...'Gearl Howl datang dan berkata bahwa dunia membutuhkannya dan dia pun memulai perjalanan panjang dengan setengah hati.'...
...*****...
Terakhir kali Gearl Howl datang ke rumah Arslan adalah sekitar 20 Tahun yang lalu dan tidak ada yang berubah. Gearl Howl menarik napas dan mengingat beberapa hal ketika suara Arslan menyadarkan dirinya.
"Apa yang membuatmu datang kemari?" Arslan terlihat bersandar di dinding rumahnya. Nada suaranya serius, namun dari tatapan matanya jelas memperlihatkan bahwa dia tidak ingin bicara terlalu lama dengan Gearl Howl.
"Kulihat tempat ini tidak banyak berubah. Kau juga masih sama dengan saat terakhir kali aku melihatmu. Apa... Kau baik-baik saja?"
"Langsung saja, Tuan Gearl. Kau tidak perlu mengatakan hal basa-basi. Apa tujuanmu datang kemari?"
"............" Gearl Howl menatap Arslan dan dalam hati menarik napas pelan. Pemuda ini selalu bersikap dingin ketika dia datang, tapi tetap saja dirinya tidak mengambil hati hal semacam itu.
"Arslan, dunia membutuhkanmu."
!!
Mata Arslan melebar. Tangan yang sebelumnya bersilang kini terkepal kuat. Dia membuang muka dan lantas mendengus, "Omong kosong."
"Arslan..!" Gearl Howl memanggil saat Arslan hendak berjalan keluar. Dia berseru, "Kau tidak bisa terus bersembunyi di tempat ini. Sekarang, dunia sedang berguncang dengan kemunculan Pedang Penakluk Naga. Para ras berusaha mendapatkan pedang itu demi keserakahan mereka. Kau sangat dibutuhkan!"
"........... Tuan Gearl Howl. Jika tidak ada hal lain yang ingin kau katakan, maka pergilah. Aku masih harus mencari makanan,"
"Apa yang kau dapatkan dari terus bersembunyi di tempat ini?" Gearl Howl berkata dan membuat Arslan yang melangkah keluar dari rumahnya kini berhenti tiba-tiba.
"Arslan, sudah cukup bagimu untuk bersembunyi. Kau sama sekali tidak bersalah atas kejadian di masa lalu. Sudah cukup... Bagimu untuk menghukum diri sendiri,"
"............" Arslan menurunkan pandangan matanya. Dia berbalik dan menatap pria tua dengan janggut panjang itu.
Arslan berkata, "Pergilah Tuan Gearl. Tidak ada alasan apa pun untukku kembali, apalagi meninggalkan tempat ini."
"Ada alasannya," Gearl Howl menarik napas dan berkata, "Pedang Penakluk Naga telah bersemayam iblis. Siapa pun yang mendapat pedang itu, maka akan dikuasai hasrat membunuh yang kuat. Tidak ada yang bisa menghentikan ini selain dirimu. Hanya kau yang tahu rahasia dari pedang itu,"
"Tuan Gearl Howl..!" Arslan menggeleng, "Hentikan ini. Aku tidak ingin terlibat dalam apa pun, bahkan tidak untuk dunia. Aku tidak bisa melakukan apa yang kau minta. Aku tidak mungkin membawa perubahan seperti itu. Justru... Kehadiranku sama sekali tidak dibutuhkan. Jadi aku minta padamu... Pergilah,"
Arslan merasakan sakit di tenggorokannya saat berkata, "Aku... Hanya ingin melakukan penebusan dosa dan itu adalah menjauh dari dunia. Aku tidak ingin kembali..."
Gearl Howl berkata, "Jika kau menganggap bahwa bersembunyi di tempat ini hingga mati adalah cara untuk menebus dosa-dosamu, maka kau salah besar. Bukan seperti ini cara yang tepat untuk menebus semuanya,"
Gearl Howl menarik napas pelan dan berujar, "Kau... Adalah orang yang tahu benar tentang pedang itu dan kekacauan dahsyat apa yang bisa dibawanya jika jatuh ke tangan orang lain. Di dunia ini... Kau adalah satu-satunya orang yang bisa menghentikan bencana yang akan dibawa oleh pedang itu."
"Pikirkan ucapanku," Gearl Howl berkata. "Jika kau bersembunyi di tempat ini hingga menunggu kematian, maka ada cara mati yang lebih baik. Untuk terakhir kalinya bantulah dunia ini dan dapatkan kematian terhormat yang dapat membuat seluruh kesalahanmu terhapus. Matilah... Tanpa rasa penyesalan."
!!
"............."
Arslan memperhatikan saat Gearl Howl berjalan keluar dari rumahnya. Penyihir dari ras drawf itu berhenti tepat di samping Arslan sebelum kembali buka suara.
Gearl Howl berkata, "Aku minta maaf karena melibatkanmu kembali pada sesuatu yang sangat ingin kau lupakan. Tapi aku tidak bisa memikirkan cara yang lain selain mengingat tentang dirimu. Pikirkanlah baik-baik dan jika kau membutuhkan bantuan... Kau tahu bagaimana caranya menghubungiku."
Arslan memperhatikan saat Gearl Howl mulai berjalan pergi dan meninggalkannya. Dwarf itu memang pernah datang dan memintanya keluar dari tempat ini, namun dia menolak. Sekarang, Gearl Howl justru menggunakan alasan Pedang Penakluk Naga dan ini membuatnya terganggu.
Sebelumnya, dia bertemu Elf bernama Sofia dan gadis itu juga menceritakan tentang Pedang Penakluk Naga. Lalu sekarang ada Gearl Howl. Kehidupannya yang biasa-biasa saja selama bertahun-tahun ini kini berubah setelah kedatangan dua orang yang tidak pernah disangka-sangka.
Bayangan dari masa lalu seolah melintas di hadapan matanya. Arslan menutup mata dan seolah mendengar banyak suara yang tidak hanya berasal dari teriakan, tetapi juga geraman hewan buas, termasuk suara ledakan yang saling bersahut-sahutan.
Itu adalah kejadian lebih dari 50 Tahun yang lalu. Seharusnya dia sudah melupakan detail dari setiap tragedi berdarah itu, tetapi entah mengapa bayangannya benar-benar jelas. Seolah kejadian tersebut baru saja terjadi kemarin.
Arslan tidak ingin pergi, namun ketika dia menatap ke dalam rumahnya---pandangan matanya langsung tertuju pada anak panah yang berada di atas meja kayu miliknya.
Arslan berjalan mendekat dan kemudian mengambil surat yang ditulis oleh Sofia. Elf itu tetap memintanya untuk bertualang dan melihat dunia dan bahkan dibalik tulisan pada kertas ini----ada gambar dari peta Dunia Tengah dan lokasi yang ditandai sebagai tempat Pedang Penakluk Naga berada.
Arslan tentu saja terkejut dan membalik kertas di tangannya. Dia memperhatikan peta itu dan rasa syok menghampirinya. Sofia benar-benar niat menginginkan dirinya untuk bisa keluar dari tempat ini.
Arslan menarik napas. Dia cukup lama berpikir sebelum kembali teringat dengan ucapan Gearl Howl. Dirinya pun lantas menoleh dan melihat lemari kecil miliknya dan lalu menggulung kertas di tangannya.
Arslan berjalan ke arah lemari kayu itu dan mengambil beberapa set pakaian. Dia pun membungkusnya dengan kain dan lalu mulai mengambil sebuah belati yang diselipkan di pinggangnya.
Dia juga membawa senjata lain seperti palu dan kapak. Arslan memasukkannya ke dalam bungkusan kainnya beserta anak panah dan peta pemberian Sofia. Ia pun mengganti sepatunya dan kemudian berjalan keluar rumah dengan bungkusan di tangan.
Arslan berjalan beberapa langkah sebelum berbalik untuk melihat rumahnya. Dia menarik napas, ekspresi wajahnya tenang, tetapi tatapan matanya memperlihatkan bahwa dirinya masih merasa berat untuk mengambil keputusan ini. Dia masih tidak mau pergi dan meninggalkan rumahnya dalam waktu yang lama.
"Aku hanya akan memeriksanya sebentar. Jika ini lebih berbahaya dari yang kubayangkan, maka aku akan kembali." Arslan sudah membuat keputusan dan lantas pergi. Ini masih belum bisa dikatakan petualangan sebab niatnya masih setengah hati.
Sambil menyusuri tanah yang berlumut dan licin, Arslan Galie juga mencari makanan. Dia mengumpulkan buah-buahan liar yang bisa ditemukan dan bahkan menangkap beberapa ulat kumbang pelangi.
Arslan menyusuri aliran sungai kecil. Dia berusaha menangkap ikan bahkan dengan cara membuat bendungan, tetapi tetap saja tidak berhasil menangkap satu ekor pun.
Dia akhirnya menyerah dan memutuskan untuk mengolah ulat kumbang pelangi yang dia tangkap tadi ketika merasakan kehadiran sesuatu. Arslan pun tersentak dan segera menoleh dengan pandangan mata yang waspada.
!!!
Tepat di seberang sungai, Arslan melihat ada tiga wolf berwarna hitam dan mengeluarkan suara aneh. Air liur nampak menetes di mulut serigala yang menakutkan tersebut. Wilayah di bahwa Gunung Merah memang bukanlah wilayah yang aman sebab ada banyak makhluk liar di tempat ini dan salah satu jenisnya tentu saja adalah para wolf.
"............." Arslan menahan napas. Dia dengan hati-hati mengeluarkan belati miliknya dan bersamaan dengan hal tersebut, ketiga wolf itu menggeram dan berlari ke arahnya.
"Crevaison lux!"
Cahaya tercipta dengan sekali hunusan belati dari Arslan. Cahaya yang tiba-tiba muncul dan sangat menyilaukan itu membuat ketiga wolf itu terkejut dan lantas berlari menjauh. Arslan akhirnya bisa menarik napas lega karena mampu mengusir para wolf itu dengan sihir sederhana miliknya.
"Apa.... Sebaiknya aku kembali saja?" Arslan berpikir akan mempertimbangkan kembali keputusannya. Dia merasa bahwa ini bukanlah keputusan yang tepat untuk keluar dari tempat persembunyiannya. Jelas sekali bahwa tugas menyelamatkan dunia itu... Bukan sesuatu yang mudah dilakukan, apalagi jika hanya dirinya sendiri.
"Aku akan pulang-"
"Dunia membutuhkanmu."
Ucapan Gearl Howl tiba-tiba terngiang di kepala Arslan. Kakinya baru saja hendak dilangkahkan untuk pulang, tetapi ingatan tentang Gearl Howl membuatnya berhenti.
"Pedang Penakluk Naga telah bersemayam iblis. Siapa pun yang mendapat pedang itu, maka akan dikuasai hasrat membunuh yang kuat. Tidak ada yang bisa menghentikan ini selain dirimu. Hanya kau yang tahu rahasia dari pedang itu,"
"..... Untuk terakhir kalinya bantulah dunia ini dan dapatkan kematian terhormat yang dapat membuat seluruh kesalahanmu terhapus. Matilah... Tanpa rasa penyesalan."
Arslan memejamkan matanya. Rasanya sakit saat dia menelan ludah dan sangat menyesakkan saat dia menarik napas. Dirinya menengadah dan menatap pohon besar yang menjulang tinggi di atasnya.
"Kau memberiku... Tugas yang berat..." Arslan perlahan berjalan. Dia tahu bahwa dirinya bisa saja mengabaikan ucapan Gearl Howl, namun entah mengapa ada satu titik di dalam hatinya yang benar-benar menginginkan kematian tanpa rasa penyesalan. Dia.... Paling tidak ingin menebus kesalahannya dengan cara yang benar.
Arslan terus berjalan di dekat aliran sungai. Dia bahkan menaiki batu besar dengan pohon kecil serta lumut yang tumbuh di atasnya. Jalan ini akan sangat panjang, namun mengikuti aliran sungai akan bisa membuatnya keluar dari hutan dracovudu. Sama seperti saat dirinya datang ke tempat ini bertahun-tahun yang lalu.
Arslan baru mengambil beberapa langkah saat menuruni bebatuan sebelumnya ketika mendengar suara sesuatu yang bergerak. Dia pun berbalik dan terkejut bukan main saat tahu bahwa batu yang dinaikinya tadi bukanlah batu biasa, melainkan sesosok troll.
"Gawat..!"
Troll adalah makhluk yang mempunyai tubuh keras dan mirip seperti batu. Mereka sering menyelimuti tubuh dengan lumut atau bahkan sengaja berdiam diri cukup lama di tanah sampai tubuh mereka ditumbuhi rumput atau tanaman lainnya, itu adalah cara mereka menyamar dan mengelabui buruan.
Makanan troll tentu saja adalah makhluk hidup jenis apa pun, bahkan Arslan pun akan terlihat seperti makanan di matanya. Tidak perlu ditanyakan tentang wajah troll, itu sangat mengerikan dengan gigi runcing yang luar biasa tajam. Dan satu hal yang pasti adalah bahwa troll ini tidak akan lari ketakutan hanya dengan sihir sederhana.
"Crevaison lux!" Arslan tahu hal itu, namun tetap menggunakan sihirnya. Cahaya yang menyilaukan membuat troll itu mengeluarkan suara yang keras seperti sangat marah.
Arslan menggunakan kesempatan ini untuk lari dan menyelamatkan diri, namun troll tersebut mengejarnya. Dia terpaksa masuk ke dalam hutan dan menggunakan pohon dracovudu untuk menyulitkan troll itu dalam mengejarnya.
Arslan terus berlari. Troll itu sendiri semakin cepat dan bahkan sesekali mengeluarkan teriakan memekakkan telinga dan membuat merinding siapa pun, bahkan termasuk Arslan.
Keadaan ini jelas sangat buruk. Rasanya seperti dikejar oleh raksasa dengan gigi yang tajam dan bahkan kondisi tanah ini pun sangat menyulitkannya. Arslan harus hati-hati karena jika tidak... Dirinya mungkin akan terpeleset dan jatuh.
Membayangkan kata jatuh sama dengan berakhir di mulut troll membuat jantungnya berpacu kencang. Arslan jelas tidak mau mati dengan cara yang seperti ini, apalagi ketika dia belum melakukan apapun untuk menebus kesalahannya. Dia harus hidup mengingat Gearl Howl mengatakan bahwa saat ini dunia membutuhkannya.
"Solventus examus!" Arslan mengucapkan sebuah mantra sihir dan membuatnya langsung melesat ke atas dengan kecepatan yang tinggi.
Kali ini dia tidak menutup mata. Di kecepatan yang luar biasa itu, dirinya berusaha agar kepalanya tidak sampai membentur dahan pohon dracovudu yang keras atau itu akan menjadi akhir riwayatnya.
Arslan berhasil naik ke permukaan dan jatuh di atas dedaunan pohon dracovudu. Napasnya terlihat tersengal-sengal dan baru saja hendak menenangkan diri... Pohon tempat Arslan berada bergetar kuat.
Tanpa menunda waktu, Arslan kembali berlari. Keuntungannya adalah bahwa rimbunan pohon dracovudu membuat daun-daun yang dia pijak cukup kuat, apalagi tubuhnya ringan dan dia sendiri selalu berhati-hati dalam mengambil setiap langkah.
Suara keras kembali terdengar dan Arslan bisa melihat beberapa bagian daun yang bergerak. Jelas itu pertanda bahwa troll yang ada di bawah menggoyangkan pohon dracovudu dan bahkan menyundulnya dengan tenaga yang besar.
Arslan melambatkan langkahnya sebelum pada akhirnya diam. Troll bergerak dengan insting dan walau ini termasuk pohon yang tinggi, namun troll tersebut bisa melihat pergerakan daun karena dia berlari sebelumnya. Satu-satunya yang bisa dilakukan adalah harus diam selama beberapa saat sampai troll itu merasa bahwa mangsanya sudah melarikan diri.
"................"
Arslan menelan ludah. Dia tidak berani mengintip apa yang dilakukan oleh troll di bawah sana. Dia bahkan tidak tahu bahwa troll tersebut sedang berusaha memanjat salah satu pohon dracovudu walau berakhir sia-sia.
Suara geraman kembali terdengar, namun Arslan tetap tidak bergeming. Dia menatap pemandangan di atasnya dan melihat langit biru yang cerah. Untuk sejenak, dia merasakan sedikit ketenangan.
Baru setelah tidak ada suara geraman serta pergerakan daun... Arslan pun memberanikan diri untuk mengintip ke bawah. Dia melihat troll itu sudah mulai berjalan pergi dan ini membuat dirinya bisa mengembuskan napas lega.
"Haaah...." ini bahkan belum setengah perjalanan dan dirinya sudah mengalami beberapa kesulitan. Arslan mengusap-usap dadanya dan teringat bahwa bertahun-tahun yang lalu... Dirinya beberapa kali bahkan mengalami hal yang lebih buruk dari ini.
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
🔹𝒩𝒶𝓂𝒾 ✅
baru keluar sudah disuguhkan oleh masalah, Arslan kau harus mulai terbiasa dgn berbagai masalah yg akan kau hadapi kedepannya 😅
2025-01-14
1
Adryan Eko
lanjoott
2024-01-22
0
Sofyan Muchtar
lanjutkan, seru nih
2023-08-23
3