THE LAST HOBBIT

THE LAST HOBBIT

1 - Penghuni Dunia Tengah

...'Dia bersembunyi di Dasar Gunung Merah dan suatu hari bertemu Elf yang terluka'...

...*****...

Dunia Tengah di huni berbagai ras.

Ras Elf, makhluk bertelinga runcing dan satu-satunya yang menguasai sihir. Ras ini memiliki kecerdasan yang hebat dan ahli memanah. Mereka adalah penguasa Dunia Tengah.

Di bawah kekuasaan ras Elf, hiduplah ras lain yang terdiri dari Dwarf, Orc, Hobbit, dan Manusia. Mereka berselisih satu sama lain, tetapi tunduk pada bangsa Elf.

Ras yang tidak terikat dengan kekuasaan bangsa Elf adalah para Wolf. Mereka merupakan serigala yang hidup berkelompok, sulit diajak berkomunikasi, liar, dan bisa menyerang siapa pun.

Selain kengerian ras wolf, tidak ada lagi ras yang berani menentang bangsa Elf. Dunia Tengah saat itu terlihat damai hingga sebuah geraman menggetarkan tanah terdengar.

Langit ditutupi awan merah. Kilatan petir melukis langit dan itu merupakan pertanda lahirnya Sang Naga. Di saat yang sama, ini adalah awal penyebab ketakutan para ras yang menghuni Dunia Tengah.

Ras Elf tahu bahwa kelahiran Sang Naga berbahaya bagi kekuasaannya. Mereka mengirim para ras lainnya dan bekerja sama untuk bisa memusnahkan Naga tersebut.

Perang yang pertama itu pun dimulai.

Sebagai penguasa, ras Elf berada di garis terdepan. Sementara ras Dwarf yang hanya tahu cara menambang berusaha membuat jebakan untuk melawan Sang Naga, mereka dibantu oleh ras Hobbit.

Orc melakukan pengkhianatan dengan tidak ikut berperang. Di sisi lain ras manusia yang paling lemah justru sangat disepelekan dan hanya menjadi korban untuk makanan Sang Naga.

Hanya ras Elf yang mampu memberikan perlawanan dengan sihir dan keahlian mereka dalam memakai senjata. Namun tidak banyak yang bisa dilakukan.

Naga yang merupakan lawan mereka terlahir dengan energi sihir murni yang luar biasa dahsyat.

Di saat perang itu tidak menemukan jalan kemenangan, ras manusia menggunakan segala cara untuk bisa membalik keadaan termasuk melakukan perjanjian dengan Iblis.

Legenda mengatakan bahwa perjanjian itu telah membuat manusia juga mampu menggunakan sihir seperti yang ras Elf lakukan.

Tidak hanya manusia, perjanjian itu juga memungkinkan setiap ras lain memakai sihir. Semua ini dilakukan sebab manusia tidak ingin menjadi target permusuhan di saat mereka baru menguasai sihir, termasuk dari bangsa Elf.

Penggunaan sihir ini membuat para ras menjadi sejajar, bangsa Elf terancam kehilangan kekuasaannya dari Dunia Tengah. Namun di saat memikirkan hal itu, Sang Naga mulai menggila.

Korban berjatuhan, para ras menyatukan sihir mereka untuk mengalahkan Sang Naga tapi ini masih belum cukup. Hingga seseorang dari kalangan Hobbit datang dengan sebuah pedang di tangannya dan melakukan pertempuran.

Satu bantuan kecil itu mengubah alur, bahkan membawa kemenangan bagi para ras. Naga yang memiliki sihir terkuat pun bahkan tunduk dan takluk di bawah pedang itu.

Kekalahan Sang Naga tidak berarti Dunia Tengah menjadi damai. Karena pedang hebat itu, keserakahan mulai terlihat bagi setiap ras dan rencana demi rencana licik mulai dijalankan.

Perang besar yang lebih mengerikan kini terjadi dan dampak dari itu semua ialah perpecahan antar ras. Pedang yang diperebutkan menghilang dari peradaban. Ada yang berkata senjata itu sudah musnah sebab mengalami kerusakan ketika dipakai bertarung melawan naga dan harus kembali melawan banyak ras.

Ada yang bilang pedang itu dikuasai iblis, menghisap daya hidup siapa pun yang memegangnya sampai tidak ada satu orang pun yang selamat, lalu kemudian menghilang. Dan setelah 50 Tahun, tidak ada seorang pun yang berani membuka sejarah kelam ini.

*

*

Dunia Tengah, Tahun ke-100, Gunung Merah.

"10.000? 15.000?"

Seorang lelaki dengan tubuh setinggi 130 cm menyusuri jalan hutan bakau untuk mencari makanan. Manik matanya mengamati sekeliling, terkadang melihat cahaya matahari dari celah dedaunan.

Perut lelaki itu kembali bergemuruh, dia merasakan lilitan di dalam perutnya. Dua hari terakhir ini dia tidak keluar rumah akibat hujan dan karena terus bersembunyi----sekarang dia sangat kelaparan.

Rumahnya yang berada di lubang pohon Dracovudu tidak menghasilkan apa pun, selain aroma daging busuk. Tidak ada yang bisa dikunyah dan bahkan dia juga kehabisan kayu bakar untuk penghangat ruangan.

Ini adalah hutan bakau penuh tanah berlumpur dan dalam. Arslan Galie sudah mencari ikan di hutan ini selama hampir empat jam dan belum menemukan apa pun. Buruknya, terik matahari seakan ikut menyiksanya dengan membuat air di hutan bakau ini terasa panas.

Sangat beruntung jika Arslan Galie bisa menemukan ikan, tetapi jika tidak---maka dia terpaksa memakan ulat kumbang pelangi lagi. Ulat yang rasanya pahit dan beraroma paling tidak sedap sepanjang sejarah.

Pakaiannya sudah kotor di mana-mana, dia bahkan harus selalu berhati-hati saat melangkah. Karena hujan, akar pohon di sekitarnya menjadi licin, belum lagi itu semakin diperparah dengan tanah yang berlumpur ini. Dia harus berhati-hati membawa tubuhnya yang kecil bila tidak ingin jatuh terperangkap ke dalam tanah berlumpur yang lebih tebal.

!!

Arslan Galie berteriak, baru saja dia memperingatkan diri sendiri dan kakinya sudah terpeleset. Dia jatuh tepat di tengah-tengah tanah berlumpur dan buruknya, itu menghisap.

"Ga-Gawat!" Arslan Galie mengangkat kedua tangannya dan berusaha untuk tenang. Di situasi ini, banyak bergerak justru akan cepat terhisap masuk ke dalam lumpur.

Arslan Galie tidak bisa meminta tolong karena tahu bahwa di tempat ini, tidak ada orang lain selain dirinya. Buruk bila dia berteriak memanggil bantuan, yang ada mungkin binatang buas akan kemari.

"Solventus examus!"

Seruan lantang dari Arslan Galie adalah mantra sihir yang rusak. Kedua kakinya seperti terdorong keluar dari lumpur dengan kuat sampai membuatnya terpental sangat tinggi.

Dasar Gunung Merah lebih banyak ditumbuhi pohon Dracovudu yang besar dengan dahan-dahan yang kokoh. Arslan Galie beruntung sebab terpental ke atas dan hanya menabrak ranting serta daun pohon itu.

Dalam pandangan beberapa detik itu, cahaya matahari langsung menyilaukan pandangannya dan pemandangan di bawah indah jika saja dia punya waktu memperhatikannya. Namun sayang sekali, Arslan Galie selalu menutup mata ketika terpental naik dengan mantra sihirnya dan pasrah ketika jatuh.

Solventus examus, sihir ini lebih kepada menarik penggunanya secara vertikal ke langit dengan kecepatan tinggi. Rasanya seperti ikan yang ditarik dengan kail pancing, kuat, menekan dan bisa saja membentur apa pun di jalannya.

Sihir ini bertahan selama 15 detik, jadi bisa dibayangkan secepat apa Arslan Galie terangkat naik bahkan terlempar ke atas pohon Dracovudu yang tinggi rata-ratanya adalah 20 meter.

Ketika kekuatan dari mantra sihir yang diucapkan sudah menghilang, jatuhnya tubuh Arslan telah berada dalam mode normal orang jatuh. Kali ini matanya sudah terbuka dan dia berusaha mengurangi cedera sebisa mungkin.

Pohon dracovudu meski mengeluarkan bau yang menyengat dan dahannya sangat kuat, namun daun-daunnya lembut. Itu cukup empuk bagi pendaratan Arslan sehingga lelaki itu tidak akan terlalu merasakan sakit.

Selain itu. Tubuhnya yang kecil dan ringan justru membawa keberuntungan. Apalagi dia sendiri cukup pintar untuk memanfaatkan waktu yang singkat itu ke dalam pendaratan yang lebih banyak daun Dracovudu-nya.

Ketika tubuh Arslan mendarat, rasanya seperti menghantam kasur kapuk. Meski keras, tapi tidak terlalu menyakitkan.

Arslan Galie menatap langit di atasnya. Dia bergumam--itu masih seperti yang pernah disaksikannya. Sekarang 50 Tahun sudah berlalu dan luka di hatinya belum juga sembuh.

"10.000? 15.000 atau 18.000?"

Dia selalu menghitung hari, namun tidak bisa menemukan jawaban yang tepat. Ini sudah 50 Tahun dan usianya sendiri lebih dari itu. Semangat masa mudanya sudah lama menghilang, lebur dan mencair ditelan waktu.

Arslan Galie menarik napas panjang dan baru akan mengembuskannya ketika sebuah lesatan cahaya melintas dari langit dan jatuh di antara dedaunan pohon Dracovudu. Suara ledakan kemudian terdengar.

Arslan Galie tentu saja terkejut. Lelaki itu bahkan menahan napas sebelum dengan agak ragu mulai mendekat. Dia mencari pijakan yang baik di antara dedaunan pohon Dracovudu, sangat berhati-hati mengambil setiap langkah.

Baru setelah keraguan akan pijakannya datang, dia pun memutuskan untuk turun dan melanjutkan perjalanan ke tempat di mana ledakan tadi berasal.

"..............."

Arslan Galie mendengar suara rintihan dan mempercepat langkahnya. Dia membungkuk ketika harus melewati akar pohon Dracovudu dan tersentak saat melihat sosok lain selain dirinya di tempat ini.

Ada seorang gadis yang terlihat berusia sekitar 16 Tahun dengan kulit putih serta rambut panjangnya yang merah. Gadis berwajah oval itu bersandar di batang pohon dan seperti sedang meringis.

Arslan Galie membeku di tempat. Dari penampilan yang dia lihat, gadis muda dan cantik itu mempunyai telinga runcing yang menandakan tentang ras-nya. Dia jelas adalah seorang Elf.

Sebelum kehadirannya diketahui, Arslan Galie memilih untuk bersembunyi di salah satu akar pohon Dracovudu. Dia terkadang mengintip untuk melihat Elf itu yang sedang memakai sihir penyembuh.

"Elf ... Bagaimana bisa ada di sini?" Arslan Galie menahan napas. Sudah lama sejak dia melihat makhluk dari ras lain.

Elf berusia muda itu sendiri nampak tidak menyadari kehadiran orang lain. Dia fokus pada sihir penyembuhan meski kemampuannya masih terlalu awam.

"SIAPA DI SANA?!" Elf itu berseru saat mendengar suara. Dia sangat terkejut dan langsung menarik busurnya.

"Sebaiknya keluar sekarang juga!" Elf itu kembali buka suara.

Arslan Galie masih bersembunyi. Gemuruh dari perutnya sudah membuat Elf itu sadar. Dia pun dengan sangat terpaksa mulai keluar dari persembunyian meski merasa takut.

!!

Elf berambut merah dengan hidung mancung itu bernama Sofia Bellwings. Dia tertegun melihat seseorang yang keluar dari balik akar pohon Dracovudu. Sosok yang tidak pernah ada dalam bayangannya.

Tanpa melonggarkan busurnya, Sofia Bellwings menatap tajam ke arah sosok di hadapannya dan bersuara dingin, "Sebutkan nama dan Ras-mu?"

Arslan Galie tersentak, dia mengangkat kedua tangannya. "Na-namaku Arslan. Aku ... Hanya penebang kayu biasa."

Sofia Bellwings menyipitkan mata, nada suaranya tetap dingin. Dia meminta orang asing itu mendekat dan berkedip saat memperhatikan dengan baik sosok yang bernama Arslan itu.

"Apa kau berasal dari Ras Manusia?" Sofia Bellwings menggumam pelan, agak kebingungan menebak ras lelaki di hadapannya.

Sosok yang dilihatnya nampak seperti manusia, namun mempunyai ukuran tubuh lebih pendek dengan wajah seperti pria dewasa. Jika disebut ras Dwarf, sosok ini jelas lebih tinggi dan tentunya bukan salah satu dari Orc karena Arslan tidak terlihat buruk rupa atau pun ganas.

"Sebutkan asal Ras-mu..!" Sofia Bellwings tidak bisa mengambil risiko karena ada kemungkinan sosok ini berhubungan dengan ras yang mengejarnya.

"Na-namaku Arslan, aku ... Berasal dari ras Garielnains."

".... Garielnains?" Sofia berkedip, bingung dengan jenis ras yang disebutkan oleh pemuda di hadapannya.

Menyadari kebingungan Elf yang dilihatnya membuat Arslan kembali berkata, "Itu jenis ras yang ada di tempat ini. Kau... Mungkin tidak akan tahu karena kami tinggal di bawah tanah."

"Hanya kaum Dwarf yang memiliki peradaban di bawah tanah. Lainnya adalah Goblin atau mereka yang berasal dari Ras Giant. Kau ini... Tidak mirip seperti mereka,"

Arslan Galie menelan ludah. Elf merupakan ras yang cerdas, jadi tentu saja subjek di depannya akan curiga. Tetapi tetap saja, gadis yang dia lihat masih sangat muda. Dia mungkin dapat mengelabui orang ini.

Arslan menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Dia berkata, "Akulah yang seharusnya merasa kebingungan. Di tempat ini... Aku tidak pernah melihat makhluk sepertimu. Kau berasal dari Ras apa?"

"Hah?" Sofia tersentak. Dia terperangah ketika mendengar pertanyaan yang baru pertama kali ditujukan padanya.

Bagaimana mungkin ada makhluk di Dunia Tengah yang tidak tahu tentang kaumnya? Bahkan mereka yang bersembunyi di bawah tanah pun akan langsung mengenalinya sebagai Elf hanya dengan sekali melihat. Tidak perlu memperhatikan telinganya yang runcing, para makhluk itu akan bisa mengenalinya dengan kecantikan yang dia miliki.

"Apa kau... Tinggal di langit?" Arslan kembali bertanya. Tingkahnya yang terlihat polos membuat Sofia tidak tahu harus bereaksi seperti apa.

"Hmph, dasar bodoh." Sofia menggumam, dia pun menatap subjek di hadapannya dan lantas berkata. "Dengar, aku adalah Sofia Bellwings. Putri Kerajaan Elmora dan kau harus tunduk di bawah kakiku."

"..............." ekspresi Arslan sama sekali tidak nampak terkejut. Sejujurnya dia sudah bisa menebak bahwa subjek ini akan berbicara dengan nada yang angkuh. Tentu saja, rata-rata ras Elf memiliki kecenderungan untuk bersikap sombong.

Sofia sendirilah yang justru nampak terkejut, "Kenapa responnya seperti itu?! Apa dia bahkan tidak tahu keagungan kerajaanku? Apa caraku memperkenalkan diri kurang mengguncang?! Aduh..."

"Sepertinya kau terluka," Arslan Galie mengusap hidungnya dengan jari telunjuk, "Aku tidak akan mengganggu lagi. Kau bisa pergi dari sini setelah mengobati lukamu,"

"Tunggu!" Sofia benar-benar kesal dengan makhluk kerdil yang tingginya bahkan tidak perlu dibicarakan lagi. Pipinya yang putih nampak memerah saat dia mulai buka suara.

"Kenapa kau tidak menanyakan tentang Kerajaan Elmora? Apa kau sama sekali tidak mau tahu aku berasal dari mana?!"

"............. Kau sudah mengatakannya," Arslan Galie menggaruk pipinya dan berkata, "Kau adalah Elf dan berasal dari Kerajaan Elmora. Apalagi yang harus kuketahui? Sudah yah, aku masih harus mencari makanan. Hati-hati saja di jalan dan jangan sampai tersesat,"

"Kau! Hei..!"

Sofia Bellwings benar-benar syok dengan sifat dari makhluk pendek itu. Bagaimana dirinya bisa diabaikan begitu saja? Bukankah selama ini tidak pernah ada makhluk yang bisa mengalihkan pandangan darinya?! Bahkan siapa pun itu jika tahu caranya berkomunikasi, maka akan langsung menundukkan kepala saat dia menyebutkan namanya dan juga kerajaannya.

"Tidak mungkin..." Sofia Bellwings baru saja akan mengumpat saat perih pada punggung dan kakinya kembali. Dia melihat luka lebam pada pergelangan kakinya dan ingat dengan seberapa tinggi dirinya terjatuh.

"Holy benedicta, festo gardien, vocatiom mon adimple et sana!"

Sofia Bellwings merupakan pengguna sihir cahaya. Mantra sihir yang dia rapalkan sayang hanya bisa sedikit mengurangi rasa sakit pada lukanya. Dia tahu itu dengan jelas sebab usianya masih 16 Tahun dan sebenarnya dia merupakan Elf yang belum mahir dalam penggunaan mantra sihir.

Ekspresi wajah Sofia berubah, hidungnya mulai mengendus sesuatu dan seolah dia mulai terganggu dengan bau yang ada di sekitarnya. Dalam waktu sekejap, Sofia mulai menutup mulut seolah menahan untuk muntah.

"Ya ampun, tempat apa ini?! Baunya.. Uh! Astaga.." Sofia terbatuk, namun perih pada punggungnya kembali dan membuatnya meringis.

"Aku sudah belajar sihir. Hanya itu mantra penyembuhan yang kutahu, tapi kenapa rasa sakitnya masih ada? Aduh.. Aku akan mati jika terus di tempat ini. Di mana orang yang tadi?"

Sofia berusaha mencari keberadaan lelaki bertubuh pendek tadi, tetapi hanya ada rimbunan pohon dracovudu disertai bau menyengat di sekitarnya.

Arslan Galie sendiri ada di tempat yang cukup jauh. Dia terlihat menusuk tubuh ulat kumbang pelangi dengan akar pohon dracovudu yang diambilnya.

Arslan tidak bisa menemukan ikan dan perutnya sudah beberapa kali bergemuruh. Satu-satunya hewan yang bisa dia temukan hanyalah makhluk sebesar kepalan tangan yang berwarna hijau dan menggeliat tersebut.

Saat sedang mengumpulkan ulat kumbang pelangi, Arslan Galie teringat dengan Elf yang dia lihat sebelumnya. Sudah lama dia tidak mendengar tentang Kerajaan Elmora, namun tidak ada yang patut diingat mengenai masa lalu.

Arslan menghentikan pekerjaannya saat mendengar suara gemerisik. Dia berbalik dan melihat gadis Elf berusia muda itu berjalan mendekat.

"Apa yang sedang kau lakukan?" Sofia buka suara.

"Sebaiknya kau tetap di sana, tempat ini bau."

"Aku juga tahu itu." ekspresi Sofia terlihat pucat saat dia berkata, "Tempat ini benar-benar bau. Sangat menjijikkan,"

"Lantas kenapa kau belum pergi?"

"Kau tidak lihat keadaanku?" Sofia meringis. "Aku terluka tahu..!"

Arslan Galie menaikkan sebelah, "Apa kau tidak bisa sihir penyembuhan?"

Sofia terkejut, tetapi tidak mungkin dia jujur dengan mengatakan kelemahannya. Dia pun lantas terbatuk dan berkata, "Sa-saat ini aku haus dan kelaparan. Aku tidak bisa memakai sihir dengan kondisi yang kekurangan tenaga. Kau dari ras apa tadi..?"

"Garielnains,"

"Ah, benar. Itu. Jadi bawa aku ke tempat tinggalmu. Itu sudah kewajibanmu untuk membantuku, mengingat kau menemukanku saat terluka." Sofia menyilangkan tangan, nada suaranya terdengar sombong dan membuat Arslan Galie tertegun.

"................"

"Kenapa kau diam saja? Bawa aku ke tempat tinggalmu. Tidak lihat bagaimana kondisiku saat ini, huh?"

Arslan Galie berkedip. Dia menggaruk kepalanya dan memperhatikan subjek di depannya dengan saksama. Dirinya pun mengembuskan napas dan menggeleng pelan.

...******...

Terpopuler

Comments

Agis

Agis

Ceritanya sangat bagus sekali, aku sangat menyukainya.

2024-03-04

0

Aries

Aries

Bagus-bagus, aku suka banget sama trilogi LOTR, aku udah nonton filmnya full dan sekarang lagi baca novelnya.
ternyata karya kakak juga ga kalah bagus, semangat updateny kakakk

2024-01-24

0

Adryan Eko

Adryan Eko

satu kata untuk seluruh nya..
"AMAZING"

saya suka penempatan kata dan bahasanya, ini udah karya dan harus di apresiasi.. dari pengolahan kata per kata keliatan author nya cerdas dan wawasan nya bagus sehingga kata per kata nya tertata dan ngalir dengan bagusnya.. saya suka baca bacaan yg tulisan nya gak nyakitin mata kayak gini, betah baca nya walaupun ampe ratusan chapter.. overall good job Kak Dasha

2024-01-21

0

lihat semua
Episodes
1 1 - Penghuni Dunia Tengah
2 2 - Seorang Elf
3 3 - Pedang Penakluk Naga
4 4 - Arslan
5 5 - Kepergian
6 6 - An dan Sofia
7 7 - Penyihir Hitam
8 8 - Penolong dari Utara
9 Bab 9 - Bertemu Kembali
10 10 - Membalas Kebaikan
11 11 - Sarang Hewan Pemakan Daging
12 12 - Bunga Lily Api
13 13 - Goblin
14 14 - Wilayah Perbatasan
15 15 - Kerajaan Elmora
16 16 - Kota Misella
17 17 - Istana Kerajaan Elmora
18 18 - Trian Shimmer Brown
19 19 - Rencana Sabotase
20 20 - Lunar Orchis
21 21 - Pelelangan
22 22 - Mengacaukan Lunar Orchis
23 23 - Pengejaran
24 24 - Kesatria Sihir
25 25 - Bantuan Musuh
26 26 - Istana Elmora
27 27 - Kesatria Sihir Kerajaan
28 28 - Keluarga Sofia
29 29 - Raja Gladius
30 30 - Bantuan
31 31 - Kesatria Matahari Emas
32 32 - Hal Tidak Terduga
33 33 - Keluarga Kerajaan
34 34 - Raja Nelius Sulla II
35 35 - Perencana Licik
36 36 - Perpisahan
37 37 - Meninggalkan Kerajaan Elmora
38 38 - Pertemuan
39 39 - Negosiasi
40 40 - Pembuktian
41 41 - Ketidakpercayaan
42 42 - Identitas Arslan
43 43 - Pertemuan [2]
44 44 - Kedekatan
45 45 - Perpisahan dengan Helena
46 46 - Perjalanan bersama An
47 47 - Kedai Kǎoyā
48 48 - Pertemuan Kembali
49 49 - Sofia
50 50 - Kediaman Wesley
51 51 - Manusia Dengan Sihir Hitam
52 52 - Membantu Sofia
53 53 - Menyelamatkan Rosie
54 54 - Lost Silva
55 55 - Kedalaman Lost Silva
56 56 - Ujian Hutan Bening
57 57 - Ilusi
58 58 - Ilusi [II]
59 59 - Pertemuan [3]
Episodes

Updated 59 Episodes

1
1 - Penghuni Dunia Tengah
2
2 - Seorang Elf
3
3 - Pedang Penakluk Naga
4
4 - Arslan
5
5 - Kepergian
6
6 - An dan Sofia
7
7 - Penyihir Hitam
8
8 - Penolong dari Utara
9
Bab 9 - Bertemu Kembali
10
10 - Membalas Kebaikan
11
11 - Sarang Hewan Pemakan Daging
12
12 - Bunga Lily Api
13
13 - Goblin
14
14 - Wilayah Perbatasan
15
15 - Kerajaan Elmora
16
16 - Kota Misella
17
17 - Istana Kerajaan Elmora
18
18 - Trian Shimmer Brown
19
19 - Rencana Sabotase
20
20 - Lunar Orchis
21
21 - Pelelangan
22
22 - Mengacaukan Lunar Orchis
23
23 - Pengejaran
24
24 - Kesatria Sihir
25
25 - Bantuan Musuh
26
26 - Istana Elmora
27
27 - Kesatria Sihir Kerajaan
28
28 - Keluarga Sofia
29
29 - Raja Gladius
30
30 - Bantuan
31
31 - Kesatria Matahari Emas
32
32 - Hal Tidak Terduga
33
33 - Keluarga Kerajaan
34
34 - Raja Nelius Sulla II
35
35 - Perencana Licik
36
36 - Perpisahan
37
37 - Meninggalkan Kerajaan Elmora
38
38 - Pertemuan
39
39 - Negosiasi
40
40 - Pembuktian
41
41 - Ketidakpercayaan
42
42 - Identitas Arslan
43
43 - Pertemuan [2]
44
44 - Kedekatan
45
45 - Perpisahan dengan Helena
46
46 - Perjalanan bersama An
47
47 - Kedai Kǎoyā
48
48 - Pertemuan Kembali
49
49 - Sofia
50
50 - Kediaman Wesley
51
51 - Manusia Dengan Sihir Hitam
52
52 - Membantu Sofia
53
53 - Menyelamatkan Rosie
54
54 - Lost Silva
55
55 - Kedalaman Lost Silva
56
56 - Ujian Hutan Bening
57
57 - Ilusi
58
58 - Ilusi [II]
59
59 - Pertemuan [3]

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!