"Bunda" Area

"Bunda" Area

Part One

Perjalanan kembali ke desa bertemu dengan keluarga, selalu memberi kebahagiaan tak terhingga. Namun tidak dengan keluarga gadis belia ini, sekembalinya mereka ke desa untuk menetap lama di sana menyebabkan terbongkarnya kisah-kisah tentang dirinya dan keluarga yang bahkan hampir hilang tertelan keadaan dan waktu.

Matahari begitu terik, kian membakar kulit para petani yang tengah menggarap sawah dan ladangnya. Sawah yang baru saja panen beberapa waktu lalu dan kini mulai diisi lagi dengan bibit-bibit baru. Tahun ini hasilnya berlimpah ruah seperti tahun-tahun sebelumnya, desa yang asri dengan kemakmuran masyarakatnya yang mayoritas dari golongan petani.

Siang itu, Sisil, Mama juga Dinda melakukan perjalanan ke tempat tinggal yang baru. Karena ketidakmampuan Mama mempertahankan rumah di kota. Setelah Papa meninggal, ia menjadi satu-satunya tulang punggung keluarga. Sempat bertahan 10 tahun tuk menanggung kebutuhan mereka bertiga. Namun sayangnya, setelah beberapa tahun terakhir, ia tak mampu lagi tuk hidup serba mahal di kota. Seiring kebutuhan anak-anak dewasa. yang kian tumbuh

Di sepanjang jalan yang ditempuh menuju desa Kembang Merah, Sisil merasa sangat khawatir, tetapi tak tahu penyebabnya. Pertama kalinya ia merasakan sekhawatir ini. Namun, mencoba tuk menenangkan diri dengan berpikir positif, bahwa tidak akan terjadi apa-apa.

Ia sudah mulai tertidur pulas, 2 jam perjalanan tentunya akan begitu melelahkan. Di lain sisi, Adik dan mamanya fokus menapaki jalan sembari menghirup udara segar pedesaan.

Tiba-tiba Sisil terbangun dengan keadaan mata membulat dan bertatapan kosong,

"Akhhhh." Ia langsung terduduk menjauh dari sandaran kursi mobil.

"Kenapa, Nak?" tanya Mama.

." Masih terdiam sembari mengambil botol minum miliknya. Kemudian minum dengan terburu-buru.

"Kenapa, Sayang?" ujar Mama sekali lagi menanyakan Sisil.

"Nggak apa-apa, Ma. Kakak cuma mimpi." Mukanya masih terlihat cemas. Raut wajah yang tak karuan ditambah keringat dingin, membasahi wajahnya yang ayu.

Setelah kejadian tersebut, matanya tak bisa terpejam lagi terus melihat sekeliling jalan yang ditempuh. Ia mulai menyadari ada yang aneh ketika hendak sampai ke desa, tepat sebelum gapura penanda masuknya wilayah tersebut. Terlihat petani maupun warga yang berada di sekitar jalan memandangi mereka dengan sinis, ada pula yang bertatapan kosong. Ia tak mengerti, meski telah memandangi beberapa orang yang bertingkah demikian.

"Ma, kenapa Nenek itu melihat kita kayak gitu?" ucap Dinda yang ternyata juga melihat dan merasakan hal yang serupa.

"Kenapa, Sayang?" sambil melirik ke arah luar kaca dan kembali fokus ke jalanan yang kini cukup sulit ditempuh karena terdapat bebatuan besar yang menghiasi kesukaran jalan itu.

"Mungkin mereka bertanya-tanya siapa yang datang ke desa mereka, tetapi tidak dikenali," duga Mama dalam beberapa waktu setelahnya. Tak sedikitpun kecurigaan terselip kan dari pernyataannya itu.

"Mungkin juga, Ma!" saut Dinda langsung merespon ucapan Mama tanpa ragu.

." Sisil masih terdiam heran.

Setelah melewati beberapa orang yang bertingkah aneh. Kini mereka mendapati tepat di pinggir jalan tersebut, air mengalir begitu jernih, tak terlihat satu pun bebatuan besar. Sungai itu dilindungi oleh pohon-pohon yang kokoh dan berbagai macam tanaman. Juga terdapat beberapa bilah bambu yang sengaja dirakit untuk menjadi penghubung jalan ke seberang. Gemericik air terdengar riuh dan menentramkan jiwa.

Pemandangan yang bagus selalu membawa ketenangan, tetapi tidak untuk kali ini. Hawa yang dihantarkan oleh lingkungan tak bersahabat dengan dirinya. Mencoba melihat dengan perlahan ke arah sudut-sudut desa yang terlihat dari kaca mobil. Namun, kian menyusuri jalan desa yang berbatu krikil itu, menyebabkan matanya kian kabur dan tak bisa melihat dengan jelas. Lantas sebab hal itu, mencoba berhenti melihat sekitar adalah cara ampuh untuk mengembalikan pandangannya.

Beberapa waktu, matanya mulai kembali terpejam. Sisil mencoba menghilangkan semua pikiran buruknya. Terus larut dalam ketenangan yang ia ciptakan sendiri. Mama yang tengah menyetir, sejenak melihat hal itu dan kembali memfokuskan pandangan ke jalan. Ia mengira, Sisil tengah tertidur pulas.

"Kakakmu nyenyak banget!" Mama berbicara pada Dinda yang duduk di belakang.

"Kak Sisil tidur mulu!"celotehnya.

"Ini kita udah mau nyampe," ucap Mama dengan bibir yang sedikit melengkung ke atas.

"Yeee, akhirnya kita nyampe juga. Udah nggak sabar main di rumah baru dan ketemu Nenek."

Neneknya memang tinggal sendiri di rumah itu, sejak sepuluh tahun lebih yang lalu. Setelah kejadian buruk telah menimpa putrinya yang merupakan sepupu Papa, kini ia harus hidup sendiri di rumah sederhana yang berbahan kayu klasik itu. Semenjak Papa meninggal, Mama belum pernah menginjakkan kakinya lagi ke desa tersebut, disebabkan kesibukan di kantor. Bahkan, hingga Mama telah beralih profesi menjadi pebisnis pakaian 4 tahun belakangan.

Tiba-tiba...

"arghhhh," jeritnya. Sisil terduduk kaku dan bertatapan kosong ke depan lagi.

"Sil..., kenapa Nak?" tanya Mama sembari mengguncang tubuh putri sulungnya dengan satu tangan.

"Sil.., sisil!" ujar Mama yang mulai khawatir. Mama kemudian memberhentikan laju mobil dan menepi, berusaha untuk menyadarkan Sisil.

"Kak sisil jangan main-main, jangan takutin Dinda, Kak." Ikut membantu Mama menanyakan keadaannya.

Karena Sisil yang belum merespons, Mama memutuskan untuk melanjutkan perjalanan dengan rasa khawatir yang luar bisa. Dengan mempercepat laju mobil, Mama terus memegangi tangan gadis itu dengan tangan kirinya.

Ada apa sebenarnya dengan Sisil???

Terpopuler

Comments

piyo lika pelicia

piyo lika pelicia

kamu kenapa Sisil 😱

2024-05-05

0

Shyfa Andira Rahmi

Shyfa Andira Rahmi

🤔🤔🤔

2023-09-23

0

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!