Selama berada di ibu kota, Rangga tinggal di rumah tantenya, jadi dia tidak perlu menyewa penginapan. Saat ini waktu sudah beranjak siang, tetapi Rangga baru saja keluar dari kamarnya.
Saat ia menghampiri meja makan, ternyata ada sang sepupu yang sedang melahap sarapannya. Rangga mengerutkan kening, sebab sang sepupu yang masih duduk di bangku sekolah, kini masih berleha-leha di rumah.
"Lu kagak sekolah?" tanya Rangga seraya menggeser kursi untuk didudukinya.
Merasa diajak bicara, pemuda yang sedang fokus itu pun akhirnya mengangkat kepala. "Mager, lagian Bokap sama Nyokap juga kagak bakal peduli gue sekolah apa kagak." Jawabnya dengan enteng.
Rangga menghela nafas, lalu menyambar segelas susu yang tersedia untuk diminumnya.
"Walaupun orang tua lu terkesan kagak peduli, tapi nyatanya mereka tetep perhatian sama lu, Thar, kalo kagak, gak mungkin mereka terus biayain lu sampe sekarang. Lagian ini semua juga buat masa depan lu, bukan mereka," ujar Rangga menasehati Athar, yang ternyata adalah anak dari tantenya.
Mendengar itu, Athar langsung berdecak, seolah telinganya sudah panas, karena mendengar nasihat yang sama, namun pada kenyataannya baik ibu dan ayahnya tidak pernah memberikan apa yang sebenarnya ia butuhkan.
"Berisik, dah bebal gue sama yang gituan," ujar Athar dengan wajah sinisnya, tak suka jika ada orang yang membela orang tuanya tanpa memikirkan perasaan dia. Bagaimana dia selama ini menjalani hidup? Dengan harta, tapi tidak dengan kasih sayang dan perhatian, sehingga dia selalu mencari semua itu di luaran sana dengan membuat masalah.
"Yeh, gue ngomong gini biar lu kagak nyesel."
"Gue gak bakal nyesel!" tegas Athar tanpa menatap ke sumber suara.
Rangga geleng-geleng kepala melihat reaksi putra sulung tantenya yang memang sulit diatur itu. Detik selanjutnya dia memilih untuk sarapan, tetapi tiba-tiba di saat suasana sedang tenang Athar kembali buka suara.
"Hari ini lu mau ke mana rapih begitu?" tanya pemuda itu sambil menelisik penampilan Rangga.
"Gue mau pergi buat mastiin sesuatu," jawab Rangga sesuai dengan rencananya.
Kening Athar mengernyit, tetapi dia tak ingin tahu lebih lanjut. "Oh iya, semalem katanya lu mau ngelamar cewek lu. Gimana? Berhasil?"
Pertanyaan itu sukses membuat Rangga tiba-tiba bergeming. Dia melamun sesaat, mengingat kejadian semalam saat Aura menolak dirinya karena wanita itu sudah memiliki seorang suami. Tanpa ia tahu siapa lelakinya, dan kapan mereka menikah.
Wajah murung Rangga nampak sangat jelas, membuat Athar semakin bertanya-tanya.
"Kenapa muka lu? Kok jadi aneh gitu?"
"Gue gak berhasil," ujar Rangga dengan suara lemah. Begitu juga dengan tubuhnya yang terasa lemas, karena tanpa diduga takdir cintanya kandas begitu saja.
"Maksudnya? Dia nolak buat nikah sama lu?" Athar terlihat tertarik untuk membahas tentang kesengsaraan hidup Rangga.
Rangga mengangguk lemah, rasanya nafsu makan dia langsung menghilang begitu mengingat Aura memutuskan dia dengan cara cuma-cuma. Tidak tahu kah wanita itu seberapa besar perjuangannya untuk sampai di titik ini? Sumpah demi apapun, rasanya Aura begitu jahat padanya.
"Dia mutusin gue," ujar Rangga lagi dengan suara nyaris hilang.
Mata Athar langsung membola, karena dia pun tahu bahwa Rangga sudah mempersiapkan sebuah pernikahan untuk kekasihnya. Ya, meskipun dia tidak tahu siapa wanitanya, tetapi ia bisa menilai kalau wanita itu benar-benar tidak tahu diri.
"Cih, bener-bener ya cewek jaman sekarang, maunya apa sih? Udah diseriusin malah mutusin. Terus lu terima gitu aja?" tanya Athar dengan menggebu, setelah mencibir Aura tanpa tahu cerita jelasnya.
"Ya mau gimana? Dia udah nikah."
"What nikah? Yang bener aja sih, dia mutusin lu karena udah nikah sama yang lain? Lah terus ngapain nyuruh lu dateng ke sini? Sakit nih cewek," cerocos Athar semakin tak terima jika sepupunya disakiti seperti itu.
Rangga menghela nafas kasar.
"Dia nikah baru kemaren, lagian itu semua juga mendadak. Makanya sekarang pengen gue pastiin siapa cowoknya. Lebih baik dari gue atau justru jauh di bawah gue," jelas Rangga yang sangat penasaran dengan sosok suami Aura.
"Ya udah hari ini gue ikut lu aja deh, ntar ke sekolah pas mau jemput doi aja," ujar Athar mengingat si cantik Amora.
Mendengar itu, Rangga langsung melongo. Benar-benar anak jaman sekarang, tahunya hanya tentang pacaran. Sementara Athar sudah senyum-senyum, karena ia yakin hari ini Amora tidak akan menolak untuk pulang bersamanya.
*
*
*
Hari ini Athar benar-benar mengikuti Rangga untuk mencari tahu siapa suami Aura. Karena dia sedang malas untuk masuk sekolah, tidak ada yang membuatnya semangat kecuali Amora.
Mereka pergi ke wilayah tempat tinggal Aura, sesampainya di sana Rangga langsung turun untuk bertanya pada warga sekitar, karena ia yakin bahwa mereka pasti tahu tentang kehidupan Aura selama ini, ya meskipun sedikit.
"Gue turun dulu, lu mau ikut gak?" tanya Rangga pada sang sepupu.
"Kagak, gue tunggu di sini aja, lagian gak ada kerjaan banget ngekor lu mulu, mending main game," balas Athar yang membuat Rangga langsung melirik sebal. Tanpa berkata apapun lagi, pria itu meninggalkan Athar dan menyambangi rumah warga yang tak jauh dari rumah Aura.
"Permisi, Bu," ucap Rangga dengan sopan pada dua orang ibu-ibu yang kebetulan sedang mengobrol di luar rumah.
"Iya, Mas, cari siapa?" jawab salah satu dari mereka.
"Eum, saya mau tanya, Bu, itu bener rumah Ibu Aura?" tanya Rangga basa-basi, padahal dia sudah beberapa kali datang ke tempat ini, otomatis dia sudah cukup hafal.
"Iya benar, Mas, tapi orangnya lagi di sekolah, kan Bu Aura itu guru, ya kadang ngeles juga sih."
"Ah iya, Bu, tapi dengar-dengar dia sudah menikah ya?"
"Iya, Mas, dia memang sudah menikah, baru 3 hari yang lalu, ya kan, Bu?" jelasnya minta pembenaran.
"Iya, Benar."
"Oh pantas di grup rame, tapi mereka pada bingung kok nggak undangannya ya? Dan kita juga nggak tahu siapa pengantin laki-lakinya."
Rangga semakin memancing agar dua ibu-ibu itu mau berbagi cerita dengannya. Karena biasanya dikorek sedikit maka semua gosip akan keluar semua.
"Oh Si Mas nggak tahu? Waktu itu Bu Aura digrebek warga karena berbuat mesyum sama muridnya, kebetulan hari itu orang tuanya juga datang, jadi para warga langsung minta mereka buat nikah deh. Ya untung sih muridnya itu anak orang kaya, ganteng lagi, kalo nggak salah namanya Ji—ji—Aji, Ji—ya apa siapa saya lupa, pokoknya mertuanya Bu Aura tuh ya orang berada lah," cerocos ibu yang satu dengan begitu semangat. Sementara ibu yang di sebelahnya justru merasa tak enakan menceritakan aib orang. Sehingga dia pun menyenggol temannya agar berhenti membicarakan Aura pada orang asing.
"Sudah, Bu!" bisiknya dengan sedikit ketus. Membuat mulut itu langsung bungkam seketika. Sementara Rangga langsung mencerna semua cerita itu, semalam sebelum mereka benar-benar berpisah Aura bilang bahwa dia tiba-tiba dijodohkan, tetapi ternyata kenyataannya berbeda.
Rangga mencoba menguasai dirinya, dia tak menyangka kalau Aura begitu tega menyakitinya hingga sedalam ini. Digrebek warga? Itu artinya Aura dan lelaki itu sedang berbuat yang tidak-tidak. Sementara status mereka masih berpacaran.
"Terima kasih atas ceritanya, Bu. Nanti saya bicarakan baik-baik dengan teman yang lain," ujar Rangga, sebelum pergi dia menyempatkan untuk mengambil dompet dan mengeluarkan uang pecahan seratus ribu beberapa lembar. "Untuk kalian, saya pamit ya. Sekali lagi terima kasih."
Antara senang dan bingung, ibu-ibu itu menerima uang dengan tampang cengo. Sebab mereka seperti baru saja mendapat sogokan.
Rangga langsung masuk ke dalam mobil dengan raut wajah yang berbeda, dan hal tersebut tentunya mengundang perhatian Athar.
"Gimane? Udah tahu lu?" tanya Athar, tanpa mengalihkan pandangan matanya yang sedang fokus pada game di ponselnya.
Rangga menelan ludahnya dengan kasar, masih menahan gemuruh di dadanya.
"Lu kenal siswa populer di sekolah sebelah?" tanya Rangga tiba-tiba.
"Kenapa emangnya?"
"Gue nanya lu kenal nggak?" Rangga terlihat sedikit emosi, hingga membuat Athar pun memiringkan badannya.
"Ya gue kenal, terus kenapa? Cewek lu yang udah nikah itu ternyata anak sekolahan?" Athar balik bertanya.
"Cewek gue namanya Aura, dia guru di sana. Dan sekarang kabarnya dia nikah sama muridnya, gue yakin tuh cowok populer di sekolah, karena katanya dia anak orang berada." Rangga nampak mengingat-ingat sesuatu. "Namanya tadi Ji—ji—"
"Zio maksud lu?" potong Athar.
***
Minta vote nya dong💃🥰
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 72 Episodes
Comments
Alexandra Juliana
Semoga si Rangga ini karyawan perusahaan Ale2 yg ada di luar kota, biar dia g nyepelein Zio..
2024-01-07
1
Alexandra Juliana
Jgn2 Rangga saudaraan sama si Athar niihhh..
2024-01-07
1
Anonim
wuuiiiiihhhh bakal seru neh Athar saudaranya Rangga
2023-09-07
0