Bab 14. Your Favorit Flower

Hari itu juga Zio, Tomy serta Mike resmi bekerja di Sixnine Entertainment. Mereka langsung diperintahkan untuk membersihkan gedung megah tersebut, tak peduli meski mulut mereka terus merutuk.

Liat aja nanti, gue aduin sama Mommy, berani-beraninya bokap Bernat bikin anak kesayangan Mommy jadi OB!

Wajah Zio senantiasa tertekuk. Karena kesal sekali dengan sang ayah, ia yakin pria paruh baya itu sedang mengerjainya, karena suka membuat masalah.

"Hah, besok gue mau jadi anak baik ah, takut kaya gini juga pas minta kerjaan sama bokap," celetuk Tomy yang langsung mendapat pelototan tajam dari kedua manik mata Zio.

"Berisik lu, Kuah Tomyam!" cetus pemuda itu. Membuat Tomy langsung mengatupkan mulutnya rapat-rapat.

"Gue bilang juga apa? Kalo cucu buaya lagi kesel, jangan cari gara-gara, ntar lu diengap baru tahu rasa!" timpal Mike setengah berbisik.

Plak!

"Lu juga, Anjingg!" tukas Zio setelah menyabet lengan Mike menggunakan serbet. "Dah kerjain nih, biar cepet selesai. Abis ini gue mau nemuin Athar si Anak Tarzan."

Dan hal tersebut tentu membuat Tomy dan Mike langsung terperangah.

"Lu beneran mau terima tantangan dia?" tanya Tomy memastikan.

"Terus lu mau gue dianggep cemen sama tuh bocah?"

"Ya kagak, Zi, Athar kan udah sering menang balapan, kita takut aja lu dipermaluin. Kan?" timpal Mike, merasakan kecemasan yang sama dengan Tomy.

Zio merangkul bahu kedua sahabatnya. "Slow, Man. Itu gak bakal terjadi, lagian menang karena curang aja bangga!"

Kalau sudah seperti ini maka Tomy dan Mike pun tak bisa berkomentar apa-apa. Mereka hanya bisa mengikuti ke mana Zio pergi, dan berbagi apapun itu.

Sementara saat hari sudah gelap, Aura bersiap-siap untuk makan malam dengan Rangga. Ini adalah pertemuan pertama mereka setelah 6 bulan lamanya.

Karena dari kota berbeda, mereka terpaksa menjalani hubungan jarak jauh. Pada awalnya mereka sudah menyepakati untuk membicarakan hal serius dengan orang tua Aura, tetapi nyatanya semua itu tidak sesuai harapan.

Berkali-kali Aura menghela nafas saat ia memoleskan sedikit make up di wajahnya. Dia masih ragu, akankah ia sanggup melihat wajah Rangga yang kecewa karena dia malah sudah menikah. Dan lebih parahnya dengan muridnya sendiri.

"Hah, kenapa harus ada insiden itu? Kalau saja aku menolak tawaran Zio, tidak mungkin situasinya seperti ini," gumam Aura, rasa penyesalan karena tak bisa menikah dengan pria pujaannya, membuat dia terus menyalahkan keputusannya saat itu.

Namun, apa mau dikata nasi sudah menjadi bubur. Waktu yang sudah berlalu tak bisa diputar kembali, sekarang dia hanya perlu jujur pada Rangga, bahwa dia sudah memiliki seorang suami.

Akhirnya setelah selesai berdandan ala kadarnya, Aura pun bangkit dan keluar dari kamar. Penampilannya cukup rapih pun mengundang tanya bagi Syanas dan juga Rendra.

"Nak, mau ke mana? Kok rapih sekali? Oh iya, suamimu juga belum pulang. Apa kalian ingin makan malam di luar?" tanya Syanas, tak berpikir negatif tentang Aura.

"Aku memang ingin makan malam di luar, Mah, tapi bukan dengan Zio. Dia sedang ada urusan katanya," jawab Aura.

"Lalu dengan siapa?" Kini Rendra yang bertanya.

Aura menelan ludahnya sendiri, tak mungkin dia bicara jujur tentang kedatangan Rangga ke ibu kota. Yang ada kedua orang tuanya pasti melarang untuk bertemu.

"Temanku baru saja datang dari luar kota, Mah, Pah, dia tidak lama di sini jadi aku harus menemuinya. Lagi pula hanya sebentar kok," jawab Aura dengan sedikit terbata.

"Oh, ya sudah kalau begitu, hati-hati di jalan ya, Nak, bawa mobilnya jangan ngebut. Nanti biar Mamah yang tunggu kamu sama Zio sampai pulang," timpal Syanas.

"Iya—"

"Tapi kamu sudah minta izin sama suamimu belum?" tukas Rendra dengan tatapan menyelidik. Walaupun dijuluki buaya cilik, tetapi pada kenyataannya Zio tetaplah suami Aura yang harus dihargai di rumah ini. Dialah sang kepala keluarga.

"Sudah kok, Pah, sebelum pulang sekolah aku sudah lebih dulu bicara dengannya."

Rendra tampak manggut-manggut. "Baguslah, memang harus begitu, Aura. Mau ke manapun dan sedang apapun, kamu harus mengabari suamimu terlebih dahulu. Itu wajib. Apalagi kamu adalah wanita karir. Ingat, jangan pernah bohong, karena satu kebohongan yang kamu buat, akan menciptakan kebohongan-kebohongan lain."

Aura seperti ditampar oleh kata-kata ayahnya. Hingga dia terlihat sedikit gelisah.

"Baik, Pah. Kalau begitu aku pamit pergi dulu ya," ujar Aura, tak ingin membuat pembicaraan ini semakin panjang lebar.

Syanas dan Rendra pun kompak mengangguk. Setelah itu, Aura langsung masuk ke dalam mobilnya, membawa kendaraan itu ke sebuah restoran yang dijadikan tempat janjian.

Di sana, Rangga sudah tiba lebih dulu. Bahkan dia sudah menyiapkan semuanya, sebuah makan malam spesial untuk sang pujaan.

Ketika melihat Aura yang baru saja melewati pintu utama, Rangga langsung mengangkat tangan tinggi-tinggi, agar wanita itu bisa melihatnya.

Senyum cerah yang Rangga berikan, membuat Aura merasa sakit sendiri. Karena upaya untuk mempertahankan hubungan mereka, nyatanya tak bisa ia lakukan.

"Macet ya, Sayang?" tanya Rangga pada Aura yang terlihat gugup dan mengeluarkan keringat dingin.

"Ah, nggak terlalu kok. Harusnya aku yang nanya begitu, kamu udah lama nunggu di sini?" jawab wanita itu berusaha bersikap santai.

Rangga semakin tersenyum lebar. "Aku nggak masalah kok, Ra. Mau selama apapun nunggu kamu, aku bakal fine-fine aja. Oh iya, aku bawa sesuatu."

Pria matang itu mengeluarkan satu buket bunga mawar putih. Bunga kesukaan Aura sejak dulu.

"For you, My Beautiful Angel," ucap Rangga, terlihat sekali dari raut wajahnya bahwa dia sangat senang bertemu dengan Aura, tapi tidak dengan wanita itu.

Karena Aura malah menampakkan raut wajah sendu. Dan hal tersebut tentunya membuat sebuah tanda tanya besar di kepala Rangga.

"Ra, what's wrong with you? Kamu nggak seneng aku dateng? Kamu nggak mau peluk aku? Katanya kamu kangen?" tanya Rangga bertubi, berharap Aura mengeluarkan suaranya.

Aura menghela nafas panjang, sepertinya dia tidak bisa berbasa-basi lagi untuk mengatakan semuanya. Dia mengangkat kepala dan menatap Rangga begitu dalam. Pria yang sudah mengisi hatinya, tetapi entah kenapa ujian cinta mereka begitu berat, hingga harus terpisah dengan cara seperti ini.

"Rangga, aku nggak bisa terima ini," ujar Aura, yang membuat kening Rangga berkerut.

"Why? This is your favorit flower, right?"

Tiba-tiba air mata Aura jatuh begitu saja. Namun, segera dia usap dengan kasar. "Bukan lagi, kamu harus dengarkan aku sekarang. Aku sudah menikah dengan orang lain."

Deg!

Lelucon macam ini? Rasanya Rangga tak ingin percaya, karena sebelumnya ia dan Aura tidak memiliki masalah apa-apa.

"Are you kidding?" tanya Rangga, karena sepertinya Aura sedang bercanda dengannya. Namun, Aura menggelengkan kepala.

"I'm married, Rangga."

Tiba-tiba Rangga tertawa keras, hingga beberapa pelayan sedang melintas menatap ke arahnya. Bagaimana dia bisa percaya pada omong kosong wanita yang ada di hadapannya. "Mana buktinya? Hah, aku sama sekali tidak menerima berita pernikahanmu. Mana cincin yang seharusnya tersemat di jarimu? Dan mana suamimu, mana, Aura?"

Mendengar pertanyaan-pertanyaan itu, membuat Aura semakin menangis.

"Aku memang tidak bisa membuktikannya sekarang. Tapi kamu harus percaya itu. Kita tidak bisa bertemu lagi, karena aku sudah menjadi milik orang lain."

"No, Aura! Selamanya kamu tetap milikku!" tegas Rangga. Sakit? Jangan ditanya, bahkan dia sudah menyiapkan cincin, sebagai bukti keseriusannya. Namun, kejujuran Aura justru merusak segalanya. "Kamu main-main denganku?"

Aura semakin tergugu di tempatnya. Namun, sepertinya lebih cepat Rangga tahu, akan terasa lebih baik.

"Kalau kamu tidak bisa percaya padaku. Ya sudah, itu keputusanmu sendiri. Yang jelas aku sudah bicara apa adanya, aku minta maaf, karena sudah mengecewakanmu. Semoga kamu mendapatkan yang lebih baik ya," ujar Aura seraya bangkit. "Aku pamit ...."

Begitu Aura melangkah, Rangga langsung melemparkan cincin yang ia simpan di saku jasnya, hingga menggelinding melewati kaki Aura.

Brak!

Melihat itu, Aura hanya bisa menggigit bibirnya kuat-kuat. Karena jujur saja dia pun tak sanggup melewati perpisahan ini. Aura berbalik dan menatap manik mata Rangga yang diselimuti kekecewaan.

Tanpa dipinta, kaki Aura sudah berlari ke arah pria itu dan memeluknya.

"Maaf ...."

***

Maafin gue juga yaaaa😔😔

Terpopuler

Comments

Alexandra Juliana

Alexandra Juliana

Cleaning Service Zio bukan OB..

2024-01-07

1

vie gumi

vie gumi

jahat bgt Thor misahin orang pas lg sayang2nya

2023-11-09

1

Tia H.

Tia H.

aku maafkan deh bu aura 🤩🤩🤩.
nyari lg rangga masih bnyk cewek 😅😅

2023-11-02

1

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Taruhan
2 Bab 2. Penggerebekan
3 Bab 3. Dipaksa Menikah
4 Bab 4. Melabrak Dua Sahabat
5 Bab 5. Tersipu
6 Bab 6. Saya Bakal Paksa Ibu
7 Bab 7. Panggilan
8 Bab 8. Salah Paham
9 Bab 9. Hukuman
10 Bab 10. Mulai Terperangkap
11 Bab 11. Namanya Juga Bocah
12 Bab 12. Sebuah Pesan
13 Bab 13. Minta Kerjaan
14 Bab 14. Your Favorit Flower
15 Bab 15. Balapan
16 Bab 16. Syarat
17 Bab 17. Dikeroyok
18 Bab 18. Stop Pake Panggilan Saya
19 Bab 19. Lagi-lagi Dihukum
20 Bab 20. Mencari Tahu
21 Bab 21. Disandera
22 Bab 22. Kerja Tambahan
23 Bab 23. Minta Bantuan
24 Bab 24. Tidur Terpisah
25 Bab 25. Bencana
26 Bab 26. Terus Ditatap
27 Bab 27. Hari Minggu
28 Bab 28. Mengantar Belanja
29 Bab 29. Ke Rumah Zio
30 Bab 30. Durian Runtuh
31 Bab 31. Jangan Nguji Aku Terus, Ra!
32 Bab 32. Kamu Pantas Mendapatkannya
33 Bab 33. Jauhin Amora!
34 Bab 34. Pertengkaran Hebat
35 Bab 35. Obat
36 Bab 36. Razia
37 Bab 37. Pertemuan Pertama
38 Bab 38. Putus!
39 Bab 39. Kecupan Dan Pelukan
40 Bab 40. Tolongin Istri Saya!
41 Bab 41. Bukan Pada Gadis Lain
42 Bab 42. Gosip Merajalela
43 Bab 43. Surat Peringatan
44 Bab 44. Balas Dendam
45 Bab 45. Cemburu
46 Bab 46. Aku Berubah Pikiran
47 Bab 47. Minta Gaji
48 Bab 48. Makan Malam Dengan Rangga
49 Bab 49. Aku Pengen Kamu Percaya
50 Bab 50. Kiko
51 Bab 51. Hadiah
52 Bab 52. Berdebat Lagi
53 Bab 53. Tetap Pergi
54 Bab 54. Kesepakatan
55 Bab 55. Suara Sirine
56 Bab 56. Kamu Jahat!
57 Bab 57. Kita Putus!
58 Bab 58. Kamu Nggak Sayang Aku!
59 Bab 59. Memberi Pelajaran
60 Bab 60. Meminta Maaf
61 Bab 61. Merasa Disisihkan
62 Pengumuman
Episodes

Updated 62 Episodes

1
Bab 1. Taruhan
2
Bab 2. Penggerebekan
3
Bab 3. Dipaksa Menikah
4
Bab 4. Melabrak Dua Sahabat
5
Bab 5. Tersipu
6
Bab 6. Saya Bakal Paksa Ibu
7
Bab 7. Panggilan
8
Bab 8. Salah Paham
9
Bab 9. Hukuman
10
Bab 10. Mulai Terperangkap
11
Bab 11. Namanya Juga Bocah
12
Bab 12. Sebuah Pesan
13
Bab 13. Minta Kerjaan
14
Bab 14. Your Favorit Flower
15
Bab 15. Balapan
16
Bab 16. Syarat
17
Bab 17. Dikeroyok
18
Bab 18. Stop Pake Panggilan Saya
19
Bab 19. Lagi-lagi Dihukum
20
Bab 20. Mencari Tahu
21
Bab 21. Disandera
22
Bab 22. Kerja Tambahan
23
Bab 23. Minta Bantuan
24
Bab 24. Tidur Terpisah
25
Bab 25. Bencana
26
Bab 26. Terus Ditatap
27
Bab 27. Hari Minggu
28
Bab 28. Mengantar Belanja
29
Bab 29. Ke Rumah Zio
30
Bab 30. Durian Runtuh
31
Bab 31. Jangan Nguji Aku Terus, Ra!
32
Bab 32. Kamu Pantas Mendapatkannya
33
Bab 33. Jauhin Amora!
34
Bab 34. Pertengkaran Hebat
35
Bab 35. Obat
36
Bab 36. Razia
37
Bab 37. Pertemuan Pertama
38
Bab 38. Putus!
39
Bab 39. Kecupan Dan Pelukan
40
Bab 40. Tolongin Istri Saya!
41
Bab 41. Bukan Pada Gadis Lain
42
Bab 42. Gosip Merajalela
43
Bab 43. Surat Peringatan
44
Bab 44. Balas Dendam
45
Bab 45. Cemburu
46
Bab 46. Aku Berubah Pikiran
47
Bab 47. Minta Gaji
48
Bab 48. Makan Malam Dengan Rangga
49
Bab 49. Aku Pengen Kamu Percaya
50
Bab 50. Kiko
51
Bab 51. Hadiah
52
Bab 52. Berdebat Lagi
53
Bab 53. Tetap Pergi
54
Bab 54. Kesepakatan
55
Bab 55. Suara Sirine
56
Bab 56. Kamu Jahat!
57
Bab 57. Kita Putus!
58
Bab 58. Kamu Nggak Sayang Aku!
59
Bab 59. Memberi Pelajaran
60
Bab 60. Meminta Maaf
61
Bab 61. Merasa Disisihkan
62
Pengumuman

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!