukup erat karna sudah lama sekali kami tidak bertemu. Aku coba merenggangkan pelukannya agar bisa ku perkenalkan Radin padanya.
"Oh, iya. Kenalin nih Nin, ini Radin temanku!"
Nina merapatkan kedua telapak tangannya lalu memperkenalkan dirinya.
"Assalamu'alaikum saya Nina."
"Wa'alaikum salam,saya Radin," jawab Radin sambil merapatkan kedua telapak tangannya juga.
"Oh, iya. Ayo masuk, masuk nggak usah sungkan-sungkan ya!" Nina mempersilahkan kami masuk ke dalam rumahnya.
Di dalam rumah Nina, sudah ada suami dan kedua anaknya. Setelah memperkenalkan kepada kami, lalu kami di persilahkan duduk dan disuguhi makanan kecil khas Bandung.
"Langsung aja ya, kita makan siang. Perjalanan jauh, pasti udah lapar kan?" Ajak Nina kepada Kami.
Nina dan asisten rumah tangganya menyiapkan makan siang untuk kami, lalu kami makan siang bersama-sama.
Tanpa aku dan Radin sadari. Nina memperhatikan kami, sesekali aku mengambilkan lauk untuk Radin.
Begitu juga sebaliknya, Radin mengambilkan lauk untukku.
Tiba-tiba, Nina membuka obrolan di sela-sela makan siang.
"Nanti kamu Radin, tidur sama suamiku aja di kamar tamu! dan lo Da, tidur sama gue ya! Kangen banget gue sama elo!"
Aku jawab dengan anggukan kepala.
Setelah makan siang aku membantu Nina membereskan piring-piring kotor bekas kami makan barusan.
Malam datang saatnya istirahat dengan tenang. Radin tidur di kamar tamu bersama suami Nina, sedangkan aku tidur dengan nina dikamarnya, anak-anak Nina tidur dikamarnya sendiri.
Didalam kamar, aku dan nina tidak langsung tidur, kami mengobrol sampai larut malam.
"Da, lo sama Radin ada hubungan apa?" tanya Nina yang membuatku sedikit terkejut.
"Kami hanya berteman," jawabku.
"Tapi gue nggak yakin," ucap Nina yang lagi-lagi mengagetkan aku.
"Tadi kan gue kenalin ke elo sebagai teman." Aku coba meyakinkan Nina.
"Di lihat secara fisik emang kalian berteman, tapi didalam hati, kalian saling jatuh cinta," ucap Nina yang membuat jantungku berdegup kencang.
"Lo to the point banget sih Nin!" celetukku pada Nina.
"Kan dari dulu gue begitu," jawab Nina sambil tertawa.
"Ha ha ha ha!"
Aku diam untuk beberapa saat, lalu ku ambil nafas panjang, baru setelah itu aku ceritakan tentang apa yang aku rasakan beberapa hari ini.
"Emang sih Nin, beberapa hari ini, gue merasa ada yang aneh sama perasaan gue ke Radin. Rasanya, gue nyamaaan banget kalau deket dia, apalagi kalau gue lagi tatap matanya, bunyi detak jantung gue cepet banget."
Aku coba menjelaskan bagaimana perasaanku ke Radin.
"Udah fix dahhh lo tuh, jatuh cinta sama Radin," jawab Nina spontan.
"Masa sih, Itu cinta?" tanyaku pada Nina
"Kalau sama Dani, bagaimana yang lo rasa?"
tanya Nina menyelidiki apa yang aku rasa ke Dani.
"Gue nggak ngerasain apa-apa, walau dia udah se-romantis dan se-peduli itu sama gue,"
jawabku menjelaskan perasaanku.
"Waduh, terus kenapa lo terima dia?" tanya Nina padaku.
"Dia ada dalam mimpi, setelah gue sholat istikharah, tapiiii!"
"Tapi kenapa Da?" tanya nina penasaran.
"Didalam mimpi itu ada Radin juga, dia berdiri di belakang Dani, tapi anehnya pandangan gue ke Radin, bukan ke Dani," jawabku untuk menghilangkan rasa penasaran Nina.
"Itu petunjuk Wirda! Insya Allah, Radin itu laki-laki yang tepat buat lo," jawab Nina meyakinkan aku.
"Ta-piii Radin juga lagi jatuh cinta sama cewek. Cuma cewek itu, udah di lamar cowok lain."
Aku coba jelaskan kepada Nina, yang langsung di jawab spontan oleh Nina.
"Ya, cewek itu adalah elo," jawab Nina yang hampir membuat jantungku mau copot.
"Dari mana lo tau?" tanyaku pada Nina.
"Ya, tahu ajaaa kan gue udah nikah, udah punya anak dua, udah ada pengalaman, jadi gue tahu mana yang mau serius mana yang nggak."
"Lo tenang aja ntar gue jadi detektif buat lo, ntar gue cari tahu siapa wanita itu."
"Beneran Nin? " tanyaku meyakinkan Nina.
"Iya. Lo segitunya pengen tahu!" Aku hanya berusaha menahan senyum malu-malu mendengar pernyataan Nina.
"Udah ah, tidur yuk! Udah ngantuk gue, kan gue mau jalan-jalan besok," ucapku pada Nina.
"Okeee!" Jawab Nina sambil menguap lalu menutup mulutnya dengan telapak tangan kanannya, menahan ngantuk.
Suara jangkrik dan kodok saling bersahutan, menemani tidur kami sepanjang malam, ditambah dengan lambaian udara kota Bandung yang dingin membuai tidur insan yang sedang kelelahan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 31 Episodes
Comments
Rasinar Yohana
sampai sini dulu kaka semngt terus 😘
2021-07-18
0
Zia Azizah
yuhuuuu KYT dsni lagi
2020-10-15
0
❤️YennyAzzahra🍒
semangattt
2020-10-14
0