Bab 16. Syarat

Pukul setengah satu dini hari Zio, Mike dan juga Tomy baru pulang ke rumah masing-masing, mereka berpisah di salah satu pertigaan karena sudah berbeda arah.

"Thanks, Bray," teriak Zio seraya mengangkat satu tangan sebelum membelokkan motornya.

"Ati-ati lu, Zi, di depan banyak garangan," balas Mike yang saat itu membonceng pada Tomy, karena motor miliknya masih berada di bengkel.

"Santuy, garangan gak bakal berani godain buaya," timpal Zio lagi, suaranya yang tertiup angin masih mampu didengar oleh Mike dan juga Tomy hingga dua pemuda itu terkekeh bersama.

"Si anak anjingg emang gak ada takutnya," gumam Tomy seraya fokus menyetir. Sesekali dia melirik spion untuk melihat bayangan tubuh Zio yang sudah semakin menjauh.

Hanya butuh waktu setengah jam untuk sampai di rumah Aura. Karena Zio memakai kecepatan penuh, saat motornya masuk ke garasi dia sudah bisa melihat mobil sang istri yang terparkir.

Senyum tipis terukir di bibir pemuda berusia 18 tahun itu. Dia lekas turun dari motor dan melepas helm full face-nya. Namun, bukannya lekas masuk ke dalam rumah, dia malah iseng mengintip mobil Aura. Padahal wanita itu tidak akan mungkin ada di sana.

Kening Zio sedikit mengeryit ketika ia menempelkan matanya pada kaca mobil. Dia berpikir sejenak, dan berakhir untuk acuh tak acuh.

"Bu Aura marah nggak ya?" gumam Zio saat melangkah ke depan pintu, pasalnya kini dia belum memegang kunci cadangan, dan kini dia pasti akan mengganggu ketenangan orang-orang rumah.

Zio tampak ragu untuk mengetuk, rasa tak gelisah mendadak memenuhi dadanya, padahal sebelumnya dia adalah tipe orang yang suka seenaknya.

Dia terus mondar-mandir, hingga akhirnya dia memutuskan untuk masuk, sebab jikalau dia tidak pulang, pasti kedua mertuanya akan bertanya-tanya.

Tangan Zio sudah terangkat, tetapi sebelum ia mengetuk pintu, benda tersebut sudah terbuka dan menampilkan wajah Aura yang masih nampak segar bugar.

"Dari mana saja kamu?" tanya Aura dengan nada ketus, sementara Zio sudah mundur ke belakang karena dia terlalu terkejut dengan kehadiran Aura yang begitu tiba-tiba.

"Astaga, Bu, kira-kira kek kalo mau buka pintu, bikin jantungan aja," cerocos Zio sambil memegangi dadanya yang masih berdegup kencang.

"Saya tanya dari mana kamu, kenapa jam segini baru pulang, apa kamu nggak bisa lihat waktu?" cetus Aura mulai mengomel, karena sedari tadi dia terus dicecar pertanyaan oleh kedua orang tuanya.

Zio menghela nafas pendek, lalu meraih pergelangan tangan Aura, "Saya jelasin di dalem. Jangan di sini nanti ada yang liat."

Pemuda itu mengajak Aura masuk, tetapi Aura segera menepis tangan Zio hingga cekalan itu terlepas. Mereka sempat beradu pandang, tetapi Aura memutusnya lebih dulu, dia memilih untuk mengunci pintu dan berlalu ke kamarnya.

Di dalam sana Zio melepas tas dan juga baju seragamnya. Sambil sibuk mengerjakan itu semua dia pun turut bercerita ke mana ia pergi malam ini, "Saya ada urusan sama orang. Dan Ibu gak bakal ngerti itu, jadi percuma juga saya jelasin."

"Tapi apa perlu sampe selarut ini? Kamu nggak inget di rumah masih ada Mamah sama Papah?" balas Aura dengan menggebu, tak sadar diri kalau dia pun baru saja membohongi kedua orang tuanya untuk bertemu sang mantan.

Zio menatap ke arah Aura dengan bagian tubuh atasnya yang sudah telanjang. Mungkin wajahnya yang baby face bisa menipu orang tentang usianya, tetapi tidak dengan otot perut yang tercetak jelas di sana.

Aura saja sampai meneguk ludah, karena lagi-lagi disuguhi pemandangan menggiurkan seperti itu.

"Saya minta maaf, lain kali saya gak akan gini lagi. Udah ya jangan marah-marah, nanti cantiknya ilang lho," timpal Zio untuk membujuk sang istri yang sedang merajuk. Ia tersenyum tipis, tetapi hal tersebut masih belum bisa meluluhkan hati Aura yang sejatinya masih milik Rangga.

Akhirnya Zio memilih untuk masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya. Namun, Aura justru menghentikan langkah pemuda itu, "Tunggu!"

Zio sudah terlalu percaya diri hingga ia menarik sudut bibirnya ke atas. Ia membalik badan dan kembali menatap Aura dengan lekat.

"Kenapa, Istriku?" tanya Zio lengkap dengan wajah menggoda, membuat Aura mendadak gerogi. Akan tetapi semua rasa itu segera dia tepis, karena ada yang ingin dia sampaikan pada Zio.

"Ada satu lagi yang ingin aku katakan padamu mengenai hubungan kita," ucap Aura.

Zio mengangkat satu alisnya, sebuah pertanda agar Aura meneruskan ucapannya.

Wanita itu tampak sedikit ragu, itu terbukti dari kedua tangannya yang mencengkram kain sprei, karena saat ini Aura sedang duduk di sisi ranjang.

"Aku ingin setelah enam bulan pernikahan kita bercerai," ujar Aura uang langsung membuat Zio terkesiap.

Deg!

Jantung pemuda itu mendadak berkecamuk, senyum sumringah di wajahnya tiba-tiba menghilang dalam sekejap, kalimat yang Aura lontarkan benar-benar meluluhlantakkan harapannya.

"Bercerai? Apa maksud, Ibu?" tanya Zio dengan tatapan yang mulai intens. Sementara otaknya berkelana, mengingat buket bunga yang ada di mobil Aura.

"Ya, saya rasa waktu selama itu cukup untuk membuat semua orang percaya bahwa sebenarnya kita berdua memang tidak cocok untuk bersama. Karena sebenarnya aku dan kamu tidak ditakdirkan bersatu," jelas Aura yang nyatanya makin membuat hati Zio berdenyut nyeri. Namun, pembawaan pemuda itu tetap terlihat tenang, dia maju beberapa langkah hingga benar-benar berada di hadapan Aura.

"Ibu gak percaya kalo saya bisa bikin Ibu jatuh cinta?" tanya Zio.

Aura menggeleng cepat, dia tidak yakin akan hal itu, apalagi hidup terus-menerus bersama pemuda berandal seperti Zio.

"Saya nggak bisa!"

Zio menunduk sesaat, tetapi tak pernah terbesit dalam otaknya untuk menyerah begitu saja. Dia berpikir keras, hingga saat mata mereka kembali bersitatap dalam jarak yang cukup dekat, Zio kembali berkata. "Saya udah pernah bilang, saya gak mau jadi duda perjaka. Itu artinya, saya mau hak sebagai seorang suami, dan Ibu harus kasih itu selama enam bulan pernikahan kita. Ibu harus jadi istri yang sesungguhnya. Kalo Ibu setuju, saya juga bakal turutin apa kata Ibu."

Deg!

Kali ini jantung Aura yang dibuat berdebar keras. Ia sudah menyangka kalau Zio tidak akan mungkin setuju begitu saja dengan apa yang ia katakan. Namun, bagaimana caranya agar terlepas dari pemuda satu ini? Sementara ia tidak yakin bisa hidup bersama selamanya dengan Zio.

"Gimana? Pilihan ada di tangan Ibu, bertahan dan coba terima saya, atau kita pisah tapi dengan satu syarat itu?" lanjut Zio yang membuat Aura semakin gelagapan.

Wanita itu pun kembali berpikir, dua-duanya sama-sama berat, sehingga dia tak bisa asal ambil keputusan. Sementara Zio begitu setia menunggu apapun yang keluar dari mulut istrinya, karena dia pastikan bahwa Aura takkan bisa lepas dari genggamannya.

Beberapa menit berlalu, Aura menarik nafas dalam-dalam lalu membuangnya secara kasar.

"Oke, saya terima syarat dari kamu, asalkan satu, kamu bisa perbaiki nilai kamu dalam waktu satu bulan, kalo kamu gagal, kamu nggak bisa dapetin hak itu dan kita berpisah secara baik-baik," ujar Aura, hanya itu yang terbesit dalam otaknya, karena dia yakin hal tersebut adalah syarat yang cukup berat bagi Zio, pemuda yang tidak begitu mementingkan nilai mata pelajaran.

Namun, bukannya melihat ketakutan di wajah Zio, Aura justru menangkap sebuah seringai kecil dari kedua sudut bibir pemuda itu.

"Kenapa malah tersenyum?"

"Gak ada syarat yang lebih berat gitu? Misal saya harus jadi kepala sekolah supaya saya sambutan setiap upacara?" tanya Zio dengan wajah mengejek.

"Saya serius, Zio!" ucap Aura penuh penekanan dan tatapan sengit.

"Saya juga serius, Bu, syarat yang Ibu ajuin terlalu gampang. Jadi siap-siap aja buat saya makan," balas Zio dengan kerlingan mata yang membuat Aura merinding. Detik berikutnya dia melanjutkan rencana yang sempat tertunda, yakni membersihkan tubuhnya sebelum tidur.

Saat benda persegi panjang itu tertutup terdengar suara gelak tawa yang membahana, "Hahaha, Aurahhhh, Aurahhh, ah Aurahh."

"Haish, dia benar-benar sudah gila!" ketus Aura sambil menutup telinganya rapat-rapat.

***

Hola🤭🤭

Terpopuler

Comments

Ta..h

Ta..h

bagus zioo mati kutu kan tuh bu aura 🤩🤩🤩.

2023-11-02

2

Rika Hari

Rika Hari

pintar juga cio jawabnya ya

2023-10-14

1

Kireina

Kireina

asliny pinter tp bandel

2023-09-20

0

lihat semua
Episodes
1 Bab 1. Taruhan
2 Bab 2. Penggerebekan
3 Bab 3. Dipaksa Menikah
4 Bab 4. Melabrak Dua Sahabat
5 Bab 5. Tersipu
6 Bab 6. Saya Bakal Paksa Ibu
7 Bab 7. Panggilan
8 Bab 8. Salah Paham
9 Bab 9. Hukuman
10 Bab 10. Mulai Terperangkap
11 Bab 11. Namanya Juga Bocah
12 Bab 12. Sebuah Pesan
13 Bab 13. Minta Kerjaan
14 Bab 14. Your Favorit Flower
15 Bab 15. Balapan
16 Bab 16. Syarat
17 Bab 17. Dikeroyok
18 Bab 18. Stop Pake Panggilan Saya
19 Bab 19. Lagi-lagi Dihukum
20 Bab 20. Mencari Tahu
21 Bab 21. Disandera
22 Bab 22. Kerja Tambahan
23 Bab 23. Minta Bantuan
24 Bab 24. Tidur Terpisah
25 Bab 25. Bencana
26 Bab 26. Terus Ditatap
27 Bab 27. Hari Minggu
28 Bab 28. Mengantar Belanja
29 Bab 29. Ke Rumah Zio
30 Bab 30. Durian Runtuh
31 Bab 31. Jangan Nguji Aku Terus, Ra!
32 Bab 32. Kamu Pantas Mendapatkannya
33 Bab 33. Jauhin Amora!
34 Bab 34. Pertengkaran Hebat
35 Bab 35. Obat
36 Bab 36. Razia
37 Bab 37. Pertemuan Pertama
38 Bab 38. Putus!
39 Bab 39. Kecupan Dan Pelukan
40 Bab 40. Tolongin Istri Saya!
41 Bab 41. Bukan Pada Gadis Lain
42 Bab 42. Gosip Merajalela
43 Bab 43. Surat Peringatan
44 Bab 44. Balas Dendam
45 Bab 45. Cemburu
46 Bab 46. Aku Berubah Pikiran
47 Bab 47. Minta Gaji
48 Bab 48. Makan Malam Dengan Rangga
49 Bab 49. Aku Pengen Kamu Percaya
50 Bab 50. Kiko
51 Bab 51. Hadiah
52 Bab 52. Berdebat Lagi
53 Bab 53. Tetap Pergi
54 Bab 54. Kesepakatan
55 Bab 55. Suara Sirine
56 Bab 56. Kamu Jahat!
57 Bab 57. Kita Putus!
58 Bab 58. Kamu Nggak Sayang Aku!
59 Bab 59. Memberi Pelajaran
60 Bab 60. Meminta Maaf
61 Bab 61. Merasa Disisihkan
62 Pengumuman
63 Bab 62. Menguapkan Rasa Kesal
64 Bab 63. Lebih Dari Itu
65 Bab 64. Peringatan Ghara
66 Bab 65. Jenguk Zio
67 Bab 66. Rangga Frustasi
68 Bab 67. Mulai Sekolah
69 Bab 68. Tabrak Lari
70 New Novel
71 Bab 69. Kiko Berhasil
72 Bab 70. Menyesal
Episodes

Updated 72 Episodes

1
Bab 1. Taruhan
2
Bab 2. Penggerebekan
3
Bab 3. Dipaksa Menikah
4
Bab 4. Melabrak Dua Sahabat
5
Bab 5. Tersipu
6
Bab 6. Saya Bakal Paksa Ibu
7
Bab 7. Panggilan
8
Bab 8. Salah Paham
9
Bab 9. Hukuman
10
Bab 10. Mulai Terperangkap
11
Bab 11. Namanya Juga Bocah
12
Bab 12. Sebuah Pesan
13
Bab 13. Minta Kerjaan
14
Bab 14. Your Favorit Flower
15
Bab 15. Balapan
16
Bab 16. Syarat
17
Bab 17. Dikeroyok
18
Bab 18. Stop Pake Panggilan Saya
19
Bab 19. Lagi-lagi Dihukum
20
Bab 20. Mencari Tahu
21
Bab 21. Disandera
22
Bab 22. Kerja Tambahan
23
Bab 23. Minta Bantuan
24
Bab 24. Tidur Terpisah
25
Bab 25. Bencana
26
Bab 26. Terus Ditatap
27
Bab 27. Hari Minggu
28
Bab 28. Mengantar Belanja
29
Bab 29. Ke Rumah Zio
30
Bab 30. Durian Runtuh
31
Bab 31. Jangan Nguji Aku Terus, Ra!
32
Bab 32. Kamu Pantas Mendapatkannya
33
Bab 33. Jauhin Amora!
34
Bab 34. Pertengkaran Hebat
35
Bab 35. Obat
36
Bab 36. Razia
37
Bab 37. Pertemuan Pertama
38
Bab 38. Putus!
39
Bab 39. Kecupan Dan Pelukan
40
Bab 40. Tolongin Istri Saya!
41
Bab 41. Bukan Pada Gadis Lain
42
Bab 42. Gosip Merajalela
43
Bab 43. Surat Peringatan
44
Bab 44. Balas Dendam
45
Bab 45. Cemburu
46
Bab 46. Aku Berubah Pikiran
47
Bab 47. Minta Gaji
48
Bab 48. Makan Malam Dengan Rangga
49
Bab 49. Aku Pengen Kamu Percaya
50
Bab 50. Kiko
51
Bab 51. Hadiah
52
Bab 52. Berdebat Lagi
53
Bab 53. Tetap Pergi
54
Bab 54. Kesepakatan
55
Bab 55. Suara Sirine
56
Bab 56. Kamu Jahat!
57
Bab 57. Kita Putus!
58
Bab 58. Kamu Nggak Sayang Aku!
59
Bab 59. Memberi Pelajaran
60
Bab 60. Meminta Maaf
61
Bab 61. Merasa Disisihkan
62
Pengumuman
63
Bab 62. Menguapkan Rasa Kesal
64
Bab 63. Lebih Dari Itu
65
Bab 64. Peringatan Ghara
66
Bab 65. Jenguk Zio
67
Bab 66. Rangga Frustasi
68
Bab 67. Mulai Sekolah
69
Bab 68. Tabrak Lari
70
New Novel
71
Bab 69. Kiko Berhasil
72
Bab 70. Menyesal

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!