Setalah mandi Alina menuju meja dan duduk bersama orang tuanya. Sempat ada keheningan saat dimeja makan, Santi melihat suaminya yang lahap saat makan. Wajar karena ia juga baru pulang kerja, lalu Santi menyenggol kaki Marcel suaminya dan memberi kode lewat mata agar dia membujuk Alina perihal kepindahannya nanti.
Marcel mencoba membenahi duduknya dan mumulai membuka suara.
"Alina ...bagaiman ulangan kamu, apakah lancar semuanya sayang ?" tanya Marcel basa-basi
Alina hanya menganggukkan kepala dan tetap melanjutkan makanannya dengan lahap.
"emm Alina ..." panggil Marcel
Lagi-lagi Alina hanya melirik Marcel, ia seakan tahu apa yang akan dibicarakan papahnya.
"Papa harap, kamu bisa menerima keputusan papa untuk kepindahan rumah kita, dan bukan hanya rumah ..melainkan sekolah kamu juga,"
Alina mengentikan suara sendok dan garpu yang dipegangnya
"Lalu apa kabar rumah kita yang disini pah? Alina udah terlanjur nyaman disini pah .."
"untuk sementara paman Rio, tante Tyas dan kakek William yang akan pindah kesini, jadi kamu bisa main kesini kapanpun kamu mau"
"lalu rumah mereka?" tanya Alina penasaran
Marcel dan Santi saling melempar pandangan dan nampak ragu untuk menjawab pertanyaan Alina.
Santi menyahut dari pertanyaan anaknya
"Rumah mereka sekarang dalan proses untuk dijual sayang, paman Rio baru saja mengalami kebangkrutan. Sedangkan dia sedang bersama kakek, jadi kami tidak mungkin membiarkan kakekmu bingung harus tinggal dimana."
"Vanesa sepupumu pun juga masih sekolah, dan sebentar lagi juga butuh biaya banyak untuk kuliah, jadi berhubung ada kabar papamu pindah kerja dan sudah disediakan rumah fasilitas dari kantor, kami memutuskan memberi tempat tinggal ini sementara waktu pada paman Rio, mama dan papa berharap kamu mengerti atas keputusan kami," Lanjut Santi
Rio adalah adik dari Santi anak kedua sekaligus adik paling terkahir.
"Kasian paman Rio apalagi kakek, .." gumamnya
"Alina ikut keputusan mama dan papa,"
Marcel dan Santi saling melempar pandangan dan tersenyum mendengar jawaban dari Alina,
Santi memeuk anaknya, ia senang karena Alina bisa mengerti keadaan yang terjadi.
"Makasih ya sayang, udan ngertiin kami," ucap Santi
Alina mengangguk, "iya mah, sama-sama. Kapan kira-kira paman Rio pindah kesini mah ?"
"2 hari lagi mereka akan tinggal disini," sahut Marcel
"kebetulan ujian Vanesa lebih awal dari sekolah kamu, jadi setelah Vanesa ujian mereka langsung pindah kesini." lanjutnya
Alina hanya menganggukkan tanda paham.
"Alina mau kekamar dulu ya mah pah, makanan Alina juga udah selesai," pamitnya
****
Alina membaringkan tubuhnya dikasur, badanya terasa pegal-pegal setelah seharian ini setelah pulang sekolah ia lebih banyak fokus belajar untuk jadwal ujian besok selanjutnya.
Tiba-tiba tirai cendela Alina terbuka sendiri
"ya ampun apalagi, badan gue capek semua masih ada aja yang gangguin," batinnya
"pergi, gue lagi gak mau di ganggu," ucapnya sendiri
Dari luar cendela memancarkan cahaya terang hingga menyilaukan mata Alina, ia mulai berjalan pelan-pelan mendekatinya cendela karena rasa penasarannya sambil menutup wajahnya dengan telapak tangannya dan mengintip sedikit dari celah jarinya.
Perlahan cahaya itu mulai redup, Alina bisa melihat jelas apa yang berada di hadapannya. Seekor singa putih yang sangat besar menatap wajah Alina, Alina terpenganga melihat sosok singa putih itu.
"Sebentar lagi kita akan bertemu Alina dan aku akan menjagamu hingga titik terakhirmu, persiapkan dirimu," Singa putih itu pergi dengan cepat setelah memberi pesan tersebut. Alina masih dengan posisi terpaku diam, antara kaget, kagum dan bingung.
"itu tadi makhluk apa ..." pikirnya
Lamunan Alina di kagetkan oleh tangan putih dan dingin dibagian pundaknya hingga Alina terjengkat.
"hhhhh ... ngagetin aja sih Mir, jantung gue mau copot nih ..bilang dong kalau mau dateng." keluh Alina
"Apa sih Lin, orang dari tadi aku panggilin kamu tiga kali tau !!! kamu aja yang budek, lagian ngapain malam-malam didepan cendela gitu!!" ucap Mira kesal
"hah ,masak sih !" Alina menggaruk kepalanya yang tidak gatal
Mira hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan melipat kedua tangannya didepan. Alina berjalan dan duduk di meja belajarnya. Ia masih berkecamuk dengan pikirannya sendiri.
"tadi itu apah yah ,seperti singa tapi kenapa besar banget ..tapi juga gue kayak pernah liat ..dimana yah!" pikirnya
"Alina ..Lin..halloo Alina !!!!!!" teriak Mira
Alina sedikit terjengkat mendengar teriakan Mira
"hhhh yaah ..kenapa Mir?"
"ya ampun Alina ..kamu itu kenapa sih ? lagi mikirin apa lagi ..rencana pindahan kamu ? hmmm aku udah mutusin untuk tetap tinggal disini Lin," ungkap Mira
"hah ..emm ..gitu ya Mir .."
"kalau boleh tau kenapa lo gak ikut gue aja.. pasti sepi Mir gak ada lo" ucap melas Alina
"Aku lagi nungguin seseorang Mir , gak tau kenapa prasaan aku dia bakal datang ..gak akan lama lagi,"
"emang lo nungguin siapa sih Mir?" tanya penasaran Alina
"Seseorang dari masa lalu aku Lin, aku pergi begitu cepat hingga tak sempat bertemu dengannya, dan sampai saat ini hatiku masih tetap mengganjal.. bukan siapa yang menyebabkan kematianku yang kutunggu selama ini".. Mira terdiam sejenak
"lalu ??" tanya Alina penasaran
"Aku sudah mengikhlaskan penyebab kematianku, tapi ada pesan yang belum tersampaikan kepada kekasihku" lanjut Mira
"Pesan apa dan.. lo meninggal karena apa?"
Mira mulai berbicara serius,ia mengingat kejadian bertahun-tahun lamanya saat kejadian ia meninggal. Mira berdiri melayang menghadap cendela membelakangi Alina.
"Dulu tempat ini adalah jalanan desa .. sekitar pukul 9 malam, aku baru saja pulang dari lapangan pinus bersama temanku lalu karena jalan arah pulang kami berbeda kami pun berpisah di pertigaan jalan. Dulunya bernama gang Tejo, yang sekarang sudah menjadi lampu merah disebrang jalan rumah ini." Jelas Mira
*****Flash Back On*****
"kita pisah disini ya.. kamu berani kan Mir pulang sendiri ?" tanya Andin
"Iya aku brani kok ..daah Ndin!!" Mira melampaikan tangan pada temannya.
Ketika mereka berpisah untuk pulang karena jalan rumah yang berbeda, Mira akhirnya berjalan sendiri menuju rumahnya. Hanya butuh waktu 5 menit menuju rumahnya dari pertigaan gang Tejo jika jalan kaki.
Lalu dari arah berlawanan ada sebuah mobil yang ia kenal, anehnya mobil itu berjalan seperti tidak stabil. Mobil itu tanpa sadar mulai mendekati Mira.
"Kayak kenal mobil itu, seperti mobil....."pikir Mira yang belum tuntas
"wwwaaaaaaa...." Mira berteriak dan ia tak sempat menghindarinya. Mira terpental tidak jauh dari mobil itu. Setelah menabrak Mira ,mobil itu berbelok menabrakkan ke arah pohon.
Mira masih sempat sadar saat tubuhnya sudah terpental dan tergletak, namun ia tak bisa menggerakkan tubuhnya. Kepalanya sudah berlumuran darah, kakinya pun patah. Sebelum Mira meninggal ditempat ,ia sempat menoleh kearah mobil itu.
Terlihat di kaca mobil depan bagian supir ada seorang laki-laki yang pingsan. Betapa terkejutnya Mira jika yang menabraknya adalah kekasihnya sendiri. Setalah itu Mira menghembuskan nafas terakhirnya.
Setelah Mira meninggal di tempat kejadian, 10 menit kemudian ada 4 orang yang menolong mereka.
*****Flash Back Off*****
"jadi itu alasan lonangkring di pohong itu ?"
Mira hanya mengangguk, mengiyakan pernyataan Alina.
"Trus setelah cowok lo nabrak, lo gimana?" lanjut Alina
"setelah pemakamanku, aku mendatangi rumahnya.. namun rumahnya sudah kosong, tapi aku menemukan sebuah surat diatas meja yang ditulis oleh tangannya sendiri," ..jelas Mira
_____
Mira, aku tidak tahu apakah kau akan membaca suratku ini. Aku pergi atas kemauan orang tuaku yang memaksa pindah rumah secara tiba-tiba. Dua hari yang lalu aku mengalami kecelakaan karena saat mengendarai mobil aku memang sudah lelah. Yangku ingat, aku menabrak pohon dan pingsan. Aku menunggu kedatanganmu Mira, tapi kau tak kunjung menjengukku, padahal aku sudah memberi pesan lewat adikku. Saat dia kembali ia bilang bahwa kau sedang tidak ada dirumahmu.Mira, aku ingin sekali bertemu denganmu, aku berinisiatif untuk datang ke rumahmu apapun caranya, meskipun aku harus menyeret kakiku, tapi orangtuaku memarahiku tanpa alasan. Maafkan aku Mira, berpamitan denganmu melalui surat ini. Awalnya aku ingin datang kerumahmu, tapi melihat kondisiku belum bisa berdiri dari kejadian kecelakaan itu, aku tak bisa apa-apa.
- Kekasihmu -
"Kok agak ganjal yah," kata Alina
"iya ,memang ada yang salah dari peristiwa ini.. orang tuanya menyembunyikan rahasia kebenaran ini jika anaknya sudah menabrakkku. Ia menyuap orang-orang yang waktu itu menolong kami." jelas Mira
Alina terkejut mendengar pernyataan dari Mira,
"haah !! jahat banget Mir ... tapi Lo tau dari mana?"
"satu minggu setelah kepergianku, aku datang kerumah kekasihku. Aku ingin melepas kerinduanku padanya sebelum aku pergi kealamku. Tiba-tiba 4 orang yang waktu itu membantu menolong kami juga ikut datang duduk diteras rumah kekasihku. 10 menit kemudian, Ayah kekasihku pun datang"
*Flash Back On*
"Gimana udah datang belum, jangan-jangan dia bohong lagi," kata pria yang berbadan kurus
"ah gak mungkin, kalau pun dia berbohong tinggal kita buat aja gosip, tau kan kalau kita udah nyebar gosip gak sampai 2 jam berita itu akan kesebar" kata pria berbadan pendek
Teman-temannya mengangguk setuju, benar saja 10 menit kemudian Ayah kekasih Mira itu datang dan turun dari mobilnya yang mewah yang pintunya dibukakan oleh sopirnya.
Empat orang tersebut langsung berdiri dan membungkukkan badan, dia adalah orang terkaya di desa itu. Pria itu berjalan dan duduk di kursi teras dengan menghirup rokok yang ada ditangannya.
"eeh kami sudah melakukan apa yang juragakan Malik perintahkan kepada kami," kata salah satu penolong Mira dan kekasihnya.
Pak Malik adalah ayah dari kekasihnya Mira, ia mengangguk pelan mendengar ucapan mereka sambil dengan tetap menghisap rokoknya.
"kalian yakin ?"tanya Malik
"Benar juragakan, keluarga Mira menganggap kalau Mira adalah korban tabrak lari"
"kau yakin jika tidak ada saksi mata selain kalian?"
"kami yakin juragan" jawab pria itu
"Bagus ,ini uang untuk kalian .. tapi ingat, jangan sampai rahasia ini bocor termasuk anakku, jika dia yang menabrak Mira kekasihnya sendiri," ancam Malik
Ke 4 pria tersebut mengangguk paham, dan menerima uang dari Malik. Setelah itu Malik berdiri dan pergi meninggalkan desa tersebut.
Mira hanya menangis, tidak menyangka bahwa Ayah kekasihnya menyuap saksi mata.
*Flash Back Off*
"jahat banget ya Mir ayah pacar lo...Brrti sampai detik ini dia gak tau dong kalau lo udah mati dan dia sendiri yang nabrak..!"
"dia tahu kalau aku sudah meninggal, waktu itu dia sudah membaik dan diam-diam datang ke desa ini lagi untuk menemuiku, tapi yang ia dapat aku sudah meninggal. Ia menangis di atas kuburanku, menumpahkan rasa sakitnya dinisanku, hatiku hancur melihatnya..apalagi jika dia tahu kalau yang menabrakku adalah.......dia sendiri," jelas Mira dengan menangis
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 108 Episodes
Comments