...'Di dalam gua ada Goblin yang menginginkan nyawa mereka. Dan di luar, burung raksasa pemakan bangkai siap menerkam.'...
...*****...
Arslan bergerak cepat dan kembali menggunakan sihir miliknya. Goblin yang hendak menerkamnya terjatuh karena silau akibat cahaya yang keluar dari belati Arslan.
Kondisi ini dimanfaatkan Arslan dan Natur untuk berlari pergi. Mereka berusaha menjauh sebisa mungkin dan saat cahaya mulai memudar, para goblin terlihat kebingungan.
Krrrrrrt..!
Seorang goblin menggemeretakkan giginya. Dia dan rekan-rekannya mengejar Arslan dan Natur, mereka terlihat membawa senjata di tangan.
!!
"Mereka mengejar kita...! Ce-cepat sekali..!" Natur menoleh dan berusaha melihat para goblin yang sedang berlari mengejarnya. Jantungnya berpacu kencang sebab gerakan goblin tersebut semakin cepat dan hampir mencapai mereka.
"Berhenti..!" Arslan berseru dan tepat saat dia dan Natur berhenti, sebuah batu besar jatuh tidak jauh di hadapan mereka.
Natur terkejut dan menengadah, dia melihat ada empat goblin di tempat yang lebih tinggi darinya. Merekalah yang sudah mendorong batu besar itu untuk menutup jalan keluarnya dengan Arslan.
Kekekeke
"Ma-makanan..."
Arslan melebarkan mata dan kemudian tanpa peringatan melesat maju. Tindakannya yang sangat tidak terduga itu mengejutkan Natur. Remaja itu menyaksikan para goblin sedang mengerumuni Arslan dan dia sama sekali tidak tahu ada berapa banyak makhluk hijau itu.
"Cresion Dolor Lux!"
Mantra sihir Arslan menciptakan ledakan cahaya dan membuat para goblin terlempar ke berbagai arah. Kekuatan tersebut besar dan membuat Natur yang melihatnya menjadi sangat terkejut.
Remaja berambut pirang itu tidak menyangka bahwa Arslan mempunyai sihir yang begitu kuat, padahal tubuh pemuda itu hanya sedikit lebih tinggi daripada goblin.
Natur menggeleng, ini bukan saatnya dia terkesan para Arslan. Dirinya pun mulai menarik busurnya dan kemudian langsung melesatkan serangan anak panah yang tercipta dari sihir.
Dua goblin yang tidak tahu akan diserang dari belakang pun terkena anak panah dari Natur. Mereka tumbang dengan sebuah anak panah yang menembus jantung. Kejadian ini lantas membuat para goblin yang lain marah dan mulai berbalik menyerang Natur.
Arslan juga diserang oleh goblin yang lain. Mereka sangat lincah dan cepat, sulit sekali untuk mengimbangi makhluk-makhluk ini. Apalagi senjatanya hanyalah sebuah belati dan di samping itu, dia melawan tidak hanya dua goblin---tetapi lebih dari itu.
"Lubrianza..!" Arslan berseru. Mantra sihir yang digunakannya membuat lantai yang dipijaknya licin. Para goblin yang berdiri hingga jarak enam meter darinya terpeleset dan jatuh.
Arslan pun menginjak beberapa tubuh goblin dan digunakan sebagai pijakan untuk bisa ke tempat Natur. Dia melebarkan mata saat Natur berhasil menumbangkan cukup banyak goblin dengan memakai senjata busurnya.
Tanpa peringatan Natur melesatkan tiga anak panah sekaligus yang dia arahkan ke batu besar di hadapannya. Kekuatan tersebut membuat batu itu meledak, bahkan Arslan sampai kaget karenanya.
"Kau baik-baik saja?" Natur bertanya saat Arslan sudah berada di dekatnya.
"Seharusnya aku tidak datang kemari," Arslan bergumam. Dia merasa bahwa mencemaskan Natur adalah hal yang tidak berguna. Remaja berusia 14 Tahun ini rupanya lebih dari cukup untuk bisa lolos dari setiap bahaya.
"Kau ini bicara apa.." Natur tidak mengerti dan kembali menarik Arslan. Dia pun melempar busurnya dan menaiki benda itu.
Keduanya kembali terbang. Arslan pun mulai buka suara, dia bertanya. "Apa kau membunuh mereka?"
"Ada yang hanya terluka di kakinya. Aku tidak bisa menembak dengan akurasi yang tepat karena pergerakan goblin itu yang sangat cepat, mereka juga menggigitku. Hanya saja beruntung sebab jubah ini memiliki daya tahan terhadap gigitan,"
"................." Arslan menyentuh lengan kanannya. Dia menurunkan pandangan sebelum kembali buka suara.
Arslan berkata, "Para goblin itu akan terus mengejar kita. Jadi kau harus berhati-hati dan selalu perhatikan sekitarmu,"
Natur mendengarkan dan melihat mengedarkan pandangannya. Dia pun berseru memanggil Arslan yang membuat pemuda di dekatnya langsung menengadah.
Arslan melihat ada goblin yang melemparkan batu besar, seolah mereka hendak menghabisi nyawanya dengan Natur. Dia pun kemudian mulai memakai teknik sihir yang menyebabkan batu itu meledak sebelum menyentuh lantai.
Natur sendiri tidak memakai busurnya dan dia juga tidak dapat menyerang karena harus fokus menggerakkan busur miliknya sebagai alat terbang. Orang yang tersisa untuk menyerang tentu saja adalah Arslan.
Beberapa goblin ada yang melompat dari ketinggian, namun Arslan langsung memakai mantra sihir bernama 'Crevaison Lux'. Sebuah mantra sihir yang dapat menciptakan cahaya lewat gerakan tusukan dari senjatanya.
Karena mantra sihir ini, Arslan bisa menyerang goblin itu dari jarak jauh walau memang ada batasan jarak mengenai serangannya ini.
"Beruntungnya kita hanya menghadapi goblin bermata hijau," Arslan buka suara. "Jika itu goblin mata biru atau merah, maka tidak mungkin kita bisa keluar dengan mudah."
"Memang apa bedanya?" Natur bertanya dan masih tetap fokus untuk membawa Arslan keluar dari tempat ini.
"Goblin bermata hijau tidak bisa sihir. Mereka memang tahu cara menggunakan senjata dan buas, tetapi mereka sulit menggunakan sihir. Berbeda jauh dari para dwarf."
Natur mendengarkan penjelasan Arslan. Dia semakin terbang dengan cepat dan kemudian melihat ke bawah. Matanya melebar saat menyaksikan para goblin tersebut masih antusias menyerangnya.
!
Arslan tersentak, "Aku melupakan sesuatu."
"A-Apa itu? Kau melupakannya di mana?!"
"Di luar sana ada kawanan burung gagak berekor tikus. Kita pasti akan dimangsa jika sampai dilihat oleh mereka,"
"Benarkah?" Natur tersentak, "Tapi sebelumnya saat aku datang kemari... Aku sama sekali tidak melihat ada burung gagak yang terbang."
"Mereka baru saja keluar sarang,"
".............." Natur menarik napas dan kemudian berkata, "Jangan khawatir. Aku akan bergerak cepat,"
Arslan menatap Natur sejenak sebelum mulai mengarahkan pandangannya ke depan. Dia melihat pintu gua yang sebelumnya dia masuki dan lantas berujar tanpa nada, "Jika kau sangat percaya diri seperti ini... Maka kita pasti akan bisa melewatinya. Kau maju saja,"
"Mn,"
*
*
"Masih belum ada tanda-tanda Arslan dan anak itu," Sofia berusaha melihat ke bawah sambil bersembunyi di balik semak-semak bersama dengan An.
Gadis elf itu menelan ludah dan semakin tegang ketika banyak burung berekor tikus yang berkeliaran di tempat ini.
Dia seharusnya bisa memberitahu Arslan bahwa tempat mereka berada sekarang adalah sarang binatang buas pemakan daging tersebut. Tetapi melakukan itu akan membuat persembunyiannya dan An dapat terungkap.
"Arslan... Aku harap dia baik-baik saja," Sofia menggigit bibir bawahnya. Dia memiliki busur di tangannya saat ini, tetapi rasa-rasanya sama sekali tidak berguna karena tidak bisa melakukan apa pun untuk membantu rekannya yang entah bagaimana kondisinya sekarang.
"Sofia... Arslan...." An bergumam. Dia pun kembali menyebut nama Arslan dengan nada yang jelas dan membuat Sofia menoleh ke arahnya.
"Datang... Arslan.."
"Apa?" Sofia mengikuti arah pandangan An dan menyaksikan burung-burung raksasa itu mulai terbang ke satu titik sambil mengeluarkan suara.
"Apa yang terjadi?!" Sofia kaget dan keluar dari tempat persembunyiannya. Dia tidak bisa melihat jelas apa yang sedang terjadi di bawah sana, tetapi yakin bahwa para burung berekor tikus yang terbang menukik itu seolah hendak menerkam sesuatu.
An sendiri bisa melihat Arslan dan Natur berhenti tidak jauh dari bibir gua. Keduanya seakan menunggu sesuatu dan seringkali memandang ke atas lalu kemudian melihat ke dalam gua.
"Arslan..." An hanya memiliki pikiran sederhana. Dia tidak bergeming, tetapi kemudian mulai mengangkat Sofia hingga membuat gadis elf itu terkejut.
"An! Apa yang kau lakukan?!" Sofia berseru. Dia baru akan memarahi An ketika sebuah lesatan anak panah melintas dan menancap tepat di tempatnya berada sebelumnya.
!!
Anak panah emas itu tidak lain adalah milik Natur. Sofia mengerutkan kening dan perlahan mulai melihat kedua temannya. Dia tidak punya banyak waktu untuk kagum apalagi iri pada teknik memanah Natur yang hebat karena sekarang ini.... Tanda permintaan bantuan sudah diberikan oleh teman-temannya.
Sofia pun memegang kuat busurnya dan berkat, "Angkat aku setinggi mungkin An."
An mengikuti ucapan Sofia dan mengangkat tubuh elf cantik itu setinggi yang dia bisa. An bahkan sampai berdiri dan mengangkat Sofia dengan kedua tangannya.
Gadis Elf itu mulai menarik busurnya. Dalam hatinya dia mendorong semangat bahwa saat ini adalah waktunya untuk meningkatkan kemampuannya memanah. Dia memang tidak yakin apakah panah miliknya akan sampai seperti yang dilakukan Natur, tetapi dia punya keyakinan yang kuat bahwa untuk menolong teman---dia akan berhasil dalam sekali percobaan.
"Aku siap," anak panah terbentuk saat Sofia menarik busurnya. Gadis itu mengarahkan anak panah miliknya ke arah Arslan sebelum tiba-tiba mengubah arah serangannya.
Sofia melesatkan anak panah ke langit dan dengan memanfaatkan tekanan angin---anak panah itu pun melesat jauh. Dia menggunakan sihir terbaiknya dalam serangan itu dan sesuatu yang mengejutkan terjadi.
Satu anak panah dari Sofia kini menjadi tidak terhitung jumlahnya. Arslan melihat hal itu pun mengangguk pelan seakan tahu bahwa Sofia berhasil memahami isi dari pesannya.
"Arslan..." Natur sendiri justru terkejut. Dialah yang melesatkan anak panah itu karena permintaan dari pemuda setinggi 1,3 meter ini dan sejujurnya dia tidak tahu dengan alasan apa itu dilakukan.
Para goblin yang mengejar Arslan dan Natur mulai keluar dari gua dan para burung berekor tikus juga hampir mendekat ke arah mereka. Arslan menarik napas dan lantas mengangkat belati miliknya ke udara. Dia membaca sebuah mantra sihir.
"Ignisiterra Cretura Minosa..!"
******
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Alan Bumi
yang tempat = di tempat
2023-07-16
1
y@y@
👍🏼⭐👍🏾⭐👍🏼
2023-07-10
1
KhaLisa_BM
Novel Kak Dasha ngk mengecewakan,,,
2023-07-09
1