Forced Marriage With Badboy
Di salah satu sekolah menengah atas yang ada di ibu kota, kegiatan belajar mengajar nampak sedang berlangsung. Namun, tidak bagi ketiga siswa yang sedang mendapat hukuman, karena tidak mengerjakan tugas matematika yang sudah diberikan minggu lalu.
Mereka adalah Zio, Tomy dan juga Mike. Tiga berandal sekolah yang sudah tak asing ditelinga dewan guru maupun kepala sekolah. Akan tetapi mengapa mereka masih dipertahankan? Karena mereka mengantongi nama ayah masing-masing sebagai penyandang dana terbesar.
Dan karena itu semua, mereka jadi kerap bersikap semena-mena. Seperti saat ini, bukannya menjalankan hukuman yang sudah didapatkan, mereka malah bermain basket di lapangan.
"Capek-capek dateng ke sekolah, disuruh ngerjain tugas di rumah, emang kadang-kadang guru nih aneh," cerocos Zio, yang memiliki nama lengkap Abercio El Barack. Nama panggilannya nampak tidak nyambung bukan? Itu semua karena Zio tidak suka panggilan masa kecilnya. Jadi, dia membuat nama panggilan sendiri yang jauh lebih keren.
"Yang lebih aneh lagi kita disuruh belajar aljabar, biar apa coba? Dipake juga kagak," timpal Tomy seraya melompat untuk memasukkan bola ke dalam ring.
Namun, tiba-tiba fokus ketiga pemuda itu teralihkan saat Mike berkata dengan nada antusias, "Bray, ada Bu Aura."
Aura Zoe Ximena, seorang guru cantik dengan tubuhnya yang semampai. Membuat ia kerap mendapat perhatian lebih dari para siswanya. Saat ini, wanita muda berusia 23 tahun itu sedang berjalan meninggalkan kelas, karena hendak mengambil buku yang tertinggal.
Namun, ia tak sadar, kalau sedari tadi sudah menjadi pusat perhatian ketiga pemuda yang ada di lapangan basket. Langkahnya yang lenggak-lenggok, membuat siapa saja terpikat dan betah memandangnya lebih lama.
"Body-nya." Mike langsung menggerakan tangan seolah tengah menggambar gitar. "Beuh, mantep. Udah fiks ini idaman gue."
Namun, bukannya mendapat dukungan, Mike malah mendapat sebuah toyoran dari Tomy, "Tapi sayang, lo bukan idaman Bu Aura. Mana mau Bu Aura sama buleleng kaya lo!"
"Lebih tepatnya bulepotan sih." Zio menambahi membuat Tomy langsung terkekeh keras. Wajah Mike langsung berubah kusut, tetapi karena tak ingin diremehkan lantas dia pun melayangkan sebuah taruhan.
"Gimana kalo kita bikin taruhan, siapa yang bisa masukin bola paling banyak. Dia yang boleh deketin Bu Aura dan anter dia balik hari ini!"
Mendengar itu, Zio dan Tomy langsung tersenyum remeh. Bagi mereka bermain basket adalah hal yang sangat mudah. Jadi, dengan senang hati kedua pemuda itu menerima taruhan Mike.
"Oke, siapa takut. Tapi yang kalah harus jajanin yang menang selama sebulan," ujar Zio dengan sudut bibir yang tertarik ke atas.
"Setuju!" jawab Tomy dan Mike secara berbarengan.
Akhirnya selama jam pelajaran berlangsung, mereka berlomba-lomba untuk memasukkan bola ke dalam ring sebanyak-banyaknya. Seragam putih yang mereka kenakan berubah basah kuyup, karena keringat yang terus mengalir deras.
Hingga taruhan itu dimenangkan oleh Zio. Pemuda itu langsung melompat tinggi-tinggi karena berhasil mengalahkan kedua sahabatnya, lalu menyugar rambutnya yang sedikit panjang, membuat ketampanannya bertambah berkali-kali lipat.
"Gue bilang juga apa? Lo berdua gak bakal bisa kalahin gue. Pulang nanti, lo dan lo harus bisa bujuk Bu Aura biar mau pulang sama gue!" ujar Zio seraya menunjuk kedua sahabatnya secara bergantian. Lantas setelah itu dia melangkah ke arah kantin, karena tenggorokannya benar-benar terasa kering.
Sementara Mike dan Tomy mengekor di belakangnya.
"Zi, lo gak ada niat buat ngasih hadiahnya ke gue gitu?" seru Mike, karena tak ikhlas jika Aura harus pulang bersama Zio.
"Ya gimana ya, Mek? Masa rejeki nomplok ditolak, gue juga pengen kali dipeluk sama gitar spanyol," jawab Zio sambil terkekeh, sampai di kantin dia langsung membuka lemari es dan mengambil satu botol air mineral. Dalam satu waktu ia menenggak minuman itu hingga tandas tak tersisa.
Dan seperti kesepakatan yang sudah terjadi di antara mereka bertiga. Saat pulang sekolah, ketiga pemuda minim akhlak itu mendekati Aura yang berdiri di sisi gerbang.
Karena tidak membawa mobil, terpaksa Aura harus memesan taksi online. Namun, sepertinya banyak pengguna yang sedang memesan, jadi tak ada yang menerima orderan darinya.
"Bu, lagi pesen taksi ya?" tanya Tomy.
Aura menoleh saat mendengar sebuah pertanyaan yang tertuju padanya.
"Iya," jawab wanita itu singkat, karena tak mau berurusan dengan Zio dan kedua sahabat sablengnya.
"Dianter sama Zio aja, Bu. Dijamin aman sentosa, paling nyemek-nyemek dikit lah," ujar Mike, yang langsung mendapat tabokan dari Tomy.
"Si anjiing! Ngapain lo ngomong begitu? Yang ada Bu Aura makin ngehindar," bisik Tomy, tapi masih terdengar di telinga Aura yang setajam silet.
"Maaf, sebaiknya kalian langsung pulang saja. Saya nggak mau dianter sama siapa-siapa," sambar Aura. Padahal sedari tadi dia sudah cemas, karena keluarganya yang ada di luar kota berencana datang hari ini.
"Bentar lagi ujan, Bu. Udah ikut saya aja, jangan khawatir, gak bakal saya apa-apain," ujar Zio seraya menunjuk langit yang sudah tertutup awan hitam.
"Iya, Bu, dah jangan dengerin si Mekiii. Mulutnya emang bocor," timpal Tomy yang saat itu duduk di balik stir, sementara Mike membonceng di belakang.
Aura melirik ponselnya, pesanan yang dia buat masih belum ada yang menerima. Sementara sekolah sudah mulai sepi, karena baik siswa maupun guru sudah berangsur pulang ke rumah masing-masing.
Aura berdecak kecil seraya melirik Zio sekilas. Dia tidak tahu keputusannya benar atau tidak, tapi yang jelas mau tak mau dia pun menerima tawaran pemuda itu. Lantas dia menerima helm dan naik ke atas motor sport milik Zio, tetapi tak sedikit pun dia berniat untuk berpegangan.
"Jangan lupa pegangan, Bu. Saya gak tanggung jawab lho kalo Ibu tiba-tiba jatoh," ujar pemuda itu lengkap dengan seringai, tetapi Aura tetap bergeming.
Hingga Zio sengaja menarik gas, membuat tubuh Aura terhuyung ke depan dan tak sengaja memeluk pinggang Zio.
"Zio, jangan kurang ajar kamu!" cetus Aura, tetapi Zio pura-pura tak mendengar. Dia malah terus menancap gas, membuat Aura semakin ketar-ketir.
Sementara di belakang sana, Tomy dan Mike diam-diam mengikuti Zio hingga sampai di rumah Aura. Namun, saat di pertengahan jalan hujan turun dengan lebat, membuat tubuh mereka semua basah kuyup.
Tiba di rumah Aura, Zio langsung masuk tanpa menunggu izin. Aura ingin marah, tetapi dia tahan begitu mengingat Zio sudah membantunya.
"Heh, kamu mau apa?" cetus Aura cepat saat Zio hendak melepas sweaternya yang basah. Dia juga reflek menutup pintu, takut ada yang melihat kelakuan Zio yang tak tahu malu.
"Hp saya di dalem kantong, Bu, bisa bahaya ini. Lagi juga baju saya basah, yang ada masuk angin! Harusnya sebagai bentuk terima kasih ibu kasih saya baju ganti dong," cerocos Zio yang membuat Aura menganga.
Namun, perkataan Zio ada benar juga, sehingga dia tak bisa membantah.
"Ya sudah, kalau begitu tunggu di sini."
Akhirnya Aura melenggang ke arah kamar, sementara Zio memeriksa ponselnya yang basah karena air hujan. Lalu di mana Tomy dan Mike? Kedua pemuda itu berada di luar, di bawah pohon jambu depan rumah Aura keduanya berteduh.
"Sialan, kita di sini ujan-ujanan tuh bocah malah enak-enakan di dalem. Gue gak terima!" seru Mike dengan sengit.
"Gimana kalo kita kerjain?" balas Tomy dengan ide jahilnya. Dan hal tersebut langsung disetujui oleh Mike, keduanya melihat-lihat sekitar, ada beberapa orang berlalu lalang entah itu berjalan kaki ataupun memakai kendaraan.
"Buibu, pakbapak! Di dalem ada orang yang lagi berbuat mesyum noh!" seru Tomy dan Mike, membuat warga sekitar yang awalnya acuh tak acuh jadi mendekat.
"Di mana?" tanya mereka.
"Di rumah onoh noh!" tunjuk Mike ke arah rumah Aura.
Sementara di dalam rumah, Aura menyerahkan satu baju kaos pada Zio. "Habis ini saya minta kamu langsung pulang."
"Iya-iya, Bu."
Namun, karena terkejut pintu digebrak dari luar Zio yang sedang berjalan lantas tergelincir dan menarik Aura jatuh bersamanya.
Brugh!
Mereka berdua jatuh ke lantai yang sedikit basah itu dengan Aura yang berada di bawah tubuh Zio. Sedangkan ketukan dari luar sana semakin menggema, membuat keduanya kalang kabut.
"Hei, mereka benar-benar sedang berbuat mesyum!" seru seseorang yang mengintip dari balik jendela. Bahkan salah satu dari mereka tak segan untuk mengabadikan momen memalukan itu melalui ponsel pribadinya, sebagai bukti jika keduanya mengelak.
***
Halo Readeranu, di sini buaya muda mau beraksi, masih inget kan Abercio El Barack? Cucu buaya yang suka gangguin ponakannya 😂
Hihi, jangan lupa dukungannya ya, klik subscribe, like dan komen. Ditunggu juga kembang kopinya, yang manis biar buayanya doyan🤭🤭🤭
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 67 Episodes
Comments
Ika Kartika ❤️
kasihan Aura d fitnah sama dua murid sableng'a,, kalo c Zio sih yakin kesenangan dia 🤣🤣
2024-07-10
0
Ika Kartika ❤️
temen lucknut emang nih c Tomy sama c Mike 🤦🏼♀️
2024-07-10
0
Ika Kartika ❤️
kan udah d bilangin c Zio mah kang modus Bu Aurahh 🤭
2024-07-10
0