4 - Arslan

...'Dia dikejar troll, bertemu giant, dan bahkan kenalan lamanya.'...

...*****...

Arslan meringis ketika merasakan sakit pada perutnya. Suara gemuruh kecil menjadi tanda bahwa ini waktunya untuk makan. Sayang sekali tidak ada apa pun selain pakaian dan palu serta kapak di bungkusan miliknya.

Arslan teringat pada kertas yang berisi tulisan Sofia dan membukanya. Benda itu tidak hanya berisi pesan dari elf tersebut, tetapi juga sebuah peta. Gunung Merah tempatnya berada pun terlukis dengan jelas pada peta tersebut.

Arslan berpikir dan merasa bahwa dia tidak bisa menggunakan jalur yang biasa untuk keluar dari tempat ini. Aliran sungai memang dapat menuntunnya untuk keluar, tetapi juga banyak sekali bahaya. Beberapa wolf sering datang ke sungai dan jika sedang sial---dia bisa saja bertemu troll kembali.

Arslan menarik napas dan menggeleng pelan. Di saat semacam ini dia sangat ingin menaiki sapu terbang seperti yang selalu digunakan oleh para penyihir. Sayang sekali, bahkan untuk mengendalikan mantra sihir sederhana pun---dia belum bisa melakukannya.

Tidak ingin membayangkan hal bukan-bukan lagi. Arslan pun melanjutkan perjalanan dan baru turun saat tidak ada lagi pijakan untuknya. Kondisinya masih di dalam hutan walau pemandangan di hadapannya bukan lagi hamparan pohon dracovudu.

Arslan berjalan di antara bebatuan yang penuh lumut. Bebatuan itu sendiri berada di sepanjang jalan dan semakin tinggi seolah membentuk tebing. Ada pepohonan dengan akar yang merambat dan hutan luas di hadapannya.

Tanah yang dipijak Arslan bukan lagi tanah basah dan berlumpur. Dia menarik napas dan kemudian berjalan melewati celah di antara bebatuan yang ada. Pandangan matanya lurus ke depan, melihat hutan yang masih lebat membentang di hadapannya.

Arslan mencari buah-buahan di hutan atau tanaman yang bisa dia makan. Jujur saja tempat ini tidak seperti hutan pohon dracovudu di mana dirinya bisa mudah menemukan ulat kumbang pelangi hanya dengan mengangkat beberapa akar pohon berlumpur.

Perut Arslan kembali bergemuruh. Dia tidak bisa melanjutkan perjalanan atau pun berpikir jika perutnya sedang kosong. Dia benar-benar membutuhkan makanan saat ini.

Hutan harusnya tempat yang kaya akan makanan, tetapi di hutan ini selain pepohonan yang tumbuh liar---tidak ada apa pun yang bisa dijadikan pengganjal perut. Arslan berjalan dan baru ingin memeriksa di antara semak belukar ketika mendengar suara teriakan seseorang.

!!

Tanpa membuang waktu, Arslan bergegas ke tempat di mana asal suara itu berada. Dia bahkan menggunakan akar liar untuk bisa naik ke bagian tanah yang lebih tinggi. Suara itu pun kian jelas dan membuat Arslan merasa bahwa dia berjalan ke arah yang tepat.

"......... Aku rasa suaranya dekat dari sini?" Arslan mengedarkan pandangan dan kembali mendengar suara ringisan. Dia pun berjalan ke arah semak-semak, namun tetap waspada.

Mata Arslan melebar saat melihat ada sesosok makhluk yang sangat besar dengan kulit berbulu, berwarna hijau dengan telinga runcing. Dia tanpa sadar menahan napas apalagi saat melihat mata bulat sempurna berwarna hitam dari makhluk tersebut.

"Bukankah itu... Giant..? Dia dari jenis veridis." Arslan masih bersembunyi dan memperhatikan bagaimana makhluk besar itu berusaha membebaskan kakinya yang terhimpit di antara dua bebatuan besar.

"Bu...!"

!!

"Dia memanggil ibunya," Arslan menelan ludah. Makhluk di hadapannya memang sangat besar, tapi bila diperhatikan baik-baik... Subjek itu mempunyai tatapan mata yang polos hingga bisa dipastikan dia termasuk kecil untuk golongan ras Giant.

"Buu...!"

Arslan menarik napas dan lantas keluar dari persembunyiannya. Dia membuat makhluk berbulu hijau tersebut terkejut dan kembali memanggil-manggil ibunya.

Giant itu mengepalkan tangannya dan hampir saja memukul subjek yang mengagetkannya ketika dirinya tersentak dengan siapa yang datang mendekat ini.

"Bu...?"

"Namaku Arslan. Bagaimana denganmu?"

"Arslan..... An."

"An, baiklah. Jangan khawatir, kau akan baik-baik saja setelah ini. Aku akan mengeluarkanmu,"

Arslan berjalan mendekat dan melihat kondisi kaki dari Giant bernama An tersebut yang masih terhimpit bebatuan yang besar. Jujur saja dia lebih berani menghadapi ras Giant, apalagi dari jenis veridis sebab mereka termasuk raksasa yang naif dan berhati lembut.

An sendiri melihat makhluk yang kecil itu berusaha memanjat ke salah satu bebatuan. Dia pun mengulurkan tangan dan menangkap Arslan dengan sangat mudah.

!

Arslan tersentak, namun dia merasakan An sangat hati-hati meletakkan dirinya di atas salah satu batu. Dia pun menatap Giant tersebut dan dalam hati menggeleng pelan.

"Ini...." Arslan memperhatikan kaki An yang terjepit di antara dua batu besar dan lantas menoleh menatap Giant itu. Dia berkedip dan berekspresi seolah benar-benar kasihan pada makhluk bertubuh besar ini.

Arslan menggeleng pelan dan kemudian mulai memanggil An. Raksasa itu menatapnya dan dengan ekspresi wajah yang begitu polos.

"An, tanganmu. Kau bisa mengeluarkan kakimu dengan cara mendorong batu ini. Ayo lakukanlah,"

"..............."

Melihat wajah makhluk besar di hadapannya yang nampak kebingungan membuat Arslan kembali berkedip. Dia mengembuskan napas dan membatin, "Inilah sebabnya isi kepala jauh lebih penting daripada hanya sekadar otot."

Arslan menggaruk kepalanya dan kemudian kembali memanggil nama raksasa tersebut. "An, coba kau lakukan ini. Rentangkan tanganmu di antara kedua batu ini, lalu dorong. Seperti ini,"

Arslan terus mempraktekkannya dan membuat An memiringkan kepala karena masih bingung dengan apa yang dimaksud oleh makhluk kecil di hadapannya.

"Ayo, An. Lakukanlah seperti ini," Arslan terus membujuk makhluk di hadapannya hingga An pun mengerti. Giant tersebut mendorong batu besar dengan sekuat tenaga dan berhasil membuat kakinya dapat bergerak.

Arslan berpegangan kuat ketika batu di bawah kakinya bergerak. Dia akhirnya bisa bernapas lega, namun tiba-tiba tersentak saat An mulai menangis. Dia melihat ada luka di kaki monster itu dan kemudian mulai melompat turun.

"Bu....."

"Itu hanya luka yang kecil. Jangan menangis," Arslan memeriksa luka di pergelangan kaki An dan melihat ada beberapa warna merah pada bulu hijau di kakinya. Dia pun mengulurkan tangan dan merapalkan sebuah mantra sihir yang dapat menghilangkan rasa sakit.

"Duleur los amissa.."

An melihat ada cahaya redup kehijauan yang seolah keluar dari tangan makhluk mungil di hadapannya. Dia tidak lagi merasakan sakit pada kakinya dan membuatnya senang.

Perlahan An mulai berdiri dan menggerakkan kakinya beberapa kali. Arslan ikut lega saat makhluk besar berbulu hijau tersebut tidak lagi menangis. Tubuhnya bahkan diangkat oleh An dan ia diturunkan tepat di bahu kanan makhluk dari ras Giant tersebut.

"Bu... Arslan..."

"Kau tidak perlu berterima kasih. Kaulah yang menyelamatkan dirimu sendiri," Arslan buka suara dan berpegangan saat An mulai berjalan.

"Hei, An. Aku sedang dalam perjalanan keluar dari lembah ini. Apa kau bisa mengantarku?"

"Bu..."

"Kau ingin meminta izin pada ibumu? Haah.... Raksasa yang baik hati." Arslan tidak perlu terlalu waspada atau bahkan curiga dengan ras dari jenis Giant Veridis. Mereka ini termasuk makhluk yang mudah dimanfaatkan dan karena itulah ada banyak dari jenis makhluk ini yang mati bertahun-tahun lalu.

Mengingatnya membuat Arslan merasakan sakit di hatinya. Dia memperhatikan wajah An dan menjadi semakin sedih. Apa yang terlintas dalam benaknya adalah ingatan tentang jenis makhluk ini yang tumbang dengan tubuh terbakar. Bahkan di akhir riwayat mereka, ras giant ini tetap melindungi makhluk-makhluk yang lebih kecil.

Arslan memejamkan mata sebelum dengan suara pelan berkata, "Kau harusnya memiliki tempat tinggal yang lebih baik. Kenapa kau justru ada... Di lembah ini?"

An tidak menjawab dan terus berjalan. Arslan menurunkan pandangan matanya dan kembali berkata, "Tempat tinggalmu bukankah ada di tempat lain?"

"Bu.... Takut," An memperlihatkan wajah yang sedih saat berkata, "An.... Usir..."

"Mereka mengusirmu karena takut?"

"Arslan...... Erat.."

"Apa?" Arslan tersentak saat An mulai berlari. Dia pun secara spontan berpegangan kuat dan menjadi berdebar karena kecepatan lari An yang tidak biasa.

Makhluk ini benar-benar hebat. Ras mereka adalah yang terkuat dan bisa saja menjadi penguasa Dunia Tengah. Mereka bahkan dapat mengalahkan ras elf andaikan mempunyai insting bertarung atau paling tidak memiliki keserakahan seperti ras lainnya.

Arslan melihat ada sebuah gua yang sangat besar tidak jauh di depannya. Dia menoleh saat An mulai memanggil ibunya dan suara langkah kaki terdengar cukup kuat.

Ada seseorang yang keluar dari bayangan gelap di dalam gua dan membuat Arslan mengerutkan kening. Siluet itu besar, namun jiga cukup aneh. Matanya melebar saat menyaksikan sosok yang mulai diterangi cahaya matahari tersebut.

Sosok itu memegang dua tongkat panjang, mirip seperti egrang dengan bagian bawah kaki tongkat yang dibentuk seperti kaki raksasa buatan. Subjek yang memakai egrang itu adalah wanita bertelinga runcing, dengan tubuh yang pendek tetapi lebih tinggi darinya. Wanita itu memakai jubah besar yang menjulur hingga membuatnya tampak seperti raksasa jika dilihat dari bayangan.

"Kau..." Arslan tidak tahu harus berkata apa melihat sosok di hadapannya. Dia diturunkan dengan sangat hati-hati oleh An dan masih tidak menyangka bisa bertemu makhluk yang tidak jauh berbeda dengan tinggi tubuhnya.

Subjek itu sendiri juga nampak terkejut. Dia memperhatikan sosok di hadapannya dan kemudian turun dari benda yang dipakainya. Wanita dengan pakaian hijau tersebut berjalan mendekat dan lantas melebarkan mata saat tahu siapa yang dia lihat sekarang ini.

"Arslan!?"

"Nyonya Germina Bunt..?"

"Arslan, apa ini sungguh kau?" wanita itu langsung meraih tangan Arslan dan lantas menangis. Dia memeluk pemuda tersebut dan beberapa kali mengucapkan syukur.

"Aku tahu... Aku selalu tahu bahwa kau masih hidup. Arslan.."

"Nyonya Germina... Ba-bagaimana kau bisa ada di sini?" Arslan mengenali wanita ini. Germina Bunt adalah dwarf yang banyak membantunya di masa lalu, sama seperti Gearl Howl.

Germina Bunt mengulurkan tangan dan menyentuh kedua pipi Arslan. Dia tersenyum dan mengangguk, beberapa kali menepuk bahu Arslan dan mengembuskan napas lega.

"Syukurlah.. Aku sangat bersyukur karena bisa melihatmu. Sudah lebih dari 50 Tahun... Terakhir yang kuingat adalah kau menghilang dari kabut itu dan membuatku percaya bahwa kau tidak mati. Aku mencarimu selama ini... Haah... Syukurlah..."

"Nyonya Germina..."

******

Terpopuler

Comments

Adryan Eko

Adryan Eko

kereeennn

2024-01-22

0

Xiao Hanꪶꫝ୧⍤⃝🍌

Xiao Hanꪶꫝ୧⍤⃝🍌

hehe mau ada gambar atau tidak iblis hatiku berkata " Kau tahu apa yang dirasakan wanita? Jika tidak, maka perhatikan dan coba pahami apa yang akan dia sampaikan ( baik dari gerak-geriknya atau ucapannya ) "

2023-07-17

2

Alan Bumi

Alan Bumi

jiga = juga

2023-07-12

1

lihat semua
Episodes
1 1 - Penghuni Dunia Tengah
2 2 - Seorang Elf
3 3 - Pedang Penakluk Naga
4 4 - Arslan
5 5 - Kepergian
6 6 - An dan Sofia
7 7 - Penyihir Hitam
8 8 - Penolong dari Utara
9 Bab 9 - Bertemu Kembali
10 10 - Membalas Kebaikan
11 11 - Sarang Hewan Pemakan Daging
12 12 - Bunga Lily Api
13 13 - Goblin
14 14 - Wilayah Perbatasan
15 15 - Kerajaan Elmora
16 16 - Kota Misella
17 17 - Istana Kerajaan Elmora
18 18 - Trian Shimmer Brown
19 19 - Rencana Sabotase
20 20 - Lunar Orchis
21 21 - Pelelangan
22 22 - Mengacaukan Lunar Orchis
23 23 - Pengejaran
24 24 - Kesatria Sihir
25 25 - Bantuan Musuh
26 26 - Istana Elmora
27 27 - Kesatria Sihir Kerajaan
28 28 - Keluarga Sofia
29 29 - Raja Gladius
30 30 - Bantuan
31 31 - Kesatria Matahari Emas
32 32 - Hal Tidak Terduga
33 33 - Keluarga Kerajaan
34 34 - Raja Nelius Sulla II
35 35 - Perencana Licik
36 36 - Perpisahan
37 37 - Meninggalkan Kerajaan Elmora
38 38 - Pertemuan
39 39 - Negosiasi
40 40 - Pembuktian
41 41 - Ketidakpercayaan
42 42 - Identitas Arslan
43 43 - Pertemuan [2]
44 44 - Kedekatan
45 45 - Perpisahan dengan Helena
46 46 - Perjalanan bersama An
47 47 - Kedai Kǎoyā
48 48 - Pertemuan Kembali
49 49 - Sofia
50 50 - Kediaman Wesley
51 51 - Manusia Dengan Sihir Hitam
52 52 - Membantu Sofia
53 53 - Menyelamatkan Rosie
54 54 - Lost Silva
55 55 - Kedalaman Lost Silva
56 56 - Ujian Hutan Bening
57 57 - Ilusi
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1 - Penghuni Dunia Tengah
2
2 - Seorang Elf
3
3 - Pedang Penakluk Naga
4
4 - Arslan
5
5 - Kepergian
6
6 - An dan Sofia
7
7 - Penyihir Hitam
8
8 - Penolong dari Utara
9
Bab 9 - Bertemu Kembali
10
10 - Membalas Kebaikan
11
11 - Sarang Hewan Pemakan Daging
12
12 - Bunga Lily Api
13
13 - Goblin
14
14 - Wilayah Perbatasan
15
15 - Kerajaan Elmora
16
16 - Kota Misella
17
17 - Istana Kerajaan Elmora
18
18 - Trian Shimmer Brown
19
19 - Rencana Sabotase
20
20 - Lunar Orchis
21
21 - Pelelangan
22
22 - Mengacaukan Lunar Orchis
23
23 - Pengejaran
24
24 - Kesatria Sihir
25
25 - Bantuan Musuh
26
26 - Istana Elmora
27
27 - Kesatria Sihir Kerajaan
28
28 - Keluarga Sofia
29
29 - Raja Gladius
30
30 - Bantuan
31
31 - Kesatria Matahari Emas
32
32 - Hal Tidak Terduga
33
33 - Keluarga Kerajaan
34
34 - Raja Nelius Sulla II
35
35 - Perencana Licik
36
36 - Perpisahan
37
37 - Meninggalkan Kerajaan Elmora
38
38 - Pertemuan
39
39 - Negosiasi
40
40 - Pembuktian
41
41 - Ketidakpercayaan
42
42 - Identitas Arslan
43
43 - Pertemuan [2]
44
44 - Kedekatan
45
45 - Perpisahan dengan Helena
46
46 - Perjalanan bersama An
47
47 - Kedai Kǎoyā
48
48 - Pertemuan Kembali
49
49 - Sofia
50
50 - Kediaman Wesley
51
51 - Manusia Dengan Sihir Hitam
52
52 - Membantu Sofia
53
53 - Menyelamatkan Rosie
54
54 - Lost Silva
55
55 - Kedalaman Lost Silva
56
56 - Ujian Hutan Bening
57
57 - Ilusi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!