Matahari mulai menampakkan diri dengan malu-malu. Membuat semua penduduk bumi mulai melakukan aktivitasnya masing-masing, termasuk Aura. Dia mengerjapkan mata beberapa kali dan melihat ke arah sofa.
Seharusnya Zio ada di sana, tetapi sepertinya pemuda itu sudah bangun lebih dulu. Menyadari itu, Aura merasa cukup lega hingga dia bergumam, "Ternyata dia rajin bangun pagi juga. Tapi kenapa sering telat ya?"
Aura berpikir untuk mencari jawaban yang paling masuk akal. Namun, nyatanya hal tersebut malah buang-buang waktu.
"Astaga, jangan biarkan dia menguasai pikiranmu, Aura. Kamu harus fokus dan menjalani hari seperti biasanya," rutuk wanita itu seraya bangkit dari ranjang.
Namun, ketika dia menoleh, dia dikejutkan dengan keberadaan Zio yang ada di sampingnya. Karena terkejut Aura pun reflek berteriak kencang, "Arghh!"
Dia langsung membekap mulutnya sendiri, menatap Zio yang mulai menggeliat. Tangan pemuda itu berusaha untuk meraih bagian tubuh Aura, tetapi segera ditepis. Dia tarik semua kata-kata yang keluar beberapa saat lalu, tentang Zio si pemuda rajin, karena pada kenyataannya tidak demikian.
"Zio, bangun! Kenapa kamu bisa ada di sini, bukankah saya sudah bilang, saya nggak mau tidur satu ranjang sama kamu. Seharusnya kamu tidur di sofa!" cetus Aura, sepagi ini dia sudah mengajak suami bocahnya berdebat.
Zio yang merasa terganggu lantas membuka setengah matanya. Kalau di rumah ada sang mommy yang suka mengomel, dan di sini ada Aura.
"Apa sih, Bu? Pagi-pagi udah berisik banget, ntar dikira lagi apa-apa lho, padahal dari semalem Kiko masih anteng," gumam Zio, kini tangannya beralih memeluk guling yang ada di tengah-tengah mereka.
"Ini semua gara-gara kamu, saya udah bilang kamu tidur di sofa, kenapa kamu melanggar?"
"Saya gak biasa tidur di tempat sempit, Bu. Masa ibu tega nyiksa suami sendiri. Kecil-kecil gini saya kepala keluarga lho, calon ayah dari anak-anak ibu juga," cerocos Zio, yang membuat Aura langsung mendelik.
Tak ingin menanggapi ocehan sang suami, lantas Aura melempar selimut dan menarik bantal yang semula dipeluk oleh Zio. Namun, nyatanya tenaga Zio lebih besar, sehingga dia yang tertarik hingga jatuh di dada pemuda itu.
Brugh!
Aura mengangkat kepala, dan tepat pada saat itu dua pasang netra langsung bersitatap dengan jarak yang sangat dekat. Hampir satu menit mereka bungkam, hingga Zio lebih dulu angkat bicara.
"Ati-ati naksir, Bu. Udah lebih dari sepuluh detik Ibu tatap saya, itu artinya Ibu udah mulai terpesona," ledek Zio.
Aura langsung bangkit dan memalingkan wajah. Hah, ternyata selain pemaksa, tingkat kenarsisan Zio tinggi juga.
"Bangun dan dengerin apa kata saya!" ujar Aura dengan salah tingkah.
Patuh, kali ini Zio langsung duduk dan menatap sang istri yang jauh lebih cantik ketika baru bangun tidur. Tanpa polesan make up dan lekuk tubuh yang sangat memanjakan mata.
"Zio, karena di rumah ini masih ada orang tua saya. Jadi, kita akan tetap sekamar. Dan untuk menghindari pertanyaan-pertanyaan mereka, jangan panggil saya ibu! Setelah mereka pergi, baru kita masing-masing," tegas Aura yang tak ingin kedua orang tuanya berpikir ke mana-mana.
"Oke, emangnya Ibu mau dipanggil apa? Istriku? Cintaku? Sayangku? Atau Honey? Baby? Sweetie? Apalagi ya?"
"Cukup!" tukas Aura, karena dia merasa merinding mendengar semua panggilan yang keluar dari bibir Zio. Apalagi saat pemhda itu benar-benar merealisasikannya. "Panggil saja namaku. Tidak perlu ada embel-embel."
Zio manggut-manggut tanda setuju. Akan tetapi ada seringai kecil yang tiba-tiba muncul dari kedua sudut bibir pemuda itu. "Kalo gitu saya juga mau ibu panggil saya dengan sebutan suamiku. Kalo ibu nolak, saya juga gak bakal turuti apa kata ibu. Setuju?" Ujarnya seraya mengulurkan tangan.
Aura langsung tergagap, Zio benar-benar pandai untuk memanfaatkan keadaan. Jadi sebaiknya dia tidak boleh gegabah. Lirikan maut Aura berikan, tanpa menjabat tangan sang suami, dia berkata, "Baiklah, saya setuju."
Zio tak ambil hati atas semua sikap Aura, dia lebih memilih untuk melenggang ke arah kamar mandi sambil latihan memanggil istrinya, "Aurahhh, Aurahhh, Aurahhh!"
"AURAHHH!"
"AH, AURAHHH."
Namun, semua itu lebih terdengar seperti seseorang yang tengah mendesaah. Membuat Aura yang sudah memegang handle pintu jadi menganga.
Astaga, sebenarnya aku menikahi pria seperti apa? Kenapa kelakuannya selalu di luar nalar manusia.
***
Sabar ya, Bu, dia itu sebenarnya siluman buaya rawa-rawa🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Nabil Az Zahra
🤣🤣🤣🤣 Aurah,, ih maen ganti nama orang aja nih si Cio.
2024-12-04
0
Tarsiah Asih
pemuda somplak auran mkan sabar ya ngadepin buaya cilik
2023-10-23
1
Netti
nggak tau harus bilang apa😊seru ue pokokna mah
2023-09-10
0