Tok... tok ..tok ..
"Mamah boleh masuk kamar sayang ?"
"masuk ajah mah, pintu kamar Alina gak dikunci kok"
Santi membuka pintu kamar Alina, ia berjalan menghampiri anaknya dan mengambil kursi lain yang berada didekat Alina lalu ia duduk di samping Alina. Santi mulai menatap muka anaknya yang sedang belajar, ia sedikit ragu untuk membicarakan rencananya.
Alina menoleh ke Santi dan menatapnya dengan heran,
"mamah kenapa .. kok kayak gitu lihatin Alina !"
Santi tersenyum, "enggak ,mama seneng ajah liat anak mamah yang cantik ini lagi belajar"
Alina memang mempunyai paras cantik yang di turunkan oleh Santi, hidung mancung yang diwarisi dari papahnya serta postur tinggi badan 158 rata-rata wanita.
"Ya habis ini kan Alina ada ujian mah, Alina gak mau dapet nilai jelek." Ucap Alina
Santi mengangguk paham. " Oyah, mamah ada ke kamar Alina, ada yang bisa Alina bantuin buat mamah ?" lanjutnya
"Oh, enggak sayang .. mamah mau membicarakan sesuatu tentang sekolah kamu,"
"Kenapa mah? prasaan Alina gak bikin ulah kok di sekolah," ungkap Alina
"Alina, kemarin mamah sudah datang ke sekolah kamu dan bilang ke Pak Mario kepala sekolahmu bahwa kalau 3 minggu lagi setelah penerimaan raport kenaikan kelas kita akan segera pindah sekolah dan rumah." Ucap Santi
"Apa mah ? Kenapa mendadak sekali ..Alina gak mau mah" ..tolak Alina
"Alina, papahmu dapat pindahan tugas kerja ..masak mamah sama papah mau ninggalin kamu disini !"
"Ya kita kan bisa disini saja mah, biar papah yang disana. Alina tuh malas kalau harus sosialiasi dengan orang baru." Alina membuang nafas kasar
Santi mengusap kepala anaknya dengan lembut, ia tahu bahwa anaknya tidak begitu pintar untuk banyak mendapatkan teman. Santi pun juga belum mengetahui apa penyebabnya. Yang ia tahu, anaknya sering menyendiri dan berbicara sendiri. Namun jika mengenal Alina yang asli di mata Santi, Alina adalah anak yang sangat ceria, cantik dan penurut meskipun kadang keras kepalanya kambuh.
"Mamah tau sayang, tapi kita harus ikut papa ..kasian papa kalau harus mengurus semua sendiri. Alina kamu kan tau bagaimana sibuknya papamu itu."
"mah, boleh tinggalin Alina sebentar gak ? kita bicarain itu nanti ya ..Alina mau fokus belajar dulu," ucap Alina pelan dan menunduk
"maafin mamah ya sayang, mama gak bermaksud membuat fokus belajar kamu jadi berantakan .. mama buatin makan makan malam kesukaan kamu kalau gitu ,selamat belajar ya sayang," Santi mengecup kepala Alina dan pergi dari kamarnya.
Alina beranjak dari kursi belajarnya dan berpindah ke tempat tidurnya, ia merasa bingung harus berkata apa pada kedua orang tuanya. Apakah harus mengikuti kedua orang tuanya atau menolak dan tinggal sendiri di rumah masa kecilnya.
Yang sebenarnya terjadi ia hanya malas jika harus berinteraksi dengan hantu baru yang meminta tolong padanya yang sering menguras energinya. Belum lagi jika harus beradaptasi dengan orang baru, pasti banyak yang menganggap dia aneh jika ketahuan ngobrol sendiri.
Walaupun Alina sudah terbiasa ia tetap berusaha menjadi manusia normal pada umumnya, maka dari itu dia lebih sering menghindari tempat-tempat baru yang ia kunjungi.
"Ya Tuhan, sampai kapan aku harus menanggung hidup kayak gini, pengen hidup normal kayak mereka. Segala cara udah pernah aku lakuin tapi selalu gagal" lirihnya sambil memeluk guling
Terdengar suara ketawa melengking di dalam kamar Alina, yang ternyata sudah duduk dibelakang punggung Alina.
Alina menutup matanya dan telinganya karena suara hantu itu membuat gendang telinganya hampir pecah.
Alina berbalik dan duduk saat suara hantu itu berhenti.
"Apaan sih ,bikin budek tau gak suara loe itu!!!" bentak Alina
"hehe maaf Lin, kan aku hantu jadi wajar kan aku ketawa seperti ini, "
Alina melengos membuang nafas kasar dan kembali berbaring memeluk gulingnya dengan membelakangi hantu wanita itu. Hantu wanita itu bernama Mira, ia adalah hantu wanita yang tinggal di pohon mangga belakang rumah Alina, tempat biasa William besantai. William adalah nama papa dari Alina, namun hantu itu tidak pernah mengganggu Alina dan keluarganya bahkan terkadang ia menjadi teman Alina dirumah.
Mira sendiri sudah meninggal saat usianya 17 tahun, pada tahun 1960 dan pakaian yang ia kenakan juga pakaian zaman dulu. Tapi sayangnya ia tidak ingin pergi ke alamnya. Mira pun juga tak pernah memberi tahu alasannya dan dia merasa senang saat kehadiran Alina di rumah ini.
"lagi mikirin apa sih Lin ,jutek gitu mukamu," tanya hantu Mira
Alina masih diam, sedikit malas untuk meladeni hantu Mira
"Kamu lagi mens ya?" hantu Mira mengendus tubuh Alina,
"tapi aku gak bau anyir di tubuh kamu," pikirnya penasaran
Alina memutar bola matanya dengan malas,
"Apasih Lo ,ngendus kayak kucing aja," bentak Alina
Terkadang Alina pun sudah terbiasa mengutarakan kemarahannya pada Mira, dan Mira adalah sosok hantu yang ceria dan sabar serta bisa dibilang hantu yang bisa mengerti perasaan Alina. Ia pun tak pernah marah terhadap Alina karena Alina adalah teman satu-satunya yang dimiliki Alina.
"Ya habis kamu di tanya gitu sih Lin ,diem aja ..Ada apa sih Lin ..crita dong ke aku Lin dari pada marah-marah mulu," bujuk Mira
"eem ..kalau aku pergi dari sini ,Lo bakal kangen ga mir ?" tanya Alina penasaran
"kenapa kamu tanya gitu Lin ? kamu mau pergi kemana?" tanya Mira dengan muka sedih
"Tadi tuh mamah ke kamar gue, rencana kita pindah rumah,"
"Trus sekolah kamu dan rumah ini gimana Lin ? aku juga gimana Lin ? masak kamu tega harus tinggalina aku ?" rengek Mira
"Temen gue kan cuma Lo doang Mir, loe kan tau gue susah punya temen,"
"Trus kenapa kamu mau pergi Alina ?"
Alina mulai duduk dan menyandarkan punggungnya ke tembok,
"Tadi mama ke sini Mir, dia bilang papa ada kerjaan ke luar kota .. dan mau gak mau kita harus ikut,"
"gitu ya Lin ..," Mira menunduk sedih ..
"eeemm apa Lo ikut gue aja ya Mir.." gumamnya
"hah , apa Lin ..kamu bilang apa ?"
"iya ,Lo ikut gue aja ..dari pada lo lontang lantung di sini.. Emang loe nunggu apa sih disini Mir ..?"bujuk Alina
Mira menundukkan kepalanya dan memalingkan mukanya dari Alina. Ia bingung harus menjawab apa, Mira ingin sekali ikut dengan Alina, tapi di benaknya ada yang mengganjal. Suasana hening saat Mira mulai terdiam.
Alina memegang tangan Mira, ini pertama kali Alina memegang tangan hantu Mira. Alina merasakan getaran energi dari Mira, jika Mira sedang menunggu seseorang. Belum sempat Alina menyelidiki sesuatu yang mengganjal di benak Mira, ia mulai menarik tangannya dari Alina.
Alina menyadari ketidak nyamanan Mira padanya. Tiba-tiba Mira menarik tangannya dan terbang ke langit-langit dengan menatap Alina tajam. Aura Mira pun berbeda dari sebelumnya, aura hitam darinya keluar tanda ia sedang marah.
"Maaf mir, bukan maksud gue ikut campur urusan Lo, tapi Lo boleh cerita ke gue .. gue sejak kecil kan udah sama Lo Mir, tapi kalau loe kebratan gue gak akan maksa lagi kok.." ucap Alina dengan pelan.
Alina bisa mengetahui masa lalu orang lewat sentuhan tangan, sekali pun itu bukan manusia. Mendengar ucapan Alina, Mira mulai turun dan mendekati Alina kembali. Berlahan aspa hitap aura dari Mira mulai memudar.
"maafin aku ya Lin, kalau aku tadi seperti itu,"
"Gak papa, gue yang salah karena lancang gak izin sama Lo," ucap Alina .
tok..tok ..tok ..
"Non, makanan sudah disiapkan, di tunggu Ibuk sama Bapak di meja makan" ucap bik Atik di balik pintu kamar Alina
"iya bik, bilangin mamah ..kalau Alina masih mandi, nanti nyusul,"
"Baik non !" ucap bik atik dan pergi meninggalkan kamar Alina.
"Kita ngobrol lanjut nanti Mir, gue mau mandi dulu" ..ucap Alina dan Mira hanya menganggukkan kepala.
Setalah mandi Alina menuju meja dan duduk bersama orang tuanya. Sempat ada keheningan saat dimeja makan, Santi melihat suaminya yang lahap saat makan. Wajar karena ia juga baru pulang kerja, lalu Santi menyenggol kaki Marcel suaminya dan memberi kode lewat mata agar dia membujuk Alina perihal kepindahannya nanti.
Marcel mencoba membenahi duduknya dan mumulai membuka suara.
"Alina ...bagaiman ulangan kamu, apakah lancar semuanya sayang ?" tanya Marcel basa-basi
Alina hanya menganggukkan kepala dan tetap melanjutkan makanannya dengan lahap.
"emm Alina ..." panggil Marcel
Lagi-lagi Alina hanya melirik Marcel, ia seakan tahu apa yang akan dibicarakan papahnya.
"Papa harap, kamu bisa menerima keputusan papa untuk kepindahan rumah kita, dan bukan hanya rumah ..melainkan sekolah kamu juga,"
Alina mengentikan suara sendok dan garpu yang dipegangnya
"Lalu apa kabar rumah kita yang disini pah? Alina udah terlanjur nyaman disini pah .."
"untuk sementara paman Rio, tante Tyas dan kakek William yang akan pindah kesini, jadi kamu bisa main kesini kapanpun kamu mau"
"lalu rumah mereka?" tanya Alina penasaran
Marcel dan Santi saling melempar pandangan dan nampak ragu untuk menjawab pertanyaan Alina.
Santi menyahut dari pertanyaan anaknya
"Rumah mereka sekarang dalan proses untuk dijual sayang, paman Rio baru saja mengalami kebangkrutan. Sedangkan dia sedang bersama kakek, jadi kami tidak mungkin membiarkan kakekmu bingung harus tinggal dimana."
"Vanesa sepupumu pun juga masih sekolah, dan sebentar lagi juga butuh biaya banyak untuk kuliah, jadi berhubung ada kabar papamu pindah kerja dan sudah disediakan rumah fasilitas dari kantor, kami memutuskan memberi tempat tinggal ini sementara waktu pada paman Rio, mama dan papa berharap kamu mengerti atas keputusan kami," Lanjut Santi
Rio adalah adik dari Santi anak kedua sekaligus adik paling terkahir.
"Kasian paman Rio apalagi kakek, .." gumamnya
"Alina ikut keputusan mama dan papa,"
Marcel dan Santi saling melempar pandangan dan tersenyum mendengar jawaban dari Alina,
Santi memeuk anaknya, ia senang karena Alina bisa mengerti keadaan yang terjadi.
"Makasih ya sayang, udan ngertiin kami," ucap Santi
Alina mengangguk, "iya mah, sama-sama. Kapan kira-kira paman Rio pindah kesini mah ?"
"2 hari lagi mereka akan tinggal disini," sahut Marcel
"kebetulan ujian Vanesa lebih awal dari sekolah kamu, jadi setelah Vanesa ujian mereka langsung pindah kesini." lanjutnya
Alina hanya menganggukkan tanda paham.
"Alina mau kekamar dulu ya mah pah, makanan Alina juga udah selesai," pamitnya
****
Alina membaringkan tubuhnya dikasur, badanya terasa pegal-pegal setelah seharian ini setelah pulang sekolah ia lebih banyak fokus belajar untuk jadwal ujian besok selanjutnya.
Tiba-tiba tirai cendela Alina terbuka sendiri
"ya ampun apalagi, badan gue capek semua masih ada aja yang gangguin," batinnya
"pergi, gue lagi gak mau di ganggu," ucapnya sendiri
Dari luar cendela memancarkan cahaya terang hingga menyilaukan mata Alina, ia mulai berjalan pelan-pelan mendekatinya cendela karena rasa penasarannya sambil menutup wajahnya dengan telapak tangannya dan mengintip sedikit dari celah jarinya.
Perlahan cahaya itu mulai redup, Alina bisa melihat jelas apa yang berada di hadapannya. Seekor singa putih yang sangat besar menatap wajah Alina, Alina terpenganga melihat sosok singa putih itu.
"Sebentar lagi kita akan bertemu Alina dan aku akan menjagamu hingga titik terakhirmu, persiapkan dirimu," Singa putih itu pergi dengan cepat setelah memberi pesan tersebut. Alina masih dengan posisi terpaku diam, antara kaget, kagum dan bingung.
"itu tadi makhluk apa ..." pikirnya
Lamunan Alina di kagetkan oleh tangan putih dan dingin dibagian pundaknya hingga Alina terjengkat.
"hhhhh ... ngagetin aja sih Mir, jantung gue mau copot nih ..bilang dong kalau mau dateng." keluh Alina
"Apa sih Lin, orang dari tadi aku panggilin kamu tiga kali tau !!! kamu aja yang budek, lagian ngapain malam-malam didepan cendela gitu!!" ucap Mira kesal
"hah ,masak sih !" Alina menggaruk kepalanya yang tidak gatal
Mira hanya menggeleng-gelengkan kepalanya dan melipat kedua tangannya didepan. Alina berjalan dan duduk di meja belajarnya. Ia masih berkecamuk dengan pikirannya sendiri.
"tadi itu apah yah ,seperti singa tapi kenapa besar banget ..tapi juga gue kayak pernah liat ..dimana yah!" pikirnya
"Alina ..Lin..halloo Alina !!!!!!" teriak Mira
Alina sedikit terjengkat mendengar teriakan Mira
"hhhh yaah ..kenapa Mir?"
"ya ampun Alina ..kamu itu kenapa sih ? lagi mikirin apa lagi ..rencana pindahan kamu ? hmmm aku udah mutusin untuk tetap tinggal disini Lin," ungkap Mira
"hah ..emm ..gitu ya Mir .."
"kalau boleh tau kenapa lo gak ikut gue aja.. pasti sepi Mir gak ada lo" ucap melas Alina
"Aku lagi nungguin seseorang Mir , gak tau kenapa prasaan aku dia bakal datang ..gak akan lama lagi,"
"emang lo nungguin siapa sih Mir?" tanya penasaran Alina
"Seseorang dari masa lalu aku Lin, aku pergi begitu cepat hingga tak sempat bertemu dengannya, dan sampai saat ini hatiku masih tetap mengganjal.. bukan siapa yang menyebabkan kematianku yang kutunggu selama ini".. Mira terdiam sejenak
"lalu ??" tanya Alina penasaran
"Aku sudah mengikhlaskan penyebab kematianku, tapi ada pesan yang belum tersampaikan kepada kekasihku" lanjut Mira
"Pesan apa dan.. lo meninggal karena apa?"
Mira mulai berbicara serius,ia mengingat kejadian bertahun-tahun lamanya saat kejadian ia meninggal. Mira berdiri melayang menghadap cendela membelakangi Alina.
"Dulu tempat ini adalah jalanan desa .. sekitar pukul 9 malam, aku baru saja pulang dari lapangan pinus bersama temanku lalu karena jalan arah pulang kami berbeda kami pun berpisah di pertigaan jalan. Dulunya bernama gang Tejo, yang sekarang sudah menjadi lampu merah disebrang jalan rumah ini." Jelas Mira
*****Flash Back On*****
"kita pisah disini ya.. kamu berani kan Mir pulang sendiri ?" tanya Andin
"Iya aku brani kok ..daah Ndin!!" Mira melampaikan tangan pada temannya.
Ketika mereka berpisah untuk pulang karena jalan rumah yang berbeda, Mira akhirnya berjalan sendiri menuju rumahnya. Hanya butuh waktu 5 menit menuju rumahnya dari pertigaan gang Tejo jika jalan kaki.
Lalu dari arah berlawanan ada sebuah mobil yang ia kenal, anehnya mobil itu berjalan seperti tidak stabil. Mobil itu tanpa sadar mulai mendekati Mira.
"Kayak kenal mobil itu, seperti mobil....."pikir Mira yang belum tuntas
"wwwaaaaaaa...." Mira berteriak dan ia tak sempat menghindarinya. Mira terpental tidak jauh dari mobil itu. Setelah menabrak Mira ,mobil itu berbelok menabrakkan ke arah pohon.
Mira masih sempat sadar saat tubuhnya sudah terpental dan tergletak, namun ia tak bisa menggerakkan tubuhnya. Kepalanya sudah berlumuran darah, kakinya pun patah. Sebelum Mira meninggal ditempat ,ia sempat menoleh kearah mobil itu.
Terlihat di kaca mobil depan bagian supir ada seorang laki-laki yang pingsan. Betapa terkejutnya Mira jika yang menabraknya adalah kekasihnya sendiri. Setalah itu Mira menghembuskan nafas terakhirnya.
Setelah Mira meninggal di tempat kejadian, 10 menit kemudian ada 4 orang yang menolong mereka.
*****Flash Back Off*****
"jadi itu alasan lonangkring di pohong itu ?"
Mira hanya mengangguk, mengiyakan pernyataan Alina.
"Trus setelah cowok lo nabrak, lo gimana?" lanjut Alina
"setelah pemakamanku, aku mendatangi rumahnya.. namun rumahnya sudah kosong, tapi aku menemukan sebuah surat diatas meja yang ditulis oleh tangannya sendiri," ..jelas Mira
_____
Mira, aku tidak tahu apakah kau akan membaca suratku ini. Aku pergi atas kemauan orang tuaku yang memaksa pindah rumah secara tiba-tiba. Dua hari yang lalu aku mengalami kecelakaan karena saat mengendarai mobil aku memang sudah lelah. Yangku ingat, aku menabrak pohon dan pingsan. Aku menunggu kedatanganmu Mira, tapi kau tak kunjung menjengukku, padahal aku sudah memberi pesan lewat adikku. Saat dia kembali ia bilang bahwa kau sedang tidak ada dirumahmu.Mira, aku ingin sekali bertemu denganmu, aku berinisiatif untuk datang ke rumahmu apapun caranya, meskipun aku harus menyeret kakiku, tapi orangtuaku memarahiku tanpa alasan. Maafkan aku Mira, berpamitan denganmu melalui surat ini. Awalnya aku ingin datang kerumahmu, tapi melihat kondisiku belum bisa berdiri dari kejadian kecelakaan itu, aku tak bisa apa-apa.
- Kekasihmu -
"Kok agak ganjal yah," kata Alina
"iya ,memang ada yang salah dari peristiwa ini.. orang tuanya menyembunyikan rahasia kebenaran ini jika anaknya sudah menabrakkku. Ia menyuap orang-orang yang waktu itu menolong kami." jelas Mira
Alina terkejut mendengar pernyataan dari Mira,
"haah !! jahat banget Mir ... tapi Lo tau dari mana?"
"satu minggu setelah kepergianku, aku datang kerumah kekasihku. Aku ingin melepas kerinduanku padanya sebelum aku pergi kealamku. Tiba-tiba 4 orang yang waktu itu membantu menolong kami juga ikut datang duduk diteras rumah kekasihku. 10 menit kemudian, Ayah kekasihku pun datang"
*Flash Back On*
"Gimana udah datang belum, jangan-jangan dia bohong lagi," kata pria yang berbadan kurus
"ah gak mungkin, kalau pun dia berbohong tinggal kita buat aja gosip, tau kan kalau kita udah nyebar gosip gak sampai 2 jam berita itu akan kesebar" kata pria berbadan pendek
Teman-temannya mengangguk setuju, benar saja 10 menit kemudian Ayah kekasih Mira itu datang dan turun dari mobilnya yang mewah yang pintunya dibukakan oleh sopirnya.
Empat orang tersebut langsung berdiri dan membungkukkan badan, dia adalah orang terkaya di desa itu. Pria itu berjalan dan duduk di kursi teras dengan menghirup rokok yang ada ditangannya.
"eeh kami sudah melakukan apa yang juragakan Malik perintahkan kepada kami," kata salah satu penolong Mira dan kekasihnya.
Pak Malik adalah ayah dari kekasihnya Mira, ia mengangguk pelan mendengar ucapan mereka sambil dengan tetap menghisap rokoknya.
"kalian yakin ?"tanya Malik
"Benar juragakan, keluarga Mira menganggap kalau Mira adalah korban tabrak lari"
"kau yakin jika tidak ada saksi mata selain kalian?"
"kami yakin juragan" jawab pria itu
"Bagus ,ini uang untuk kalian .. tapi ingat, jangan sampai rahasia ini bocor termasuk anakku, jika dia yang menabrak Mira kekasihnya sendiri," ancam Malik
Ke 4 pria tersebut mengangguk paham, dan menerima uang dari Malik. Setelah itu Malik berdiri dan pergi meninggalkan desa tersebut.
Mira hanya menangis, tidak menyangka bahwa Ayah kekasihnya menyuap saksi mata.
*Flash Back Off*
"jahat banget ya Mir ayah pacar lo...Brrti sampai detik ini dia gak tau dong kalau lo udah mati dan dia sendiri yang nabrak..!"
"dia tahu kalau aku sudah meninggal, waktu itu dia sudah membaik dan diam-diam datang ke desa ini lagi untuk menemuiku, tapi yang ia dapat aku sudah meninggal. Ia menangis di atas kuburanku, menumpahkan rasa sakitnya dinisanku, hatiku hancur melihatnya..apalagi jika dia tahu kalau yang menabrakku adalah.......dia sendiri," jelas Mira dengan menangis
Alina melangkah mendekat, ia segera memberi pelukan untuk menenangkan Mira dan mengusap punggung Mira yang dingin.
"lo yang sabar ya Mir, udah jangan nangis lagi ..gue juga ikut sedih kalau lo nangis gini. Gue tau kok perasaan lo nyimpan semua ini pasti sakit banget rasanya."
"lo sekarang tenang dulu ya, kan lo bilang dia akan datang kesini kan ..jadi lo sabar aja dulu," bujuk Alina
Tangisan Mira berlahan berhenti, Alina melepaskan pelukannya dari Mira.
"kamu benar Lin, aku harus bertahan sedikit lagi aku akan bertemu dengan dia,"
"Trus Mir ,kalau lo udah ketemu dia ..mau ngapain, kan lo udah mati.." tanya Alina
Mira memegang erat kedua tangan Alina,
"emm apa kamu mau bantuin aku Lin?"
"mau sih, tapi gimana caranya Mir ..!"
"kamu buka mata batinnya saat dia datang kemari, biarkan aku bertemu dengannya sebentar saja." ucap Mira
"lah ,gue kan gak tau dia datengnya kapan .. mana gue bentar lagi tuh mau pindahan Mir," ..
"tapi aku merasa gak akan lama lagi Lin, tolong lah Lin ..kamu bisa membujuk kedua orangtuamu untuk mengulur waktu pindahan kan," rengek Mira
Alina terdiam sejenak, ia bingung harus menjawab apa ..ditambah kedua orang tuanya tak mengetahui kelebihan yang dimiliki Alina saat ini. Ia hanya bingung bagaimana caranya untuk mengulur waktu untuk membantu Mira.
"Gue gak janji ya Mir, tapi gue usahain buat bantuin lo biar lo bisa tenang nanti saat pergi," Mira tersenyum senang mendengar ucapan Alina
****
Hari ini adalah hari terakhir Alina untuk ujian, setelah ini dia harus menyicil barang-barangnya untuk persiapan pindahan. Tampak didalam kelas semua serius mengerjakan ujian mereka masing-masing.
"10 menit lagi" ucap Pak Ringgo guru pendamping ujian.
Pensil Alina terjatuh saat ia memainkannya, buru-buru Alina mengambil pensilnya karena waktu ujian sudah hampir habis.
"Diaman sih pensilnya, kok gak bisa diambil" batin Alina kesal
Alina terdiam, ja merasakan ada yang mengawasinya dari belakang. Alina menoleh pelan dengan rasa jantung berdebar.
"ya Tuhan, orang masih ujian aja tetep ganggu .." batinnya
"waaaaaaaaaa... " Alina berteriak panik dan terjatuh dari kursi ujian , ia menutup wajahnya.
Ringgo buru-buru menghampiri Alina,
"Alina ..sadar ..ini Pak Ringoo ..Lin .."
"Aliinaaaaa" bentak Ringgo
Alina terlihat gelagapan dan membuka matanya perlahan, melihat sisi-sisi ruangan kelasnya.
"kamu tidak papa?" tanya Ringgo
"ya elah, anak aneh kumat lagi" sahut Intan
"Intan !! lanjutkan ujian kamu" bentak Ringgo, Intan hanya melengos malas.
Intan sejak dulu memang tidak suka dengan Alina, banyak teman-temannya yang menganggap Alina aneh. Tapi Alima sudah tak mau mengambil pusing hal itu, ia lebih sering mengabiskan waktu istirahatnya sendiri yang kadang ditemani oleh hantu yang ada disekolah.
Alina membuang nafas kasar, dan menganggukkan kepalanya.
"Gak papa pak" jawab Alina
"sial, mana buruk banget lagi mukanya" batin Alina
Ringgo membantu Alina berdiri untuk
kembali ke kursi ujiannya.
Alina memang sudah terbiasa melihat hantu-hantu ,tapi jika berhadapan dengan hantu yang bermuka hancur, berbau anyir ... Alina paling tidak tahan dan pasti akan menghindarinya.
Riiinggggggggg........
"kumpulkan semua ujian kalian" ucap Ringgo
Suara bel tanda ujian selesai sudah berbunyi, Alina berjalan ke depan mengumpulkan ujiannya. Ia paling terakhir untuk mengumpulkannya. Ia masih sangat terngiang-ngiang apa yang dilihatnya tadi.
"Alina .." panggil Ringgo
"Ya pak ?" Alina berbalik
"bukankah kamu sudah terbiasa melihat mereka?" Pertanyaan Ringgo membuat Alian terkejut, ia masih terpaku diam dengan pertanyaan gurunya.
"Bapak ...bisa...." Alina terbata-bata ragu meneruskan ucapannya
"iya ,saya tau semuanya tentang kamu dan saya sama seperti kamu," ucap Ringgo
"dari mana bapak tahu kalau saya ..." tanya Alina ragu
"bukankah gosip tentang keanehan kamu sudah menyebar ? bukan hanya itu, saya juga sering melihat kamu ngobrol dengan hantu prempuan diperpustakaan," jawab santay Ringgo sambil merapikan ujian muridnya.
"ohhh ..."
Alina menganggukan kepalanya pelan, ia masih tertegun bahwa ada orang lain yang sama seperti dia. Disisi lain Alina senang namun tetap saja Alina belum bisa mengontrol kelebihan yang ia punya, contohnya saat Alina marah-marah sendiri karena di ganggu oleh anak kecil yang berada di taman sekolah. Sedangkan Alina cukup berbicara lewat batinnya pun sudah bisa terdengar oleh maklhuk-makhluk itu.
"maaf pak tadi saya hanya kaget,karena kalau yang mukanya gak berbetuk kayak gitu dan bau kadang saya gak bisa ngendaliin diri." Alina meringis malu.
Ringgo mengambil tangan Alina dan melihat telapak tangan Alina,
"Alina ,kelebihan kamu alami dari keturunan keluargamu bukan?"
"iya pak, denger-denger sih dari cerita papa saya ..buyut dari papah saya dulu orang hebat dan beliau juga seperti saya ini, tapi yang seperti apanya saya gak tau"
"lalu apa orang tuamu tau ?" tanya Ringgo
Alina meringis kecil dan menggeleng ..ia mulai duduk di depan Ringgo.
"orang tua saya gak tau tentang saya seperti ini pak, karena mereka pernah bilang .. paling takut kalau sampai keturunannya ada yang seperti kakek buyut yang selalu berhubungan dengan hal gaib."
"Menurut cerita dari tante saya, kalau nenek buyut saya meninggal karena diculik oleh iblis, dan kakek saya telat menolong nenek buyut. Semenjak kejadian itu gak ada orang-orang di keluarga saya yang mau punya kelebihan seperti kakek buyut, itu seperti sebuah kutukan bagi mereka" lanjutnya ..
Ringgo mengangguk paham
"tapi apa alasannya kakek buyut kamu bisa sampai tidak bisa menolong nenek buyutmu ? bukankah dia orang hebat?"
Alina meringis dan menggelengkan kepalanya tanda bahwa ia kurang tau menahu tentang masa lalu keluarganya.
"Kamu perlu mengasah kemampuan kamu dengan baik Alina ,bapak tau itu sulit bagi kamu memendam semuanya sendirian. Tapi jangan sampai ini menjadi penghalang di kehidupan kamu selanjutnya" tutur Runggo
"kamu boleh panggil saya jika perlu bantuan"
"makasih banyak pak " Alina tersenyum
"kalau gitu, kamu segera pulang ..sekolah juga sudah sepi ..oh yaa ..jangan dengarkan teman-temanmu tadi"
"Baik pak, sekali lagi terimakasih banyak"
Ringgo pergi meninggalkan kelas, Alina juga bergegas untuk pulang.
Sesampainya di rumah, seperti biasa ia langsung merebahkan tubuhnya dikasur dan memegang kepalanya yang sedikit pusing karena pertemuan hantu bermuka hancur disekolah tadi. Untuk mengingatnya saja Alina ingin sekali muntah.
Buru-buru ia lari ke kamar mandi serasa makanan yang didalam perutnya ingin keluar lagi.
"hwueeekkk .."
tok...tokkk ..
"Alinaaaaa ..kamu kenapa sayang?" Santi dibalik pintu terlihat khawatir mendengar anaknya muntah-muntah.
"Alina gak papa kok mah" ..
"kamuuuu...... gak hamil kan sayang?" tanya Santi
Buru-buru Alina mencuci dan mengusap bibirnya yang terkena muntahan dari perutnya. Ia keluar menemui Santi,
"mamah ngomong apa sih, ya enggak lah .."
"trus kok tiba-tiba muntah-muntah gitu, mamah tuh khawatir.. apalagi pergaulan anak muda zaman sekarang ,haduuhhh mamah gak bisa bayangin" ucap Santi
"ya ampun mamaahhhh ,gak ada Alina yang kayak gitu mah, tadi tuh Alina pulang sekolah lewat rumahnya pak Broto ..sampahnya tuh numpuk banyak makanan busuk tapi gak cepet-cepet di angkut sama tukang sampah"
"Dan Sampek pulang pun Alina masih terngiang-ngiang ..bauk busuknya tuh kayak nempel di badan Alina, dah ah ..mamah aneh-aneh ajah"lanjut Alina
"hehe maaf ya sayang..kamu mau dibikinin sesuatu ?biar mamah suruh bik Atik buat bikinin?" tanya Santi
" gak usah deh mah ..habis ini Alina mau mandi aja trus mau tidur bentar ..capek banget badan Alina mah" ucap Alina sambil meregangkan badannya.
Santi hanya mengangguk ,ia pergi dari kamar Alina
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!