Sisil belakangan ini selalu merasakan ada hal aneh yang terjadi pada dirinya. Mulai dari mimpi beberapa kali terulang dengan tokoh pelaku yang sama, pikiran yang tiba-tiba saja melihat suatu kejadian yang ia tak pahami. Semua seakan mengisyaratkan sebuah petunjuk terhadap teka-teki kejadian yang begitu besar.
Gadis ini memang masih berusia 13 tahun, tetapi pikirannya cukup dewasa daripada anak seusianya, kini ia telah mampu mengontrol emosi untuk sekadar menenangkan diri memikirkan segala kejadian aneh dan membingungkan itu. Sisil memang mampu melihat sosok yang tak dapat dilihat pada manusia umumnya.
Hal itu telah ia rasakan semenjak menduduki bangku sekolah dasar pada saat usianya 7 tahun. Ia mampu tuk melihat mereka yang tak terlihat meski berwujud utuh atau hanya sekelibat bayangan saja. Kemampuannya hanya sebatas demikian, tidak yang lain.
'Aku cek aja deh di bawah keset ini. Siapa tahu kan, hehe,' ucapnya bercanda dengan diri sendiri.
Sisil mengayunkan tangan lalu mengerahkan segala fokusnya pada tangan kanan, yang hendak mencapai salah satu ujung kain segi empat berwarna gelap yang berada tepat pada bawah kakinya. Dan benar saja kunci kecil itu ada di baliknya dengan keadaan yang turut berdebu seiring dengan usia kamar yang telah lama tertinggal pula.
***
"Ma, Kakak mau cerita sebenarnya ketika Kakak melihat kuburan Bi Mirna itu kayak dibawa pergi ke sebuah kejadian yang benaran ada, tapi Kakak belum paham maksudnya gimana. Kakak ngerasa kalau perempuan yang selalu terlihat dalam kejadian-kejadian itu adalah Bi Mirna. Mukanya mirip banget sama foto Bibi yang tergantung di ruang tengah ketika seusia Kakak, Ma," Sisil bercerita pada Mama yang tengah duduk di sampingnya.
"Ia mungkin aja benar kalau itu Bi Mirna, lagian Kakak memang gitu kan? Bisa lihat apa yang Mama tak bisa lihat meski jarang banget nampak utuh. Enggak apa-apa mungkin karena Kakak keponakannya, jadi masih punya ikatan darah untuk menampakkan kejadian yang belum selesai masa hidupnya." Mama berkeringat dingin meyakinkan Sisil. Seakan Mama tengah merahasiakan sesuatu hal yang besar.
"Mungkin juga ya, Ma. Semua ini buat bingung karena yang Kakak tahu nggak ada di keluarga ini yang bisa melihat hal seperti itu. Memang sih semua ini udah dirasakan sebelumnya, tapi Kakak jarang banget untuk merasakan kehadiran sosok itu secara utuh. Kehadirannya dalam mimpi, bayangan yang tiba-tiba datang menghantui pikiran membuat semua itu menjadi tanya untuk Kakak, Ma. Kaitan antara Ibu muda yang berwajah seperti Bibi, anak perempuan, bayi laki-laki, pisau yang ditusukkan ke perut, apa arti semua ini?" tanyanya pada Mama.
"Perlahan aja, Kak. Tenang dan jangan terlalu dipikirkan," tutur Mama.
"Atau jangan-jangan Bibi meninggal karena dibunuh?"
"Hussst, udah ngaur banget Kakak ngomong tuh. Bibi Mirna itu meninggal karena kecelakaan mobil sama Papa, Kak. Jadi enggak ada sangkut pautnya dengan yang sering hadir dalam penglihatan Kakak," tegas Mama kemudian beranjak pergi ke lantai satu.
Percakapan pada pagi menjelang siang berakhir, setelah sebelumnya Sisil berhasil menemukan kunci kamar misterius itu dan diajak cerita oleh Mama di kamar. Meski begitu Sisil belum sempat membuka kamar dan mencari tahu sumber suara yang ia dengar.
Sisil memang anak yang cukup susah bergaul dengan lingkungan, cenderung tertutup. Namun berbeda sekali di hadapan mamanya, ia terbuka terhadap berbagai hal yang dihadapi, meski tak seterbuka Dinda. Adiknya itu memang selalu pembawa keceriaan di antara keluarga kecil mereka yang sudah tak lagi utuh.
Tanggapan Mama atas cerita Sisil siang ini, menumbuhkan tanda tanya besar pada pikiran Sisil. Karena, ia paham betul sifat dan sikap Mama, tak mungkin kiranya bersikap demikian. Sehingga, Sisil menaruh curiga atas adanya rahasia yang sejak lama Mama tutupi.
Hari-hari berikutnya, kejenuhan mulai menghantui keceriaan mereka. Pagi itu, Sisil dan Dinda menghirup udara kesejukan perdesaan di teras depan. Langit mulai memakan bintang-bintang yang memang tak begitu jelas terlihat dari semalam, matahari pun masih malu-malu untuk menunjukkan sinar kehangatan dirinya. Udara yang tak terkotori kesuciannya, begitu terasa sejuk memberi ketenangan bagi keberadaan mereka yang menanti-nantinya sejak semalam.
Telihat pula dedaunan yang tumbuh di sekitar rumah, basah dan hanya tersisa tetesan-tetesan air hujan yang tertampung oleh lekungan kecil di dedaunan tersebut. Di lain sisi, manusia sekitar masih enggan beranjak dari ranjang untuk menikmati keberadaan pagi ini.
Sisil dan Dinda telah siap sedia duduk di hadapan itu semua, keduanya melihat keadaan sekitar ditemani dua gelas susu panas dan beberapa camilan berupa pisang goreng dan roti kering kesukaan mereka. Pakaian mereka masih sama seperti semalam, sebab keduanya belum mandi karena merasa terlalu dingin untuk mengerjakan kebiasaan pada pagi itu.
"Huh, Dingin...," ucap Dinda sambil merapatkan kedua tangannya di bawah ketiak.
"Iya, bener banget, Din. Huugh...," saut
Sisil.
Tak selang berapa waktu, terdengar sesuatu dari samping rumah. Seperti ada langkah kaki yang mengenai rerumputan hijau yang tumbuh rapi di sana, Suara itu semakin jelas terdengar. Sisil yang menaruh curiga adanya seseorang yang menginjakkan kakinya di atas itu, mencoba diam-diam mendekati sumber suara tersebut.
Ia begitu lincah melangkahkan kaki yang panjang dan badannya yang kurus melewati pot-pot bunga yang ada di sepanjang teras depan. Menundukkan badan dan hanya matanya yang berkeliaran memandangi lingkungan sekitar. Dinda yang juga penasaran mengikutinya dari belakang.
"Husst, tenang Din. Itu kayak ada orang dekat kuburan Bibi," sembari meletakkan jari telunjuk pada bibirnya sendiri.
"Mana Kak?" tanyanya sambil menggeser tubuh Sisil agar melihat sosok yang berpakaian gelap itu.
Seseorang yang berada di makam menyadari keberadaan dua gadis itu. Cahaya dari dalam rumah yang mengarah ke makam Bibi karena jendela yang terbuka menyebabkan wajah sosok misterius itu tertangkap oleh mata Sisil.
"Astaga, Nenek itu!" ucap Sisil yang tampak syok
"Hmm, Nek..., Nek...." Spontan Sisil memanggil sosok wanita paruh baya yang sebelumnya berada di makam Bibi, yang sekarang mencoba menjauh pergi menuju pepohonan dan rumput-rumput di sekitarnya.
"Ha? Nenek? Kan Nenek di dalam, Kak." Dinda bingung siapa yang dimaksudkan oleh kakaknya.
"Bukan gitu..." jawab Sisil singkat. Ia masih tercengang dan bertanya-tanya dalam hati atas kejadian tersebut.
"Siapa sih, Kak?" tanya Dinda yang bingung dengan keadaan tersebut.
"Itu, i-- tu itu Sungai," ucapnya masih terbata-bata karena terkejut dengan keberadaan wanita itu. Sisil ingin sekali menanyakannya langsung tetapi tidaklah mungkin.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 27 Episodes
Comments