My Love And Ghost Friend 1000 Days
Tok... tok ..tok ..
"Mamah boleh masuk kamar sayang ?"
"masuk ajah mah, pintu kamar Alina gak dikunci kok"
Santi membuka pintu kamar Alina, ia berjalan menghampiri anaknya dan mengambil kursi lain yang berada didekat Alina lalu ia duduk di samping Alina. Santi mulai menatap muka anaknya yang sedang belajar, ia sedikit ragu untuk membicarakan rencananya.
Alina menoleh ke Santi dan menatapnya dengan heran,
"mamah kenapa .. kok kayak gitu lihatin Alina !"
Santi tersenyum, "enggak ,mama seneng ajah liat anak mamah yang cantik ini lagi belajar"
Alina memang mempunyai paras cantik yang di turunkan oleh Santi, hidung mancung yang diwarisi dari papahnya serta postur tinggi badan 158 rata-rata wanita.
"Ya habis ini kan Alina ada ujian mah, Alina gak mau dapet nilai jelek." Ucap Alina
Santi mengangguk paham. " Oyah, mamah ada ke kamar Alina, ada yang bisa Alina bantuin buat mamah ?" lanjutnya
"Oh, enggak sayang .. mamah mau membicarakan sesuatu tentang sekolah kamu,"
"Kenapa mah? prasaan Alina gak bikin ulah kok di sekolah," ungkap Alina
"Alina, kemarin mamah sudah datang ke sekolah kamu dan bilang ke Pak Mario kepala sekolahmu bahwa kalau 3 minggu lagi setelah penerimaan raport kenaikan kelas kita akan segera pindah sekolah dan rumah." Ucap Santi
"Apa mah ? Kenapa mendadak sekali ..Alina gak mau mah" ..tolak Alina
"Alina, papahmu dapat pindahan tugas kerja ..masak mamah sama papah mau ninggalin kamu disini !"
"Ya kita kan bisa disini saja mah, biar papah yang disana. Alina tuh malas kalau harus sosialiasi dengan orang baru." Alina membuang nafas kasar
Santi mengusap kepala anaknya dengan lembut, ia tahu bahwa anaknya tidak begitu pintar untuk banyak mendapatkan teman. Santi pun juga belum mengetahui apa penyebabnya. Yang ia tahu, anaknya sering menyendiri dan berbicara sendiri. Namun jika mengenal Alina yang asli di mata Santi, Alina adalah anak yang sangat ceria, cantik dan penurut meskipun kadang keras kepalanya kambuh.
"Mamah tau sayang, tapi kita harus ikut papa ..kasian papa kalau harus mengurus semua sendiri. Alina kamu kan tau bagaimana sibuknya papamu itu."
"mah, boleh tinggalin Alina sebentar gak ? kita bicarain itu nanti ya ..Alina mau fokus belajar dulu," ucap Alina pelan dan menunduk
"maafin mamah ya sayang, mama gak bermaksud membuat fokus belajar kamu jadi berantakan .. mama buatin makan makan malam kesukaan kamu kalau gitu ,selamat belajar ya sayang," Santi mengecup kepala Alina dan pergi dari kamarnya.
Alina beranjak dari kursi belajarnya dan berpindah ke tempat tidurnya, ia merasa bingung harus berkata apa pada kedua orang tuanya. Apakah harus mengikuti kedua orang tuanya atau menolak dan tinggal sendiri di rumah masa kecilnya.
Yang sebenarnya terjadi ia hanya malas jika harus berinteraksi dengan hantu baru yang meminta tolong padanya yang sering menguras energinya. Belum lagi jika harus beradaptasi dengan orang baru, pasti banyak yang menganggap dia aneh jika ketahuan ngobrol sendiri.
Walaupun Alina sudah terbiasa ia tetap berusaha menjadi manusia normal pada umumnya, maka dari itu dia lebih sering menghindari tempat-tempat baru yang ia kunjungi.
"Ya Tuhan, sampai kapan aku harus menanggung hidup kayak gini, pengen hidup normal kayak mereka. Segala cara udah pernah aku lakuin tapi selalu gagal" lirihnya sambil memeluk guling
Terdengar suara ketawa melengking di dalam kamar Alina, yang ternyata sudah duduk dibelakang punggung Alina.
Alina menutup matanya dan telinganya karena suara hantu itu membuat gendang telinganya hampir pecah.
Alina berbalik dan duduk saat suara hantu itu berhenti.
"Apaan sih ,bikin budek tau gak suara loe itu!!!" bentak Alina
"hehe maaf Lin, kan aku hantu jadi wajar kan aku ketawa seperti ini, "
Alina melengos membuang nafas kasar dan kembali berbaring memeluk gulingnya dengan membelakangi hantu wanita itu. Hantu wanita itu bernama Mira, ia adalah hantu wanita yang tinggal di pohon mangga belakang rumah Alina, tempat biasa William besantai. William adalah nama papa dari Alina, namun hantu itu tidak pernah mengganggu Alina dan keluarganya bahkan terkadang ia menjadi teman Alina dirumah.
Mira sendiri sudah meninggal saat usianya 17 tahun, pada tahun 1960 dan pakaian yang ia kenakan juga pakaian zaman dulu. Tapi sayangnya ia tidak ingin pergi ke alamnya. Mira pun juga tak pernah memberi tahu alasannya dan dia merasa senang saat kehadiran Alina di rumah ini.
"lagi mikirin apa sih Lin ,jutek gitu mukamu," tanya hantu Mira
Alina masih diam, sedikit malas untuk meladeni hantu Mira
"Kamu lagi mens ya?" hantu Mira mengendus tubuh Alina,
"tapi aku gak bau anyir di tubuh kamu," pikirnya penasaran
Alina memutar bola matanya dengan malas,
"Apasih Lo ,ngendus kayak kucing aja," bentak Alina
Terkadang Alina pun sudah terbiasa mengutarakan kemarahannya pada Mira, dan Mira adalah sosok hantu yang ceria dan sabar serta bisa dibilang hantu yang bisa mengerti perasaan Alina. Ia pun tak pernah marah terhadap Alina karena Alina adalah teman satu-satunya yang dimiliki Alina.
"Ya habis kamu di tanya gitu sih Lin ,diem aja ..Ada apa sih Lin ..crita dong ke aku Lin dari pada marah-marah mulu," bujuk Mira
"eem ..kalau aku pergi dari sini ,Lo bakal kangen ga mir ?" tanya Alina penasaran
"kenapa kamu tanya gitu Lin ? kamu mau pergi kemana?" tanya Mira dengan muka sedih
"Tadi tuh mamah ke kamar gue, rencana kita pindah rumah,"
"Trus sekolah kamu dan rumah ini gimana Lin ? aku juga gimana Lin ? masak kamu tega harus tinggalina aku ?" rengek Mira
"Temen gue kan cuma Lo doang Mir, loe kan tau gue susah punya temen,"
"Trus kenapa kamu mau pergi Alina ?"
Alina mulai duduk dan menyandarkan punggungnya ke tembok,
"Tadi mama ke sini Mir, dia bilang papa ada kerjaan ke luar kota .. dan mau gak mau kita harus ikut,"
"gitu ya Lin ..," Mira menunduk sedih ..
"eeemm apa Lo ikut gue aja ya Mir.." gumamnya
"hah , apa Lin ..kamu bilang apa ?"
"iya ,Lo ikut gue aja ..dari pada lo lontang lantung di sini.. Emang loe nunggu apa sih disini Mir ..?"bujuk Alina
Mira menundukkan kepalanya dan memalingkan mukanya dari Alina. Ia bingung harus menjawab apa, Mira ingin sekali ikut dengan Alina, tapi di benaknya ada yang mengganjal. Suasana hening saat Mira mulai terdiam.
Alina memegang tangan Mira, ini pertama kali Alina memegang tangan hantu Mira. Alina merasakan getaran energi dari Mira, jika Mira sedang menunggu seseorang. Belum sempat Alina menyelidiki sesuatu yang mengganjal di benak Mira, ia mulai menarik tangannya dari Alina.
Alina menyadari ketidak nyamanan Mira padanya. Tiba-tiba Mira menarik tangannya dan terbang ke langit-langit dengan menatap Alina tajam. Aura Mira pun berbeda dari sebelumnya, aura hitam darinya keluar tanda ia sedang marah.
"Maaf mir, bukan maksud gue ikut campur urusan Lo, tapi Lo boleh cerita ke gue .. gue sejak kecil kan udah sama Lo Mir, tapi kalau loe kebratan gue gak akan maksa lagi kok.." ucap Alina dengan pelan.
Alina bisa mengetahui masa lalu orang lewat sentuhan tangan, sekali pun itu bukan manusia. Mendengar ucapan Alina, Mira mulai turun dan mendekati Alina kembali. Berlahan aspa hitap aura dari Mira mulai memudar.
"maafin aku ya Lin, kalau aku tadi seperti itu,"
"Gak papa, gue yang salah karena lancang gak izin sama Lo," ucap Alina .
tok..tok ..tok ..
"Non, makanan sudah disiapkan, di tunggu Ibuk sama Bapak di meja makan" ucap bik Atik di balik pintu kamar Alina
"iya bik, bilangin mamah ..kalau Alina masih mandi, nanti nyusul,"
"Baik non !" ucap bik atik dan pergi meninggalkan kamar Alina.
"Kita ngobrol lanjut nanti Mir, gue mau mandi dulu" ..ucap Alina dan Mira hanya menganggukkan kepala.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments
Tetik Saputri
mampir kak
2023-06-27
1