2 - Seorang Elf

...'Elf itu bernama Sofia Bellwings, gadis cerewet. Dia mengusirnya, namun Elf itu justru mengajak bertualang.'...

...*****...

Sofia memakai busurnya sebagai penopang tubuh serta menggunakannya untuk berjalan. Dia menatap pemuda di hadapannya yang begitu pendek dan dalam hati berusaha mengingat-ingat tentang ras Garielnains, namun tidak ada yang bisa dibayangkan.

"Hei, aku tidak memaksamu untuk membawaku ke kediamanmu yah. Ini sudah jadi tanggung jawabmu," Sofia buka suara dan membuat Arslan menatap ke arahnya.

Arslan Galie hanya memperhatikan Sofia sejenak sebelum kembali memandang ke depan. Sejujurnya dia tidak pernah berkata apa pun. Gadis inilah yang memutuskan sendiri dan mengikutinya pulang.

"Sebenarnya kau ingin apa dengan ulat menjijikkan itu? Melihatnya membuatku merinding," Sofia kembali buka suara.

"Ini makananku,"

"Ma-makanan?! Kau... Memakan makhluk yang ukh! Kau serius akan memakan itu?" Sofia merasa pucat, perutnya jadi sakit.

"Kau pikir aku akan bermain-main?" Arslan berbicara singkat dan selanjutnya tidak mengatakan apa pun lagi, bahkan tidak merespon ucapan Sofia yang mengajaknya bicara.

Aroma menyengat semakin kuat saat Sofia terus mengikuti Arslan, tempat di sekitarnya penuh dengan pepohonan besar dan benda yang dipijaknya adalah jenis tanaman lumut yang terlihat sangat kotor. Dia benar-benar ingin protes, tetapi masih berusaha menahan diri karena lukanya butuh diobati.

Sofia mengerutkan kening saat menyaksikan ada sebuah pohon dracovudu tua yang memiliki lubang. Dia pun mengikuti Arslan masuk ke lubang tersebut walau harus membungkukkan tubuh.

"Baunya sangat menyengat. Rasanya seperti aku berada di bawah tumpukan bangkai," Sofia nyaris muntah tetapi Arslan tiba-tiba buka suara.

"Kau jangan mengotori tempat tinggalku dengan muntahanmu. Sebaiknya kau tahan itu jika tidak ingin kuusir,"

Sofia menutup hidungnya sambil mengedarkan pandangan. Dia sebelumnya membungkukkan badan saat masuk karena lubang di depannya terlalu pendek, tetapi ternyata isi di dalam pohon dracovudu ini luas dan ada beberapa perabotan yang terlihat.

Sofia melihat ranjang mungil dan kemudian duduk di sana. Dia bertanya, "Apa kau tinggal di sini? Di mana semua orang?"

"Kau mencari siapa?" Arslan mengambilkan air dan memberikannya pada Sofia. Benda di tangannya adalah gelas kayu berisi air yang bahkan tidak terlalu jernih.

Sofia menelan ludah, dia tidak ingin minum air yang kotor, tetapi di satu sisi dia benar-benar haus.

"Aku akan menutup mataku saja," Sofia mulai meminum air yang diberikan Arslan. Dia bisa merasakan ada tekstur berpasir, namun paling tidak tenggorokannya kini basah.

Sofia terbatuk dan berkata, "Aku mencari keluargamu. Tidak mungkin kan kau tinggal sendirian di sini?"

Arslan Galie mengembuskan napas. Dia berjalan ke arah lemari yang terbuat dari akar dracovudu dan mengeluarkan beberapa tanaman kering.

Sofia melihat Arslan menumbuk beberapa tanaman dan kembali bertanya, "Jadi bagaimana? Apa orang tuamu sedang pergi keluar?"

"Aku tinggal sendirian,"

"Mn? Tinggal sendirian? Jadi apa ada ras sepertimu di sekitar sini? Ini pemukiman kalian, kan?"

"......... Hanya aku,"

Sofia berkedip, "Kau tinggal jauh dari ras-mu atau bagaimana? Aku sama sekali tidak mengerti,"

"................" Arslan menatap sejenak ke arah Sofia dan berkata, "......... Tinggal terpisah seperti ras Giant."

"Oh, benarkah? Jadi Garielnains itu ras yang hidup sendiri-sendiri. Tapi biasanya ras Giant paling tidak akan tinggal bersama dua atau tiga orang dari kaumnya sendiri-"

"Tapi Garielnains memang tinggal sendiri," Arslan memisahkan tanaman herbal yang dia tumbuk. Sebagian dia campurkan dengan air dan kemudian mulai berjalan ke tempat Sofia.

Arslan berkata, "Minum ini dan herbal yang lain kau oleskan sendiri di lukamu. Aku memiliki pekerjaan yang lebih penting,"

Sofia tersentak, "Jadi maksudmu aku yang sedang terluka ini tidak lebih penting dari pekerjaanmu?"

"Tentu saja. Aku lapar dan tidak ada yang lebih penting dari makan," Arslan menjawab tenang dan mulai mengambil ulat kumbang pelangi yang sebelumnya dia tangkap.

Sofia memperhatikan Arslan yang mulai memotong-motong ulat itu. Bulu kuduknya berdiri saat menyaksikan ulat itu bahkan masih menggeliat saat bagian tubuhnya sudah terpotong-potong.

"Hei, mungkin kau harus tahu ini... Tapi Elf sepertiku tidak makan binatang." Sofia berkata, "Kami hanya makan buah-buahan dan sayuran, jadi kau tidak perlu repot."

"Hmph, siapa juga yang memasak untukmu? Aku membuatnya untuk diriku sendiri." Arslan berujar, "Jika kau sudah selesai dengan herbal itu maka segeralah pergi. Tempat ini terlalu kotor untuk makhluk sepertimu,"

!!

Mendengar ucapan dari pemuda yang setinggi 1,3 meter ini membuat Sofia Bellwings mendengus. Dia meminum herbal yang diberikan padanya, rasanya sedikit berbeda namun tidak ada waktu memikirkan hal itu.

"Aduh.. Punggungku sakit," Sofia meringis dan perlahan mulai berbaring. Dia melihat lampu lilin di atasnya. Tempat tidur ini terbuat dari kayu dengan jerami sebagai alas.

"Astaga... Kau memasukkan apa ke dalam bantalmu ini? Apa ini rumput kering? Oh ya ampun. Apa tidak ada bulu angsa atau yang lebih lembut? Ini benar-benar keras. Kau yakin bisa tidur nyenyak dengan bantal seperti ini? Aku sendiri tidak mungkin akan bisa tidur jika sekeras ini."

Arslan sama sekali tidak habis pikir dengan jenis Elf yang tiba-tiba saja masuk ke rumahnya tanpa diundang. Subjek yang tidak punya sopan santun dan tanpa ragu mengomentari rumah yang menjadi tempat bernaungnya. Haah... Dia sampai kehabisan kata-kata.

"Tempat tidurmu benar-benar pendek. Lihat. Tidak ada tempat untuk kedua kakiku," Sofia kembali buka suara, "Aku seperti raksasa jika tidur di sini. Kau yakin bukan dari klan Dwarf? Kau memang lebih tinggi dari dwarf yang sering kutemui, tapi kau sangat pendek jika disebut manusia. Aku tidak bisa berpikir tentang ras Garielnains. Apa kau dapat memberiku petunjuk?"

Sofia menoleh dan melihat Arslan yang begitu serius memasak tanpa menghiraukan dirinya. Pipinya bergelembung dan memerah saat dia kembali buka suara.

"Hei..! Apa kau bahkan tidak mau bertanya tentang bagaimana aku bisa terluka?!"

".............. Palingan kau jatuh," Arslan menjawab tanpa menoleh dan membuat Sofia tersentak.

"Menyebalkan..! Orang lain juga akan tahu jika aku terluka karena jatuh. Tapi apa kau tidak penasaran dengan bagaimana aku bisa jatuh?! Kau tidak menanyakan apa pun tentangku sebelumnya, ini mengganggu tahu."

"Hmph, aku tidak mau tahu dan juga tidak peduli. Jika kau merasa terganggu, maka pintuku itu selalu terbuka. Kau bisa pergi dengan mudah,"

"Kau selalu saja mengusir..." Sofia berujar pelan, "Aku ini sedang terluka tahu. Aku jatuh dari ketinggian yang bahkan tidak bisa kuhitung. Kupikir aku sudah mati, beruntung langit menyayangi gadis yang cantik sepertiku hingga aku masih hidup sampai sekarang."

"Kau harus bersikap baik padaku..." Sofia berkata, "Jika kau melakukan itu... Maka aku bisa memastikan kau akan mendapatkan apa pun yang kau mau,"

Arslan mengembuskan napas dan lantas menggeleng, "Kau mengatakan seolah kau bisa memberikan kebahagiaan pada seseorang. Apa kau akan menggunakan kekuasaan kerajaanmu untuk hal itu-"

Arslan melihat elf berkulit putih itu sudah tidur. Dia menghela napas dan mulai memakan hasil masakannya. Gadis itu padahal sudah berkata tidak akan bisa tidur dengan memakai bantal yang keras, tetapi lihatlah sekarang. Elf itu terlihat sangat tenang.

"........ Haaah... Terserah sajalah." Arslan berjalan keluar dari rumahnya. Dia pergi dan meninggalkan Sofia yang masih tidur nyenyak.

Sofia sendiri baru bangun setelah kurang lebih tertidur selama 5 jam. Saat membuka mata, kondisi di sekitarnya sudah hampir gelap. Dia meringis karena kembali merasakan sakit pada punggungnya walau tidak lagi separah yang tadi.

Dia kembali menggunakan mantra sihir dan kali ini lukanya sudah tidak terasa sakit lagi. Sofia menatap ke arah herbal yang sebelumnya diberikan Arslan dan lantas menggeleng pelan.

"Orang itu sangat tidak sopan. Bukannya menyiapkan air hangat atau memintaku untuk membersihkan diri... Dia malah tidak peduli sama sekali. Ehm... Di mana dia?"

*

*

Kondisi di bawah Gunung Merah selayaknya hamparan kabut. Di baliknya adalah bentangan hijau dari pohon Dracovudu yang berusia sangat tua, menaungi rawa-rawa dan tanah berlumut di bawahnya.

Lokasi ini sangat luas dan membentang begitu jauh. Tidak ada hal yang patut dikatakan selain bahwa tanaman Dracovudu mengeluarkan bau menyengat seperti bangkai dan semakin diperparah dengan bau dari tanah berlumpur serta tumbuhan lumut di sekitarnya.

Siapa pun pasti tidak akan tahan, termasuk Sofia. Dia bahkan sudah muntah tiga kali saat keluar dari kediaman Arslan. Perutnya sakit dan selain rasa haus, dirinya pun kelaparan.

Sofia hampir menangis karena bau yang diciumnya saat tiba-tiba mendengar suara gemerisik dari aliran air. Dia melebarkan mata dan segera bergegas untuk mencari asal dari suara itu. Bahkan tidak butuh waktu lama sampai dia menemukan sumber air di balik pohon dracovudu.

!!

Ada sungai dengan banyak bebatuan penuh lumut di hadapannya. Walau itu adalah air yang mengalir di antara bebatuan tersebut, namun Sofia teramat senang sebab dia bisa minum dan membasuh wajahnya.

"Aku selamat..." Sofia segera mendekat. Dia melepaskan sepatunya dan kemudian mulai duduk di salah satu batu.

Baru saja kedua tangannya hendak menyentuh air ketika dia merasakan kehadiran seseorang. Sofia pun menoleh dan berkedip saat melihat Arslan yang sedang mencuci buah tidak jauh darinya.

"Kenapa kau meninggalkanku?" Sofia langsung berseru dan membuat Arslan menoleh.

"Oh, kau sudah bangun?" Arslan terlihat tenang saat merespon. Tindakannya membuat Sofia terperangah.

"Kau ini sangat kelewatan. Dasar jahat," Sofia mencuci wajahnya dan kemudian mulai mendekati Arslan. Dia duduk di salah satu batu tempat pemuda itu berada dan kembali buka suara.

"Kau meninggalkanku yang terluka begitu saja, apa kau ini tidak punya hati?"

"............ Aku sudah membuatkanmu obat dan mengizinkanmu tidur di rumahku. Apa itu masih disebut sebagai 'tidak punya hati'?" nada suara Arslan tidak berubah.

"Dengar yah, kau tidak akan bisa punya teman jika masih bersikap seperti itu." Sofia tanpa peringatan langsung mengambil salah satu buah yang baru saja selesai dicuci bersih oleh Arslan. Tindakannya mendapat tatapan dari pemuda bertubuh pendek di sampingnya ini.

"Aku lapar tahu..." Sofia cemberut, "Kau jangan melihatku seperti itu."

".............."

Sofia terus mengikuti Arslan. Di sepanjang jalan, elf itu terus bicara tanpa henti. Walau memang kisah yang diceritakan Sofia lebih banyak tentang kehidupannya di istana Elmora.

"Kerajaanku itu sangat terkenal. Dengan tanah yang subur sehingga dikatakan bahwa ia diberkahi oleh langit. Tidak hanya tanahnya, bahkan pengguna sihir terhebat berasal dari kerajaan kami dan aku merupakan pengguna sihir cahaya yang langka."

Sofia berkata, "Namaku sangat terkenal dan itulah sebabnya aku terkejut karena kau tidak mengenaliku, apalagi kau hanya merespon normal saat mendengarkan tentang Kerajaan Elmora. Itu mengesalkan tahu!"

"Jika kau memang sangat terkenal, lalu kenapa kau bisa jatuh ke tempat seperti ini?"

Sofia tersenyum dan kemudian berkata, "Lihat. Kau penasaran, kan? Hmph. Siapa yang sebelumnya berkata tidak ingin tahu dan tidak peduli tentangku, hm?"

Arslan menatap Sofia, ekspresi wajahnya tidak berubah saat berkata. "Baiklah, tidak perlu katakan jika kau tidak mau. Aku hanya berharap kau bisa diam dan tidak mengganggu pendengaranku."

"Kau pendek yang menyebalkan," Sofia menggelembungkan pipinya sebelum tersenyum. Dia pun dengan semangat mulai buka suara.

Sofia berkata, "Dengarkan. Aku saat ini sedang dalam petualangan seru. Saat ini... Di seluruh tempat di Dunia Tengah... Semua orang ribut tentang Pedang Penakluk Naga. Apa kau tahu Pedang itu? Aku yakin kau bahkan tidak tahu apa pun tentangnya-!"

Sofia tersentak saat Arslan tidak berjalan di sampingnya. Dia berhenti berjalan dan melihat pemuda setinggi 1,3 meter itu berhenti melangkah entah sejak kapan.

"Kenapa kau diam di sana? Aku masih belum selesai bicara,"

Ekspresi wajah Arslan sejenak berubah sebelum kembali normal. Dia kembali berjalan tanpa mengatakan apa pun. Sofia seolah tidak merasakan adanya perubahan suasana hati subjek di sampingnya dan lantas kembali berujar.

"Dahulu kala, para ras bertarung melawan naga dan berhasil menang dengan menggunakan sebuah pedang luar biasa. Sejarah yang aku tahu, pedang itu telah bersemayam iblis dan banyak ras yang sedang mencarinya untuk mendapatkan kekuatan pedang itu. Aku..."

Arslan menatap Sofia karena tiba-tiba gadis ini menggantung ucapannya. Dia baru saja akan bicara ketika Sofia kembali buka suara.

Sofia berkata, "Ada banyak orang yang ingin memiliki pedang itu, tetapi sebenarnya pedang tersebut tidak boleh sampai muncul lagi karena yang kudengar adalah---Kehancuran dunia akan datang bersamaan dengan hadirnya pedang itu. Kerajaanku sendiri akan berada dalam bahaya,"

Sofia menarik napas dan menengadah. "Sejak dahulu, ras-ku dipercaya untuk melindungi kunci menuju lokasi pedang itu dari mereka yang berhati serakah. Namun entah bagaimana tersebar peta tentang lokasi pedang itu dan ini sangat berbahaya,"

"Aku melakukan petualangan mencari pedang itu untuk melindunginya. Namun saat sedang terbang, aku dikejar oleh penyihir hitam dan bahkan dihadang oleh kawanan *Vultour hingga membuatku terjatuh."

^^^*Sejenis burung bangkai^^^

Sofia menyadari ada perubahan pada tatapan mata Arslan dan kemudian berkata, "Penyihir hitam itu hanyalah pemula. Aku berhasil lolos dari mereka walau dengan susah payah. Tunggu! Aku sedang menceritakan tentang Pedang Penakluk Naga, bukan tentang penyihir hitam. Jadi bagaimana pendapatmu?"

"Tidak ada pendapat,"

Sofia cemberut saat dia sudah panjang lebar bicara dan Arslan hanya memberinya respon yang ketus. Dia pun berkata, "Apa kau tidak penasaran dengan kekuatan besar yang dimiliki oleh pedang itu? Kudengar siapa pun yang mendapatkannya, maka ia akan bisa menaklukkan seluruh ras di Dunia Tengah."

"......... Tidak tertarik,"

"Astaga, kau ini menyebalkan sekali." Sofia menyusul Arslan saat pemuda itu berjalan meninggalkan dirinya. Dia tidak menyerah dan kembali buka suara.

"Bagaimana jika kau ikut denganku dan bertualang mencari pedang itu?"

!

Arslan berhenti melangkah, dia menatap Sofia dan tanpa nada berkata. "Kuharap aku tidak salah dengar dengan ucapanmu tadi,"

"Memang tidak. Aku mengajakmu bertualang mencari pedang itu. Ini pasti akan jadi petualangan yang seru," Sofia tersenyum dan berkata, "Kau tenang saja. Aku sangat ahli memanah, aku akan melindungimu."

"Hmph, tidak tertarik."

!!

Sofia membeku sebelum akhirnya berkata, "Ada banyak orang yang menginginkan pedang itu. Sementara kau bilang... 'Tidak tertarik'? Astaga... Apa ras Garielnains itu makhluk yang tidak peduli pada apa pun? Dunia saat ini sedang berguncang tahu..!"

"Kalau begitu pergilah. Cari orang yang tertarik dan jangan ganggu aku,"

"Kau..!" Sofia menggelembungkan pipinya. Dia menghentakkan kaki dan mengikuti Arslan pulang.

Di rumah Arslan, Sofia terus membahas tentang Pedang Penakluk Naga dan membujuk agar pemuda itu keluar untuk bertualang bersamanya. Hanya saja, respon Arslan tetap sama. Pemuda itu menolak pergi.

Bahkan Sofia membantu saat Arslan berburu, dia menggunakan teknik memanah yang hebat saat Arslan sedang berusaha menangkap ikan dengan tangan kosong.

Sofia hanya menggunakan satu buah panah dan berhasil menangkap dua ekor ikan yang besar. Dia tersenyum dan berkata, "Lihat. Aku ini bisa melindungimu. Kau tenang saja. Jika ikut denganku, kau tidak akan kelaparan."

"Tidak tertarik,"

"Aku sebenarnya kasihan padamu. Kau tinggal sendirian di sini dan tidak ada teman untuk ditemani bicara. Dunia itu sangat luas dan ada banyak tempat yang hebat. Apa kau sungguh tidak mau melihat dunia luar?"

"................"

"Mencari keberadaan Pedang Penakluk Naga sambil menjelajah dunia adalah hal yang menakjubkan. Tidakkah kau bisa bayangkan petualangan yang akan terjadi. Ini akan seru sekali. Pikirkanlah. Apa kau tidak mau keluar dari tempat yang buruk ini?"

"................"

Arslan tetap saja menolak. Bahkan ketika berada di dalam rumahnya, Sofia terus membujuk agar Arslan mau keluar melihat dunia.

"Aku serius mengajakmu. Bertualang denganku itu sangat seru. Aku bahkan bisa mengajarimu caranya memanah untuk menangkap ikan,"

".......... Tidak perlu. Dan lagi, apa kau sungguh tidak akan pergi dari sini?"

"Aku harus pergi ke mana? Malam sudah sangat larut. Di luar sana gelap. Kau sangat jahat karena mengusir gadis cantik sepertiku,"

"Kalau begitu berhentilah bicara atau aku benar-benar menendangmu keluar dari sini."

"Hmph, bagaimana bisa kau tidur dengan tempat sekecil ini? Dan walau aku tidak pernah mengatakannya karena ini tidak sopan, tapi rumahmu bau. Kau harusnya tidak memilih tinggal di bawah pohon bangkai ini, sangat menjijikkan dan kotor."

Arslan memperhatikan subjek yang katanya tidak bisa tidur itu. Entah sadar atau tidak, tapi Sofia secara spontan menepuk-nepuk bantal seolah melembutkannya. Gadis itu bahkan seakan sudah terbiasa dan nampak mengambil posisi ternyaman untuk tidur.

"Kau harus memikirkan baik-baik ucapanku," Sofia bergumam sebelum mulai menguap. Dia berujar, "Kau sudah menolongku dan aku tidak ingin melihatmu terus berada di tempat yang kotor ini."

"..............."

Melihat elf tersebut yang mulai tidur membuat Arslan juga ikut berbaring. Dia menumpuk jerami di tanah dan dekat dengan kursi kayu miliknya.

"..............."

Arslan menatap langit-langit rumahnya yang merupakan bagian dari akar pohon dracovudu. Dia memikirkan ucapan Sofia, namun ekspresi wajahnya sama sekali tidak berubah. Itu adalah ekspresi wajah yang sama sekali tidak tertarik, apalagi memiliki gairah petualangan.

"15.000.... 15.001...."

Arslan mempunyai sesuatu yang tersembunyi dalam tatapan matanya. Entah Sofia sadar atau tidak, tetapi jelas terlihat bahwa Arslan sama sekali tidak ingin terlibat dengan dunia luar.

.........

Ketika pagi hari saat Arslan terbangun, dia tidak menemukan keberadaan Sofia. Hanya ada sebuah anak panah yang tertancap di atas meja kayu dan sebuah surat yang rupanya ditulis oleh Sofia.

Ekspresi Arslan tidak berubah walau tatapan matanya jelas memperlihatkan sesuatu yang lain. Dia baru akan bergumam ketika mendengar sebuah suara di pintu.

Arslan tersenyum samar dan kemudian berjalan. Dia membuka pintu rumahnya dan berkata, "Sudah kuduga kau akan tersesat-"

Ucapan Arslan tertahan. Dia membeku saat tahu bahwa yang berdiri di depan pintunya bukanlah Sofia, tetapi seseorang bertubuh lebih pendek darinya, berpakaian serba putih, berwajah tua, namun dengan janggut yang sangat panjang.

"Bagaimana kabarmu?"

Suara yang didengar Arslan bernada berat. Subjek di hadapannya adalah sosok yang dikenal Arslan dan orang ini pun mengenalinya dengan baik. Dia bernama Gearl Howl, penyihir dari ras Dwarf.

"Tuan Gearl Howl...?" ekspresi Arslan tidak banyak berubah, namun tatapan matanya jelas mengandung keterkejutan. Dia sama sekali tidak menyangka bahwa sosok yang akan mengetuk dan berdiri di hadapannya adalah Gearl Howl.

"Boleh aku masuk?"

"............" Arslan terdiam, memperhatikan subjek yang lebih pendek darinya itu sebelum akhirnya berjalan masuk ke dalam rumahnya.

Meskipun tidak menjawab ucapannya, namun tindakan Arslan sudah menjadi isyarat bahwa Gearl Howl diizinkan masuk. Penyihir tua itu mengedarkan pandangan dan melihat setiap sudut di dalam rumah Arslan.

...******...

Terpopuler

Comments

zC

zC

👍👍👍👍👍

2023-06-16

2

zC

zC

👍👍👍👍👍.

2023-06-13

2

Uchy

Uchy

Sofia terlalu percaya diri bahwa Arslan akan memasak untuknya.
wkwkwkwk 😜

2023-06-12

2

lihat semua
Episodes
1 1 - Penghuni Dunia Tengah
2 2 - Seorang Elf
3 3 - Pedang Penakluk Naga
4 4 - Arslan
5 5 - Kepergian
6 6 - An dan Sofia
7 7 - Penyihir Hitam
8 8 - Penolong dari Utara
9 Bab 9 - Bertemu Kembali
10 10 - Membalas Kebaikan
11 11 - Sarang Hewan Pemakan Daging
12 12 - Bunga Lily Api
13 13 - Goblin
14 14 - Wilayah Perbatasan
15 15 - Kerajaan Elmora
16 16 - Kota Misella
17 17 - Istana Kerajaan Elmora
18 18 - Trian Shimmer Brown
19 19 - Rencana Sabotase
20 20 - Lunar Orchis
21 21 - Pelelangan
22 22 - Mengacaukan Lunar Orchis
23 23 - Pengejaran
24 24 - Kesatria Sihir
25 25 - Bantuan Musuh
26 26 - Istana Elmora
27 27 - Kesatria Sihir Kerajaan
28 28 - Keluarga Sofia
29 29 - Raja Gladius
30 30 - Bantuan
31 31 - Kesatria Matahari Emas
32 32 - Hal Tidak Terduga
33 33 - Keluarga Kerajaan
34 34 - Raja Nelius Sulla II
35 35 - Perencana Licik
36 36 - Perpisahan
37 37 - Meninggalkan Kerajaan Elmora
38 38 - Pertemuan
39 39 - Negosiasi
40 40 - Pembuktian
41 41 - Ketidakpercayaan
42 42 - Identitas Arslan
43 43 - Pertemuan [2]
44 44 - Kedekatan
45 45 - Perpisahan dengan Helena
46 46 - Perjalanan bersama An
47 47 - Kedai Kǎoyā
48 48 - Pertemuan Kembali
49 49 - Sofia
50 50 - Kediaman Wesley
51 51 - Manusia Dengan Sihir Hitam
52 52 - Membantu Sofia
53 53 - Menyelamatkan Rosie
54 54 - Lost Silva
55 55 - Kedalaman Lost Silva
56 56 - Ujian Hutan Bening
57 57 - Ilusi
Episodes

Updated 57 Episodes

1
1 - Penghuni Dunia Tengah
2
2 - Seorang Elf
3
3 - Pedang Penakluk Naga
4
4 - Arslan
5
5 - Kepergian
6
6 - An dan Sofia
7
7 - Penyihir Hitam
8
8 - Penolong dari Utara
9
Bab 9 - Bertemu Kembali
10
10 - Membalas Kebaikan
11
11 - Sarang Hewan Pemakan Daging
12
12 - Bunga Lily Api
13
13 - Goblin
14
14 - Wilayah Perbatasan
15
15 - Kerajaan Elmora
16
16 - Kota Misella
17
17 - Istana Kerajaan Elmora
18
18 - Trian Shimmer Brown
19
19 - Rencana Sabotase
20
20 - Lunar Orchis
21
21 - Pelelangan
22
22 - Mengacaukan Lunar Orchis
23
23 - Pengejaran
24
24 - Kesatria Sihir
25
25 - Bantuan Musuh
26
26 - Istana Elmora
27
27 - Kesatria Sihir Kerajaan
28
28 - Keluarga Sofia
29
29 - Raja Gladius
30
30 - Bantuan
31
31 - Kesatria Matahari Emas
32
32 - Hal Tidak Terduga
33
33 - Keluarga Kerajaan
34
34 - Raja Nelius Sulla II
35
35 - Perencana Licik
36
36 - Perpisahan
37
37 - Meninggalkan Kerajaan Elmora
38
38 - Pertemuan
39
39 - Negosiasi
40
40 - Pembuktian
41
41 - Ketidakpercayaan
42
42 - Identitas Arslan
43
43 - Pertemuan [2]
44
44 - Kedekatan
45
45 - Perpisahan dengan Helena
46
46 - Perjalanan bersama An
47
47 - Kedai Kǎoyā
48
48 - Pertemuan Kembali
49
49 - Sofia
50
50 - Kediaman Wesley
51
51 - Manusia Dengan Sihir Hitam
52
52 - Membantu Sofia
53
53 - Menyelamatkan Rosie
54
54 - Lost Silva
55
55 - Kedalaman Lost Silva
56
56 - Ujian Hutan Bening
57
57 - Ilusi

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!