...'Dia terjebak di antara penyihir hitam, namun ditolong oleh seorang manusia.'...
...*****...
Seruan asing itu membuat Arslan spontan merunduk. Beberapa anak panah melesat dan begitu cepat mengenai para penyihir hitam. Hal yang membuat kejadian itu makin mengejutkan adalah bahwa penyihir yang terkena anak panah tersebut langsung terbakar hebat.
Teriakan yang memekakkan telinga membuat Arslan menengadah sedikit. Matanya seketika membulat saat menyaksikan bagaimana anak panah itu menancap di dada seorang penyihir bertopeng dan membuatnya terbakar dalam sekejap.
"Pa-panah itu...." Arslan langsung teringat dengan kejadian beberapa tahun yang lalu. Anak panah yang dilihatnya merupakan anak panah emas dari kalangan bangsa Nordik.
!!
Seseorang menapakkan kakinya, tepat di depan Arslan. Lambaian jubah putih dan rambut pirangnya yang terkena matahari semakin menambah kepercayaan Arslan bahwa di hadapannya ini memang benar adalah manusia dari bangsa Nordik.
Arslan bisa melihat gerakan yang cepat dan keahlian memanah yang luar biasa. Penyihir hitam yang kini hanya tersisa dua orang bahkan lebih memilih melarikan diri, namun usaha keduanya sia-sia. Lesatan anak panah itu mengenai punggung mereka dan membuat kedua tubuh penyihir itu diselimuti api yang besar.
Sosok di hadapan Arslan mulai berbalik. Warna biru cerah pada matanya dan fisiknya yang terlihat seperti remaja berusia 14 Tahun membuat Arslan kembali terkejut. Subjek yang dia lihat benar-benar masih sangat muda.
"Kau baik-baik saja?"
Arslan tanpa sadar menahan napas. Dia pun menelan ludah dan kemudian mengangguk. Ras manusia memang terbagi menjadi beberapa jenis dan bangsa Nordik adalah salah satunya.
"Terima kasih," Arslan buka suara. Walaupun penasaran dengan bagaimana Nordik bisa datang ke tempat ini, namun dia menahan diri untuk tidak mengatakannya.
"Bagaimana dengan kedua temanmu itu?"
"Ah," Arslan ingat pada Sofia dan An. Dia pun lantas mendatangi keduanya dan memeriksa keadaan mereka.
Remaja berambut pirang dan bermata biru itu pun menghampiri Arslan, dia ikut membantu memeriksa kondisi salah satu teman subjek ini dan kemudian buka suara. Kening remaja itu mengerut saat bertanya, "Dia adalah Elf dan yang satunya kurasa berasal dari Ras Giant. Kau juga bukan dari ras yang sama dengan mereka, apa... Kalian benar-benar rekan?"
Arslan berkedip mendengar pertanyaan itu. Dia pun menatap remaja berjubah putih di depannya dan berkata, "Mereka memang teman perjalananku. Sofia dan An. Aku sendiri adalah Arslan, jadi... Siapa namamu?"
"Natur Willamar. Aku berasal dari wilayah utara dan dalam sebuah misi," remaja bermata biru itu memperhatikan elf perempuan yang masih tidak sadarkan diri sebelum kembali menatap Arslan.
Sosok bernama Natur Willamar itu berkata, "Aku memperhatikan orang ini baik-baik, dan yakin bahwa dia adalah putri dari Kerajaan Elmora. Apakah itu benar?"
"Kenapa kau menanyakan hal itu?" Arslan mengerutkan keningnya. Dia tidak bisa untuk tak mencurigai subjek di hadapannya ini meski Natur Willamar hanyalah remaja berusia 14 Tahun.
"Apakah putri Kerajaan Elmora mempunyai hubungan dengan misimu?" Arslan bertanya kembali. Dia dalam hati mulai memikirkan beberapa cara untuk menyingkirkan subjek ini jika terbukti berbahaya untuk dirinya, termasuk pada Sofia dan An.
Natur memiringkan kepalanya sebelum mulai menyilangkan tangan. Dia menatap Arslan dan berkata, "Kau terlihat sangat waspada. Aku ini yang sudah menyelamatkan kalian dari para penyihir hitam itu. Apa kau pikir aku adalah orang jahat?"
"............. Entahlah, aku rasa kau mempunyai alasan khusus dalam menolong kami." Arslan berujar, "Kami diincar oleh penyihir jahat dan tidak menutup kemungkinan ras lain juga mengincar kami."
"Bukankah harusnya kau berkata bahwa mereka mengincar putri Sofia Bellwings dari Kerajaan Elmora?"
"................"
Natur mendengus dan berkata, "Elf ini jelas adalah putri Sofia Bellwings. Tapi kau jangan khawatir, aku mengatakan ini bukan karena ingin menculiknya atau apa pun. Dia dicari oleh prajurit Kerajaan Elmora dan sejauh yang kutahu, putri Sofia Bellwings sangat suka melanggar aturan kerajaannya."
"Apa?" Arslan tersentak, "Maksudmu dia melarikan diri?"
Natur mengeluarkan sebuah kertas dari balik kantong jubahnya. Dia memperlihatkan isi di dalam kertas tersebut yang tak lain adalah sebuah dekrit kerajaan. Arslan jelas sangat terkejut, pasalnya dia pikir Sofia melakukan petualangan ini karena sudah mendapatkan izin dari Sang Raja.
"Kau tahu?" Natur berkata, "Kau bisa saja dihukum mati dengan tuduhan membawa kabur tuan putri. Jadi jika kau pintar, maka segera bangunkan dia dan suruh untuk pulang ke kerajaannya. Itu akan lebih menjamin keselamatan kalian,"
"Daripada apa yang kau katakan... Aku jauh lebih tertarik dengan tujuanmu datang ke tempat ini." Arslan memperhatikan remaja di hadapannya dan berkata, "Kau berasal dari wilayah utara dan sejauh yang kutahu... Ras manusia dengan rambut pirang dan mata biru hanyalah bangsa Nordik."
Arslan melanjutkan, "Tempat ini ada di wilayah barat dan usiamu pun terlihat masih belasan tahun. Kau ini terlalu jauh dari rumahmu, jadi bagaimana mungkin aku tidak curiga."
Natur mengusap-usap dagunya sebelum mulai menggaruk kepalanya. Dia menarik napas, "Aku tidak tahu bagaimana menjelaskannya. Tapi di Dunia Tengah, setiap ras memiliki wilayahnya masing-masing. Walau begitu, kami masih bisa menyeberang wilayah yang lain. Dan asalkan kau tahu, aku berada di Tanah Para Elf ini secara legal. Aku memiliki izinnya, tidak seperti para penyihir hitam tadi."
"Lalu bagaimana kau bisa menemukan kami?"
"Itu hanya kebetulan. Aku sedang berburu dan melihat cahaya menyilaukan. Kemudian aku mengikutinya dan menolong kalian,"
"Tapi apa yang kau lakukan di dalam hutan ini?"
"Kenapa dia terus bertanya?" Natur mengusap pipinya dan menjawab, "Aku mencari bahan pembuatan Obat Panjang Umur dan ada beberapa tanaman yang hanya bisa didapatkan di dalam hutan ini."
"Obat panjang umur..."
"Bunga laba-laba lili berakar api, ginseng air, buah dari pohon dracovudu, dan.... Kulit dari Batang pohon perak. Aku masih memerlukan dua lagi,"
"............... Untuk siapa obat panjang umur itu?"
"Itu tentu saja untuk-tunggu. Kenapa sejak tadi kau terus mengajukan pertanyaan padaku?" Natur berkacak pinggang dan berkata, "Apa kau sama sekali tidak peduli dengan kedua temanmu ini? Mereka masih belum sadarkan diri,"
"Mereka masih bernapas. Itu sudah cukup sebagai jawaban bahwa mereka baik-baik saja,"
Natur tercengang mendengar jawaban yang tidak biasa ini. Dia berkedip dan kemudian menunjuk Arslan. Suaranya terbata saat dia berkata, "A-apa definisi dari 'baik-baik saja' menurutmu adalah masih bisa bernapas? Haaah, kau ini... Bagaimana jika mereka berdua sekarat atau mungkin lebih buruk? Kau bisa dituntut tahu."
"Siapa yang akan menuntutku di dalam hutan ini?"
"A-apa?"
"Jika mereka mati pun, aku hanya tinggal menguburnya. Selesai,"
!!
Natur kaget. Dia jelas saja syok sebab sosok di hadapannya begitu santainya bicara demikian, bahkan tanpa rasa bersalah sama sekali. Dia memperhatikan Arslan dengan saksama dan lantas menggaruk kepalanya.
Natur buka suara, "Kau ini.... Dari ras apa? Yang kulihat kau seperti berasal dari ras manusia, tapi tubuhmu terlalu pendek. Bagaimana aku menjelaskannya... Kau lebih besar dari goblin dan warna kulitmu pun jelas tidak mirip dengan mereka. Kau bahkan lebih pendek lagi dari para dwarf dan sifatmu juga tidak sama dengan mereka. Kau ini... Sebenarnya apa?"
"................"
Akan sangat mencurigakan bagi Arslan jika sampai remaja di hadapannya tahu bahwa dia berasal dari ras Hobbit. Jadi karena itulah mendapatkan reaksi kebingungan dari anak laki-laki berambut pirang ini membuat Arslan begitu tenang menghadapinya.
Arslan berkata, "Aku berasal dari ras Garielnains. Ras yang memiliki karakteristik sama dengan para Giant. Kami adalah makhluk yang hidup menyendiri,"
Natur berkedip, keningnya mengerut. "Ras... Apa namanya?"
"Garielnains,"
"Aku tidak pernah mendengar ada ras seperti itu,"
Arslan menarik napas. Tentu saja itu jenis ras yang tidak pernah terdengar sebab nama tersebut hanyalah karangan belaka. Tidak ada ras seperti itu di Dunia Tengah atau di tempat manapun juga.
Dan selain itu, sosok di hadapannya adalah remaja berusia 14 Tahun. Anak ini tidak mungkin mengetahui tentang ras Hobbit mengingat Arslan merupakan satu-satunya hobbit yang tersisa. Sejarah tentang ras ini pun mustahil banyak diceritakan dan kalaupun ada yang tahu... Reaksi mereka akan sama seperti para penyihir hitam tadi.
Arslan bernapas pelan dan berkata, "Terserah jika kau tidak pernah mendengar tentang Garielnains. Itu bukan urusanku. Aku berterima kasih karena sudah menolong dan aku tidak akan mengganggu jika kau sudah akan pergi melanjutkan misimu kembali."
"Kau..!" Natur tersentak, "A-apa kau baru saja mengusirku?!"
Ukh...
!
Hampir saja Natur memarahi Arslan karena sangat tidak sopan andai suara Sofia tidak menginterupsinya. Dia pun berbalik dan melihat gadis elf berambut merah itu perlahan bangun sambil menyentuh lengannya.
"Aduh... Sakit sekali..." Sofia meringis. Dia pun mengedarkan pandangan dan kini melihat Arslan berdiri dengan seseorang bersamanya.
"Arslan..."
"Bagaimana keadaanmu?" Arslan buka suara. Dia juga melihat An mulai membuka mata meski belum mengubah posisinya.
"Kepala dan lenganku sakit," Sofia berujar. "Apa aku pingsan?"
"Aku rasa begitu," Arslan menjawab dan memperhatikan Sofia. Dia melanjutkan, "Kupikir kau ini cukup kuat, tapi jatuh seperti itu saja sudah membuatmu tidak sadarkan diri. Jika bukan karena pertolongan Natur, kita semua mungkin sudah mati."
"Natur?" Sofia mengerutkan kening.
"Dia adalah Natur," Arslan memperkenalkan remaja laki-laki di sampingnya, "Natur Willamar. Dia berasal dari utara,"
!!
"Nordik?" Sofia tersentak. Dia baru memperhatikan sosok di samping Arslan secara baik-baik dan kini yakin bahwa subjek yang dilihatnya memang berasal dari bangsa Nordik.
Natur menyilangkan tangan dan tersenyum. Dia pun berkata, "Jadi Nona Sofia Bellwings. Apa yang membuat Tuan Putri Kerajaan Elmora bisa sampai di tempat ini? Kondisimu... Bisa kukatakan sangat menyedihkan,"
!!
"Ba-bagaimana kau bisa..." Sofia menyadarinya, dia menggigit bibir bawahnya sebelum mulai memalingkan wajah dan mendengus.
Sofia berkata, "Apa yang kulakukan di tempat ini bukanlah urusanmu. Kau bahkan tidak berhak mendapatkan jawaban apa pun dariku,"
"........... Baiklah. Tapi Tuan Putri Sofia harusnya tahu dengan jelas bahwa apa yang Tuan Putri lakukan ini.... Dapat membuat rekanmu terkena masalah. Dan kurasa masalah itu tidak akan jauh dari kata 'kehilangan nyawa'." Natur mulai berbalik dan hendak berjalan pergi. Hanya saja dia berhenti melangkah setelah beberapa saat.
Natur pun melanjutkan ucapannya, "Ah. Benar. Aku melupakan ini. Kerajaan Elmora sedang gempar karena Tuan Putri mereka menghilang. Raja memberikan perintah untuk mencari dan membawamu pulang. Hadiahnya begitu besar dan kurasa karena hal ini... Banyak orang yang akan mengincarmu mulai sekarang."
Arslan melihat senyuman di wajah Natur sebelum remaja laki-laki itu berjalan pergi. Ucapan subjek tersebut mungkin tidak terdengar mengancam atau berbahaya, tapi Arslan bisa mengetahui maksud dari garis senyum yang dilihatnya.
"Sofia....." Arslan buka suara ketika tidak lagi melihat punggung Natur. Dia menoleh dan menatap gadis elf itu, kemudian berkata. "Apa selama ini.... Kau sudah membohongiku?"
!!
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 57 Episodes
Comments
Alan Bumi
kurang kata tidak
2023-07-13
2
Alan Bumi
untuk tidak mengatakannya
2023-07-13
2
y@y@
👍🏿⭐🌟⭐👍🏿
2023-07-06
1