Bab 11. Namanya Juga Bocah

Puk!

Tiba-tiba ada yang memegang bahu Zio dari belakang disusul suara seorang gadis yang memiliki rambut bergelombang.

"Om, ngapain di sini?" tanya Amora, sang keponakan cantik yang memiliki usia satu tahun lebih muda dari Zio. Dan kini dia telah duduk di kelas XI IPA.

Saat itu Amora baru saja keluar dari ruang tata usaha, dan tak sengaja melihat Zio yang sedang mengintip di jendela.

Karena terkejut sontak saja Zio langsung menoleh. Dia pikir ada guru yang memergoki aksinya. "Am om am om. Zio, Moya!" Ketus Zio, tak suka jika Amora memanggilnya seperti itu saat di sekolah, kan tidak keren kalau pemuda setampan dia dipanggil om, yang notabenenya panggilan untuk pria tua.

"Kamu kan memang Omku, apa salahnya?" protes Amora dengan melipat kedua tangan di depan dada. Beruntung sifat Amora lebih banyak menurun dari ibunya, jadi dia tidak sableng seperti Zio.

Karena selalu merasa gemas Zio langsung menguyel-uyel pipi bulat Amora menggunakan kedua tangannya sambil terkekeh. "Kalo di sekolah, anggep aja kita gak kenal, oke?"

"Ish, ngawur deh!" sentak Amora sambil menepis kedua tangan pamannya. Gara-gara ibu dan neneknya hamil bersamaan, jadilah mereka yang seperti ini.

Lagi, Zio malah tergelak kalau sudah melihat Amora marah-marah.

"Pokoknya gue gak mau denger lu panggil om lagi. Risih kuping gue," ujar Zio yang membuat bibir Amora mencebik. Namun, satu hal yang tiba-tiba terbersit dalam otak Amora, yakni tentang pernikahan Zio dan guru mereka, Aura.

"Oh iya apa maksudnya berita kemarin? Tentang Om sama Bu Aura," cetus Amora penasaran, tanpa peduli dengan larangan Zio agar tidak memanggilnya om lagi.

Amora mendengar berita itu dari kakeknya, bahwa Zio dipaksa menikah dengan Aura gara-gara digrebek warga.

Ya, walaupun Amora tidak melihat kejadian aslinya, tetapi ia merasa tak percaya kalau Aura bisa melakukan hal seperti itu, apalagi dengan buaya cilik seperti Zio.

"Ish, Om lagi," gerutu Zio sedikit frustasi. "Lu mau tahu? Ikut gue yuk!" sambung Zio seraya menarik tangan Amora hingga membuat gadis itu terseok-seok.

"Ih lepas, aku ada pelajaran olahraga habis ini," ucap Amora sambil berusaha melepaskan diri dari cengkraman Zio. Sebagai siswa teladan, dia tidak mau sampai membolos di jam pelajaran.

Namun, Zio malah membawanya ke belakang gedung laboratorium, karena tak ingin dipergoki oleh guru maupun siswa lain. Di sana Zio langsung melepaskan genggamannya pada tangan Amora.

"Ish, sakit tahu," keluh Amora sambil memperhatikan tangannya yang memerah.

"Lagi lu nya gak nurut," balas Zio membuat Amora semakin mencebikkan bibir, inilah sifat yang tidak dia sukai dari seorang Zio, yaitu pemaksa!

"Ya udah gue minta maaf," sambung Zio seraya meraih tangan itu untuk diusapnya.

"Ish, gak usah. Sekarang aku mau masuk aja. Lagian kenapa pake bawa aku ke sini segala sih," cerocos Amora dengan tatapan sebal, tetapi Zio selalu menanggapinya dengan santai.

"Kan tadi elu nanya soal gue sama Bu Aura. Karena masih rahasia jadi gue bawa lu ke sini," jawab Zio, dia menyandarkan punggung ke dinding, lalu mengambil sesuatu dari balik saku celananya.

Saat Zio hendak merokok, Amora langsung merampas benda itu lalu mematahkannya menjadi beberapa bagian.

"Aku penasaran, tapi gak sekarang juga jelasinnya. Aku bukan kamu ya, Om, yang suka bolos dan bikin onar," cibir Amora, lalu melempar patahan rokok itu ke bawah, mengusaknya sekuat tenaga menggunakan kaki.

"Yah, ngapain dipatahin sih? Gue lagi bokek ini, Moya," protes Zio, tak mendengarkan ucapan sang keponakan.

"Makanya jangan ngerokok, udah tahu lagi bokek, bukannya beli yang bermanfaat malah beli barang nggak berguna kaya gitu," omelnya lagi sudah seperti sang nenek.

Zio menghela nafas panjang, lalu menatap ke arah Amora yang sedang berapi-api, bukannya sadar sedang dimarahi Zio malah menyeletuk, "Gue cipokk juga lu."

Kesal dengan ucapan vulgard Zio, lantas Amora menggeplak tangan pemuda itu sambil berteriak, "Ih, Om Ciooo!"

Dan tepat pada saat itu juga Zio langsung membekap mulut Amora, takut ada yang mendengar, ya meskipun tempat ini jarang dilewati, tetapi tetap saja mereka harus hati-hati.

"Berisik, Moya," cetus Zio sambil melepaskan tangannya, karena Amora terus memukulinya.

"Makanya punya mulut tuh dijaga. Karena udah terlanjur di sini sekarang cerita sama aku, Om beneran nikah sama Bu Aura?" tanya Amora dengan suara yang tak kalah ketus.

"Ya, bener lah, Moy, emangnya kenapa? Lu mau jadi bini gue juga?" jawab Zio dengan nyeleneh. Membuat Amora ingin menggeplak kepala pemuda itu, karena tak ada satu pun pertanyaan dijawab dengan benar.

"Tahu ah, aku mau balik ke kelas aja! Darting aku dideket Om!"

Tak ingin bertambah kesal, Amora langsung membalik badan untuk meninggalkan Zio, tetapi baru saja kakinya melangkah, tiba-tiba datang seorang guru yang terkenal killer di sekolah mereka, Pak Haris.

"Sedang apa kalian di sini?" sentak Pak Haris.

"Bolos lah, Pak," jawab Zio, membuat Amora ingin menguncir mulut lemes itu.

Pak Haris terdiam sambil menerka-nerka apa yang sudah dilakukan oleh kedua siswanya. Hingga tatapannya menangkap satu batang rokok yang sudah rusak dan juga korek yang ada di tangan Zio.

Pak Haris langsung geleng-geleng kepala, antara tak habis pikir dan sudah bosan menghukum pemuda bernama Zio.

"Ikut saya sekarang!" sambung Pak Haris, membuat Amora langsung menutup matanya rapat-rapat, dia yakin sekarang dia pun akan ikut terkena hukuman.

"Pak, tapi saya—"

"Kalian berdua, ikut saya!" potong Pak Haris, lalu melenggang lebih dulu untuk memimpin langkah. Sementara Zio yang sudah kebal dengan segala hukuman, tak membantah sedikit pun, bahkan dia malah bersikap sangat santai.

"Udah ikut aja, paling suruh bersihin WC," ucap Zio yang membuat mulut Amora menganga.

Mungkin bagi Zio semua itu adalah hal yang biasa, tetapi tidak dengan Amora. Sebagai siswa yang selalu menuruti peraturan sekolah, tentu saja dia malu dengan teman-temannya.

*

*

*

Sepanjang mereka memunguti sampah, Amora terus merutuk dan menyalahkan Zio. Karena gara-gara pemuda itu, dia harus menerima hukuman seperti ini dari Pak Haris.

"Udah dong ngomelnya, Moya, gak pegel apa itu mulut? Adu aja sama mulut gue yuk!" ucap Zio sambil memperhatikan gadis yang berjalan sambil menghentak-hentakan kakinya.

"Ini semua gara-gara, Om. Kalo aja Om nggak narik aku, pasti aku nggak bakal kena hukuman. Ish, nyebelin!" cerocos Amora, lalu mengibaskan rambut ekor kudanya ke wajah Zio.

"Astaga, nih bocah," omel Zio, tetapi Amora tampak tak peduli, dia berjalan menjauh, agar rasa kesalnya mereda.

Tanpa sengaja pemandangan itu ditangkap oleh Aura. Seperti pak Haris, dia pun hanya bisa geleng-geleng kepala melihat tingkah suaminya.

"Hah, namanya juga bocah, Aura," gumam wanita itu.

***

Kuncir aja, Moy tuh mulut buaya🤣🤣

Terpopuler

Comments

Hasbi Asidiqi

Hasbi Asidiqi

benar" virus yg berbahaya tuh om cio,,,,jadi kena hukum kan tuh neng moya....

2024-02-15

0

Ta..h

Ta..h

di lakban aja moya itu mulut om mu 😅😅😅

2023-11-02

1

Eka Bundanedinar

Eka Bundanedinar

bocah yg bisa bikin bocah loh bu aura

2023-08-29

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Taruhan
2 Bab 2. Penggerebekan
3 Bab 3. Dipaksa Menikah
4 Bab 4. Melabrak Dua Sahabat
5 Bab 5. Tersipu
6 Bab 6. Saya Bakal Paksa Ibu
7 Bab 7. Panggilan
8 Bab 8. Salah Paham
9 Bab 9. Hukuman
10 Bab 10. Mulai Terperangkap
11 Bab 11. Namanya Juga Bocah
12 Bab 12. Sebuah Pesan
13 Bab 13. Minta Kerjaan
14 Bab 14. Your Favorit Flower
15 Bab 15. Balapan
16 Bab 16. Syarat
17 Bab 17. Dikeroyok
18 Bab 18. Stop Pake Panggilan Saya
19 Bab 19. Lagi-lagi Dihukum
20 Bab 20. Mencari Tahu
21 Bab 21. Disandera
22 Bab 22. Kerja Tambahan
23 Bab 23. Minta Bantuan
24 Bab 24. Tidur Terpisah
25 Bab 25. Bencana
26 Bab 26. Terus Ditatap
27 Bab 27. Hari Minggu
28 Bab 28. Mengantar Belanja
29 Bab 29. Ke Rumah Zio
30 Bab 30. Durian Runtuh
31 Bab 31. Jangan Nguji Aku Terus, Ra!
32 Bab 32. Kamu Pantas Mendapatkannya
33 Bab 33. Jauhin Amora!
34 Bab 34. Pertengkaran Hebat
35 Bab 35. Obat
36 Bab 36. Razia
37 Bab 37. Pertemuan Pertama
38 Bab 38. Putus!
39 Bab 39. Kecupan Dan Pelukan
40 Bab 40. Tolongin Istri Saya!
41 Bab 41. Bukan Pada Gadis Lain
42 Bab 42. Gosip Merajalela
43 Bab 43. Surat Peringatan
44 Bab 44. Balas Dendam
45 Bab 45. Cemburu
46 Bab 46. Aku Berubah Pikiran
47 Bab 47. Minta Gaji
48 Bab 48. Makan Malam Dengan Rangga
49 Bab 49. Aku Pengen Kamu Percaya
50 Bab 50. Kiko
51 Bab 51. Hadiah
52 Bab 52. Berdebat Lagi
53 Bab 53. Tetap Pergi
54 Bab 54. Kesepakatan
55 Bab 55. Suara Sirine
56 Bab 56. Kamu Jahat!
57 Bab 57. Kita Putus!
58 Bab 58. Kamu Nggak Sayang Aku!
59 Bab 59. Memberi Pelajaran
60 Bab 60. Meminta Maaf
61 Bab 61. Merasa Disisihkan
62 Pengumuman
63 Bab 62. Menguapkan Rasa Kesal
64 Bab 63. Lebih Dari Itu
65 Bab 64. Peringatan Ghara
66 Bab 65. Jenguk Zio
67 Bab 66. Rangga Frustasi
68 Bab 67. Mulai Sekolah
69 Bab 68. Tabrak Lari
70 New Novel
71 Bab 69. Kiko Berhasil
72 Bab 70. Menyesal
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1. Taruhan
2
Bab 2. Penggerebekan
3
Bab 3. Dipaksa Menikah
4
Bab 4. Melabrak Dua Sahabat
5
Bab 5. Tersipu
6
Bab 6. Saya Bakal Paksa Ibu
7
Bab 7. Panggilan
8
Bab 8. Salah Paham
9
Bab 9. Hukuman
10
Bab 10. Mulai Terperangkap
11
Bab 11. Namanya Juga Bocah
12
Bab 12. Sebuah Pesan
13
Bab 13. Minta Kerjaan
14
Bab 14. Your Favorit Flower
15
Bab 15. Balapan
16
Bab 16. Syarat
17
Bab 17. Dikeroyok
18
Bab 18. Stop Pake Panggilan Saya
19
Bab 19. Lagi-lagi Dihukum
20
Bab 20. Mencari Tahu
21
Bab 21. Disandera
22
Bab 22. Kerja Tambahan
23
Bab 23. Minta Bantuan
24
Bab 24. Tidur Terpisah
25
Bab 25. Bencana
26
Bab 26. Terus Ditatap
27
Bab 27. Hari Minggu
28
Bab 28. Mengantar Belanja
29
Bab 29. Ke Rumah Zio
30
Bab 30. Durian Runtuh
31
Bab 31. Jangan Nguji Aku Terus, Ra!
32
Bab 32. Kamu Pantas Mendapatkannya
33
Bab 33. Jauhin Amora!
34
Bab 34. Pertengkaran Hebat
35
Bab 35. Obat
36
Bab 36. Razia
37
Bab 37. Pertemuan Pertama
38
Bab 38. Putus!
39
Bab 39. Kecupan Dan Pelukan
40
Bab 40. Tolongin Istri Saya!
41
Bab 41. Bukan Pada Gadis Lain
42
Bab 42. Gosip Merajalela
43
Bab 43. Surat Peringatan
44
Bab 44. Balas Dendam
45
Bab 45. Cemburu
46
Bab 46. Aku Berubah Pikiran
47
Bab 47. Minta Gaji
48
Bab 48. Makan Malam Dengan Rangga
49
Bab 49. Aku Pengen Kamu Percaya
50
Bab 50. Kiko
51
Bab 51. Hadiah
52
Bab 52. Berdebat Lagi
53
Bab 53. Tetap Pergi
54
Bab 54. Kesepakatan
55
Bab 55. Suara Sirine
56
Bab 56. Kamu Jahat!
57
Bab 57. Kita Putus!
58
Bab 58. Kamu Nggak Sayang Aku!
59
Bab 59. Memberi Pelajaran
60
Bab 60. Meminta Maaf
61
Bab 61. Merasa Disisihkan
62
Pengumuman
63
Bab 62. Menguapkan Rasa Kesal
64
Bab 63. Lebih Dari Itu
65
Bab 64. Peringatan Ghara
66
Bab 65. Jenguk Zio
67
Bab 66. Rangga Frustasi
68
Bab 67. Mulai Sekolah
69
Bab 68. Tabrak Lari
70
New Novel
71
Bab 69. Kiko Berhasil
72
Bab 70. Menyesal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!