Setelah Aura keluar dari kamar mandi, kini giliran Zio yang melenggang ke ruangan kecil itu. Dia hanya mengenakan celana kolor sebatas paha, dan hal tersebut membuat Aura merasa kikuk sendiri, sebab walau bagaimanapun dia dan Zio adalah dua orang dengan jenis kelamiin yang berbeda. Rasanya sangat tidak nyaman, jika harus melihat hal-hal seperti itu.
"Zio, kamu sedang apa?" tanya Aura setengah berteriak, karena terdengar suara riak air yang cukup keras. Sepertinya pemuda itu sedang membersihkan tubuhnya.
"Mandi, Bu, kenapa? Mau ikut?" balas Zio nyeleneh.
Aura langsung mengerutkan pangkal hidungnya, dia lupa kalau Zio adalah titisan manusia durjana yang suka membuat orang kesal dan marah.
Aura memilih untuk tidak menjawab, dia mengambil handuk bersih dan juga pakaian ganti berupa kaos oversize miliknya. Karena dari pakaian yang dikenakan oleh Zio, dia yakin sang suami tidak pulang ke rumah.
Lantas setelah itu Aura langsung merebahkan diri di atas ranjang. Hari ini sungguh sangat melelahkan, dari kegiatan sekolah sampai menghadapi drama pernikahan dadakan dengan salah satu muridnya.
Beberapa menit telah berlalu, Zio yang sudah selesai membersihkan tubuh lantas keluar, dan dia melihat handuk yang menggantung di handle pintu.
Dia tersenyum tipis, karena meskipun Aura membantah keras pernikahan mereka, nyatanya wanita itu perhatian juga.
Namun, saat ia melangkah ke arah sofa, dia melihat Aura yang sudah terlelap. "Dih gue ditinggalin. Kagak jadi ngelepas si Kiko ini mah." Gumam pemuda itu seraya meraih baju yang sudah disiapkan oleh Aura.
Bayangan malam pertama penuh gairah dalam otak Zio hancur seketika. Akan tetapi dia tak mengeluh, dia hanya menghela nafas kasar seraya melangkah ke arah Aura.
"Gak malam ini, tapi kan ada malem besok dan seterusnya. Oke, gue bakal sabar. Kiko juga ya," gumamnya lagi seraya mengepuk-ngepuk benda elastis di balik celananya.
Zio memperhatikan wajah Aura yang sedang terlelap, nampak cantik dengan bulu mata melentik. Detik selanjutnya pemuda itu melandaskan satu ciuman di kening, membuat Aura langsung membelalakkan matanya lebar-lebar.
Zio yang ikut terkejut lantas mundur, sementara Aura langsung berteriak dengan lantang, "Apa yang kamu lakukan?"
"Santai, Bu, santai! Belum juga saya apa-apain," balas Zio seraya mengangkat kedua tangannya, agar Aura tenang.
"Jangan macem-macem kamu, Zio!" cetus Aura, kali ini dia bangkit dan beringsut ke kepala ranjang. Takut Zio menyentuhnya dengan sembarangan, padahal dia belum siap, dan tidak akan pernah siap.
"Saya cuma satu macem, Bu. Lagi saya gak ngapa-ngapain, cium kening doang masa reaksinya begitu. Gimana kalo—"
"Stop!" tukas Aura, tak ingin Zio melanjutkan ucapannya. "Kita buat perjanjian." Ujarnya yang membuat kening Zio mengernyit.
"Perjanjian apa sih, Bu? Perasaan orang kawin gak ribet deh, udah sah ya kita malem pertama, tapi karena tadi Ibu udah tidur, saya ngalah. Besok kan masih bisa," cerocos Zio, yang tak paham kalau Aura tidak ingin disentuh olehnya.
Aura langsung menggeleng keras.
"Saya nggak mau, Zio!" tegas wanita itu. Zio langsung duduk di tepi ranjang, dan Aura kembali beringsut, seolah ketakutan pada buaya cilik yang sedang berusaha membujuknya. Kalau sudah seperti ini, Aura tidak nampak seperti wanita dewasa, karena Zio lebih mendominasi.
"Saya gak gigit, kok Ibu malah ketakutan gitu?"
Aura menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya secara perlahan. Sementara Zio hanya mampu diam dan memperhatikan.
"Dengar ya, Zio, pernikahan ini benar-benar mendadak sekali, buat kamu, buat saya—"
"Ya terus?" potong Zio tidak sabaran.
"Dengerin saya dulu! Mungkin bagi kamu pernikahan itu mudah, tapi berbeda dengan saya. Menikah itu hal yang rumit, apalagi dengan orang yang nggak saya cinta. Jadi, saya nggak mau ada kontak fisik di antara kita berdua," jelas Aura dengan gamblang, tapi yang namanya Zio, tidak akan terima sebuah kerugian.
"Sampe?"
Aura langsung tergagap, tentu saja ia tidak tahu sampai kapan. Karena dia juga bingung, di satu sisi tidak ingin mempermainkan pernikahan, di sisi lain, dia tidak yakin bisa mencintai Zio, sang suami yang terlihat masih sangat bocah.
"Untuk itu saya nggak tahu. Tapi yang jelas, saya nggak mau melakukannya, karena saya belum siap dan saya nggak cinta sama kamu!"
Zio tampak manggut-manggut, dia paham karena tidak mungkin Aura bisa secepat itu menerimanya.
"Oke, saya paham. Kalo gitu tugas saya sekarang adalah buat Ibu jatuh cinta sama saya. Tapi kalo tetep gak bisa, well, saya bakal paksa Ibu, karena saya gak mau jadi duda perjaka!"
Glek!
Aura hanya bisa menelan ludahnya dengan susah payah.
**
Hajar, Zi🤣
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Ta..h
kurang keren ya zio kalau julukan nya duda perjaka.
tapi kalau duda hot jeletot mh mantap ya 🤩🤩🤩🤩.
tapi jngn sampe jadi duda ya harus langgeng sama bu aura.
2023-11-02
1
hariyani
anak buaya mah... gak akan gentar.. sikat zi... sikatttttt
2023-09-13
1
Anonim
si murid konyol neeehhhh...kasihan bu guru, Zio....
2023-09-07
0