10 - Membalas Kebaikan

...'Saat mereka bertengkar, seekor burung pipit yang terlatih datang dengan kabar.'...

...*****...

"Aku benar-benar kesal padanya," Sofia menyilangkan tangan dan menggelembungkan pipinya. Warna merah terlihat jelas di pipi putih cantiknya itu.

"Arslan, kenapa dia ikut dengan kita?" Sofia setengah berbisik. Dia bahkan merunduk hanya untuk mengatakan keluh kesahnya pada pemuda bertubuh pendek yang berjalan di sampingnya ini.

Sofia melanjutkan, "Aku tidak suka padanya. Apa tidak bisa kau mengusirnya saja dari rombongan kita? Sudah cukup bagus dengan kau, aku, dan An. Manusia dari ras Nordik itu... Dia sangat menjengkelkan dan bahkan tidak tahu malu,"

"Oh..." respon Arslan datar. Ekspresi wajahnya biasa saat dia berkata, "Dia memang tidak tahu malu dan itu mengingatkanku pada seseorang yang juga memiliki sifat serupa."

Arslan menengadah, dia menatap Sofia sebelum kembali memandang ke depan. Saat ini dirinya masih berada di dalam hutan. An mengikutinya di belakang, sementara Natur berjalan di depan seolah menjadi pemimpin dalam rombongan ini.

Sofia mendengus, dia baru saja akan merutuki Arslan ketika Natur tiba-tiba melesatkan anak panah miliknya hingga terdengar suara yang keras. Sofia kaget dan langsung membentak remaja laki-laki itu.

"Apa yang kau lakukan?!" Sofia berdecak, "Jika kau ingin melakukan serangan. Maka setidaknya katakan lebih dulu agar aku bisa bersiap. Astaga... Untung jantungku baik-baik saja,"

"Diamlah," Natur kembali menarik busurnya. Ekspresi wajahnya serius dan ini membuat Arslan serta Sofia menjadi tegang.

"Ada apa?" Arslan mendekat, dia bertanya.

"Lili memberikan isyarat bahwa ada kawanan wolf di depan. Aku melesatkan panahku lebih dulu untuk mengejutkan mereka. Kawanan itu akan berlari menjauh jika dikagetkan,"

"Apa mungkin wolf yang tadi mulai memanggil teman-temannya?" Sofia buka suara. Dia tanpa sadar menahan napas dan memegang kuat busur miliknya.

Natur menoleh dan menatap elf berambut merah tersebut. Dia mendengus dan lantas berkata, "Kau tenang saja. Selama ada aku bersama kalian, maka tidak akan ada bahaya mendekat. Aku ini... Sangat percaya diri dengan kemampuanku."

"Kau..!" Sofia bisa merasakan ada nada menyindir dari ucapan remaja berambut pirang di hadapannya. Dia sudah banyak bertemu orang yang menyebalkan dan Natur adalah yang terburuk di antara mereka.

"Sudahlah," Arslan menatap Sofia. Dia berkata, "Kau jangan mencari perdebatan tidak berguna dengan Natur. Dan kau sendiri, Natur. Tolong jangan memancing Sofia. Kalian harus tenang, maka dengan begitu kita bisa keluar dari tempat ini secepatnya."

Arslan dalam hati menghela napas, dia seperti pengasuh dua orang anak yang setiap saat tidak pernah akur satu sama lain. Sejujurnya dia ingin mengusir kedua orang ini, membawa An sebagai teman petualangan adalah yang paling baik karena raksasa tersebut pendiam dan tidak banyak tingkah.

Hanya saja entah bagaimana ada dua orang yang justru sekarang ikut dengannya. Padahal dia mempunyai misi yang sangat penting dalam situasi segenting ini.

Arslan dan teman-temannya masih sangat jauh dari peradaban. Di samping itu, dia juga harus selalu mencari makan untuk memenuhi tenaga di dalam tubuhnya. Keunikannya yang memiliki jadwal makan sebanyak 9 kali membuat Natur terkesan, tetapi beruntung sebab remaja berjubah putih itu memang sangat suka berburu.

Arslan mendapatkan banyak bantuan dari Natur, karenanya di menghargai sosok berambut pirang ini. Di sisi lain, Sofia sendiri justru lebih banyak merepotkan. Tetapi memang perjalanan ini akan menjadi cukup membosankan jika tidak ada karakter seperti gadis elf berambut merah itu.

Sofia juga sebenarnya tidak tinggal diam. Dia ikut berburu dan terkadang merebut hewan buruan dari Natur. Persaingan karena mereka sama-sama menggunakan busur panah sebagai senjata cukup menegangkan.

Arslan yang sebelumnya membiarkan kedua orang ini bertengkar kini tidak tahan lagi. Dia pun berbalik dan membentak, "Apa kalian tidak bisa berhati-hati sedikit?!"

!!

Natur dan Sofia tersentak. Mereka berkedip beberapa kali karena melihat kondisi Arslan yang ada di dekat seekor ayam hutan. Ada satu anak panah yang tertancap di lengan kanan pemuda setinggi 1,3 meter itu, dan anak panah lainnya hampir saja mengenai kaki Arslan.

"Ya ampun, kau... Baik-baik saja?" Sofia menjadi tidak enak sebab anak panahnya menancap di lengan Arslan. Dia sungguh tidak sadar sudah melukai pemuda pendek bau, temannya ini.

"Aku memburunya sendiri," Arslan tanpa ragu melepaskan anak panah Sofia dan kemudian menyembuhkan lukanya dengan sihir. Dia pun melanjutkan, "Jika kalian ingin berburu... Maka cari tempat lain. Kalian berdua benar-benar bisa membunuhku jika bertingkah seperti ini lagi,"

"Ini semua karena salahnya," Natur angkat bicara dan membuat Sofia tersentak.

"Beraninya kau bilang begitu," Sofia tidak terima. "Semua juga karena ulahmu, tahu!"

"Kau memanah Arslan. Untung saja hanya lengannya, jika sampai terkena jantungnya... Maka kau sudah menjadi pembunuh." Natur menyilangkan tangan. Ucapannya membuat Sofia kesal.

"Hah, seolah tindakanmu itu benar. Kau saja hampir melubangi kakinya, bagaimana jika Arslan tidak bisa berjalan? Kau akan terkena masalah besar."

"Tapi itu baru 'hampir', kan? Tidak benar-benar mengenainya."

"Kau-"

"Kalian berdua berisik," Arslan menggeleng pelan. Dia mengangkat ayam hutan yang berhasil diburunya dan menggumam pelan.

Arslan menghela napas, "Rasanya aku sedang merawat dua bocah. Dan jika dipikirkan lagi... Mereka memang masih bocah,"

Sofia tidak lagi bicara, tetapi saat Arslan sudah berjalan menjauh... Dia pun tanpa peringatan menginjak kaki Natur hingga membuat remaja laki-laki itu merintih. Sofia tertawa dan lantas berlari ke arah Arslan.

Natur jelas saja kesal, dia mengejar Sofia untuk memberikan balasan atas tindakan gadis elf tadi. Kedua orang ini pun berakhir kejar-kejaran dan bahkan saling membalas memukul atau menendang.

Arslan sendiri membersihkan ayam hutan yang sebelumnya sudah disembelih. Ada anakan sungai di tempat ini dan lokasi di sekitarnya pun cukup strategis untuk beristirahat.

An sendiri membantu Arslan, dia sebelumnya sudah memasak air hingga mendidih untuk ayam hutan hasil tangkapan Arslan. Ini agar memudahkan baginya dan Arslan untuk mencabuti bulu ayam tersebut.

"Kau tahu, An..." Arslan buka suara, "Aku jadi berpikir untuk menggantung mereka di tempat ini dan kemudian pergi. Sejujurnya perjalanan ini akan lebih baik jika hanya denganmu,"

An tidak mengatakan apa pun dan hanya fokus mencabuti satu per-satu bulu ayam di depannya. Arslan menggeleng pelan dan lantas mengajarkan An cara membersihkan hewan ini dengan benar.

Saat Arslan hendak mencuci kembali ayam hutan hasil buruannya di anakan sungai, dia tersentak kala mendengar panggilan Natur. Remaja berambut pirang itu berlari ke arahnya dengan diikuti Sofia.

"Arslan..! Arslan..! Lili menemukannya..!"

Kening Arslan mengerut, dia bertanya. "Apa yang ditemukan burung pipitmu?"

"Bunga Laba-Laba Lili. Sekarang aku tahu di mana tanaman itu berada,"

Natur terlihat senang dan bahkan tersenyum lebar. Arslan memperhatikannya dan berkata, "Syukurlah jika demikian. Lantas apa kau akan ke sana sekarang?"

"Mn, kalian bisa melanjutkan perjalanan. Aku akan pergi dan mengambil tanaman itu dulu. Aku pasti akan segera menemui kalian lagi,"

"Tunggu," Sofia menghentikan Natur yang hendak berjalan pergi. Dia pun berkata, "Bagaimana bisa kau ke tempat itu sendirian? Arslan, kita harus menemaninya."

"Apa?"

"Meskipun anak ini menjengkelkan, tapi tetap saja dia pernah menolong kita. Aku tidak mau berhutang padanya, jadi ayo bantu dia untuk mendapatkan tanaman itu."

Ucapan Sofia memang ada benarnya. Natur memang sudah membantu Arslan selama ini, jadi akan lebih baik untuk membalas dengan kebaikan serupa. Arslan mengangguk pelan, dia baru akan bicara ketika tiba-tiba saja Natur buka suara.

Remaja berambut pirang dengan mata biru itu menyilangkan tangan dan menatap Sofia. Natur berkata, "Aku tidak keberatan jika orang seperti Arslan yang menemaniku. Tapi aku akan menolak jika kau juga ikut."

Tanpa peduli reaksi Sofia yang tersentak, Natur pun melanjutkan ucapannya. "Kau gadis yang cerewet, lemah, dan hanya akan merepotkan. Jadi sebaiknya kau tunggu sendirian saja di sini, oke?"

"Kau ini sangat mengesalkan..!" Sofia memukul lengan Natur, "Tidak ada sopan-sopannya sama sekali padahal aku lebih tua darimu. Pokoknya aku juga harus ikut. Kita sudah sejauh ini bersama-sama, jadi apa pun yang ada di depan... Harus dihadapi bersama."

"Aduh..!" Natur merintih saat Sofia merangkul lehernya, mengapitnya dan kemudian mulai berjalan dengan penuh semangat.

Arslan memperhatikan kedua orang itu dan mengembuskan napas. Dia pun menatap ke arah daging ayam yang bahkan belum sempat dimasaknya, "Bagaimana ini...?"

"An, bereskan semuanya." Arslan berujar, "Kita akan memasaknya nanti."

*

*

Arslan dan teman-temannya mengikuti seekor burung pipit yang terbang. Hewan kecil itu membawa mereka ke arah timur, menuju sebuah lembah dengan pepohonan dan rumput yang mati.

Sofia menelan ludah, "Ti-tinggi sekali. Apa kita akan turun ke bawah sana? Tempatnya begitu curam,"

Lokasi di mana Arslan dan teman-temannya berada sekarang adalah sebuah lembah dengan bukit batu yang curam. Mereka masih berada di atas dan memang harus turun jika ingin mengikuti burung pipit Natur.

"Kalian sebaiknya di sini saja, aku yang akan ke bawah." Natur buka suara sebelum tiba-tiba saja melompat. Arslan dan Sofia sampai terkejut karenanya.

!!

"Natur..!" Arslan berseru. Jantungnya berdetak cepat dan sangat tidak karuan, apalagi ketika dirinya memperkirakan kedalaman lembah di bawahnya yang kemungkinan besar lebih dari 30 meter dengan banyaknya bukit bebatuan.

"Natur..!" Sofia ikut berseru, ekspresi wajahnya pucat. Dia pun menepuk bahu Arslan dan berkata, "Bagaimana jika dia mati? Dia melompat begitu saja dan ini mengejutkanku. Arslan,"

"Arslan..." An menyentuh bahu Arslan dengan jari telunjuknya dan kemudian mulai mengarahkan telunjuk tersebut ke bawah.

Arslan dan Sofia mengikuti arah jari telunjuk An. Mereka melihat Natur yang rupanya dapat terbang dengan menggunakan busur miliknya. Remaja berambut pirang itu bahkan dalam posisi berdiri, di mana busur tersebut berada di kakinya. Natur terlihat sangat ahli, seolah dia memang sudah terbiasa terbang.

"Jadi dia bisa terbang?!" Sofia benar-benar syok. Mulutnya sampai terbuka lebar sebab baru mengetahui kemampuan Natur yang hebat ini. "Ukh, sekarang aku tahu kenapa dia sangat menyebalkan."

"Sofia, kau tetap di sini dan jaga An."

"Apa?" Sofia tersentak, "Arslan. Kau mau ke mana? Apa kau akan turun ke sana? He-Hei..!"

"Kau tetap saja di sini dan siapkan busurmu," Arslan mulai turun. Kakinya berpijak di antara bebatuan tebing dan berusaha mengambil posisi berjalan yang lebih baik.

"A-Arslan, hati-hati.." Sofia sangat khawatir. Jika memandang ke depan, maka di bawah sana adalah lembah. Tetapi jika Arslan menjadi objeknya, maka pemuda itu seolah hendak turun ke dalam jurang yang dalam.

"Arslan..! Cepatlah kembali..!"

Arslan bisa mendengar seruan Sofia. Dia pun menarik napas dan kembali fokus dengan setiap pijakannya. Arslan terlihat tidak kesulitan, bahkan dengan tubuhnya... Dia bisa dengan ringan melompat dan berpegangan kuat pada bebatuan yang ada.

Kedalaman lembah ini sama sekali tidak membuat Arslan takut. Justru semakin lama dia bergerak, maka semakin lincah gerakan kakinya untuk turun. Sofia sampai tidak tahu harus berkata apa dengan kemampuan Arslan yang satu ini.

Natur sendiri tidak mengetahui apa yang saat ini dilakukan oleh teman-temannya. Dia fokus mengikuti burung pipitnya yang mulai terbang turun dan masuk ke sebuah gua. Natur sama sekali tidak mempunyai prasangka buruk dan mengikuti burung kecil itu. Hewan yang diberi nama Lili itu sangat mahir mencari jejak, Natur dapat mempercayakan pencarian apa pun pada teman kecilnya ini.

Burung pipit milik remaja laki-laki itu terus terbang semakin ke bagian dalam gua. Burung itu melewati beberapa lorong yang sedikit memusingkan, tetapi dia benar-benar berhasil membawa Natur ke tempat di mana Bunga Laba-Laba Lili berada.

"Lili..."

!!

******

Terpopuler

Comments

Alan Bumi

Alan Bumi

wih ngak nyangka aku, Arslan yang bertubuh 130 cm butuh makan sebanyak 9 kali sehari

2023-07-15

1

y@y@

y@y@

👍🏿🌟👍🌟👍🏿

2023-07-10

1

KhaLisa_BM

KhaLisa_BM

Cantik sekali hutannya, jadi ingat jaman SD dulu klo plg dari liburan tempat mama sering lihat pemandangan yg seindah itu,

2023-07-05

2

lihat semua
Episodes
1 1 - Penghuni Dunia Tengah
2 2 - Seorang Elf
3 3 - Pedang Penakluk Naga
4 4 - Arslan
5 5 - Kepergian
6 6 - An dan Sofia
7 7 - Penyihir Hitam
8 8 - Penolong dari Utara
9 Bab 9 - Bertemu Kembali
10 10 - Membalas Kebaikan
11 11 - Sarang Hewan Pemakan Daging
12 12 - Bunga Lily Api
13 13 - Goblin
14 14 - Wilayah Perbatasan
15 15 - Kerajaan Elmora
16 16 - Kota Misella
17 17 - Istana Kerajaan Elmora
18 18 - Trian Shimmer Brown
19 19 - Rencana Sabotase
20 20 - Lunar Orchis
21 21 - Pelelangan
22 22 - Mengacaukan Lunar Orchis
23 23 - Pengejaran
24 24 - Kesatria Sihir
25 25 - Bantuan Musuh
26 26 - Istana Elmora
27 27 - Kesatria Sihir Kerajaan
28 28 - Keluarga Sofia
29 29 - Raja Gladius
30 30 - Bantuan
31 31 - Kesatria Matahari Emas
32 32 - Hal Tidak Terduga
33 33 - Keluarga Kerajaan
34 34 - Raja Nelius Sulla II
35 35 - Perencana Licik
36 36 - Perpisahan
37 37 - Meninggalkan Kerajaan Elmora
38 38 - Pertemuan
39 39 - Negosiasi
40 40 - Pembuktian
41 41 - Ketidakpercayaan
42 42 - Identitas Arslan
43 43 - Pertemuan [2]
44 44 - Kedekatan
45 45 - Perpisahan dengan Helena
46 46 - Perjalanan bersama An
47 47 - Kedai Kǎoyā
48 48 - Pertemuan Kembali
49 49 - Sofia
50 50 - Kediaman Wesley
51 51 - Manusia Dengan Sihir Hitam
52 52 - Membantu Sofia
53 53 - Menyelamatkan Rosie
54 54 - Lost Silva
55 55 - Kedalaman Lost Silva
56 56 - Ujian Hutan Bening
57 57 - Ilusi
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1 - Penghuni Dunia Tengah
2
2 - Seorang Elf
3
3 - Pedang Penakluk Naga
4
4 - Arslan
5
5 - Kepergian
6
6 - An dan Sofia
7
7 - Penyihir Hitam
8
8 - Penolong dari Utara
9
Bab 9 - Bertemu Kembali
10
10 - Membalas Kebaikan
11
11 - Sarang Hewan Pemakan Daging
12
12 - Bunga Lily Api
13
13 - Goblin
14
14 - Wilayah Perbatasan
15
15 - Kerajaan Elmora
16
16 - Kota Misella
17
17 - Istana Kerajaan Elmora
18
18 - Trian Shimmer Brown
19
19 - Rencana Sabotase
20
20 - Lunar Orchis
21
21 - Pelelangan
22
22 - Mengacaukan Lunar Orchis
23
23 - Pengejaran
24
24 - Kesatria Sihir
25
25 - Bantuan Musuh
26
26 - Istana Elmora
27
27 - Kesatria Sihir Kerajaan
28
28 - Keluarga Sofia
29
29 - Raja Gladius
30
30 - Bantuan
31
31 - Kesatria Matahari Emas
32
32 - Hal Tidak Terduga
33
33 - Keluarga Kerajaan
34
34 - Raja Nelius Sulla II
35
35 - Perencana Licik
36
36 - Perpisahan
37
37 - Meninggalkan Kerajaan Elmora
38
38 - Pertemuan
39
39 - Negosiasi
40
40 - Pembuktian
41
41 - Ketidakpercayaan
42
42 - Identitas Arslan
43
43 - Pertemuan [2]
44
44 - Kedekatan
45
45 - Perpisahan dengan Helena
46
46 - Perjalanan bersama An
47
47 - Kedai Kǎoyā
48
48 - Pertemuan Kembali
49
49 - Sofia
50
50 - Kediaman Wesley
51
51 - Manusia Dengan Sihir Hitam
52
52 - Membantu Sofia
53
53 - Menyelamatkan Rosie
54
54 - Lost Silva
55
55 - Kedalaman Lost Silva
56
56 - Ujian Hutan Bening
57
57 - Ilusi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!