ALWAYS LOVING YOU

ALWAYS LOVING YOU

Dokter Clarisa

Derap langkah seorang perempuan berparas cantik memburu bergegas menuju IGD dengan tergesa.

"Dok, pasien mengalami tusukan. Kami sudah melakukan pertolongan. Namun sepertinya pasien membutuhkan transfusi darah golongan darah O." jelas Dokter jaga IGD pada Clarisa.

"Stok darah bagaimana?"

"Di rumah sakit stok golongan darah O sedang kosong dan Kami sedang menghubungi Bank Darah sebentar lagi akan segera datang."

"Saturasi oksigennya bagaimana?"

"Masih diambang aman, namun pendarahan masih terus berlangsung sehingga kondisi pasien masih kritis."

Setelah situasi genting dan akhirnya bisa tertangani, Dokter bernama Clarisa akhirnya bisa bernafas lega.

Sebelum menangani pasien IGD, Dokter Clarisa baru saja menyelesaikan operasi pasien lain.

Tentu saat ini rasa lelah dan capek merajai seluruh tubuhnya.

Sejenak menyandarkan diri di kursi hingga suara dering ponsel berbunyi.

"Assalamulaikum. Kakak? Apa kabar? Bagaimana keadaan Kakak?"

"Waalaikumsalam Bunda. Kakak baru saja menangani pasien Bun. Alhamdulillah kabar Kakak baik. Bunda, Daddy dan Adek-adek bagaimana kabarnya?"

"Alhamdulillah Sayang. Kabar Bunda, Daddy dan Adek-Adek baik. Namun Oma,"

"Oma kenapa Bun?"

"Kondisi Oma belakang sedang kurang sehat. Oma terus menanyakan Kakak. Kakak bisa pulangkan?"

Sejenak Dokter Clarisa terdiam sesaat.

Bukan hanya kali ini sang Oma memintanya kembali ke tanah air.

Hanya saja, Clarisa sudah nyaman denga profesinya dan lingkungan kerjanya disini.

"Kak, Kakak masih disana?"

Kali ini terdengar sang Bunda menanyakan.

"Iya Bun. Kakak masih dengar. Nanti Kakak coba lihat dulu jadwal Kakak. Kakak akan usahakan kalau bisa pulang segera."

"Kak, Daddy dan Bunda senang bila Kakak kembali bersama Kami."

Tentu saja berada jauh dari sang anak, tentu membuat kerinduan tersendiri di hati kedua orang tuanya.

"Iya Bun. Kakak juga rindu semuanya. Bun, Kakak tutup telpnya ya, Kakak masih ada jadwal praktek. Salam untuk Daddy, Oma, Nabil dan Nadhif."

"Insha Allah akan Bunda sampaikan. Assalamualaikum Kak."

"Waalaikumsalam Bun."

Klik!

Dokter Clarisa menghela nafas panjang dan terdengar berat.

Bagaimana kali ini kalau permintaan Oma adalah serius?

Omanya sudah sangat sepuh dan sering sakit.

Bukan hanya sekali, tapi sudah sering sang Oma memintanya pulang.

Tak terkecuali sang Daddy, yang selalu menanyakan kapan ia kembali pulang.

Tok,Tok,Tok!

"Dok, permisi. Ini keluarga pasien ada yang mau bertemu."

Anggukan Dokter Clarisa membawa sang perawat bersama seorang pria berjas masuk ke dalam ruangan sang Dokter.

"Selamat malam Dokter. Saya keluarga Tuan Xander. Saya ingin meminta pemindahan pasien atas nama Tuan Xander ke rumah sakit lain."

"Kondisi Pasien saat ini masih dalam keadaan kritis. Sebaiknya jika mau dipindahkan menunggu sampai stabil terlebih dahulu."

"Kami akan membawa beliau ke Rumah sakit yang lebih besar. Kami harap Dokter memberikan izin."

Dokter Clarisa mendengarkan penuturan keluarga pasien dan kemudian ia meminta perjanjian hitam diatas putih kalau pemulangan pasien tersebut atas permintaan pihak keluarga.

"Terima kasih Dokter."

Pria berjas itu meninggalkan ruang Dokter Clarisa.

Pagi menjelang, Jam jaga Dokter Clarisa selesai.

"Dok, Pasien semalam kenapa dibiarkan pulang?"

"Mau dipindahkan ke Rumah sakit yang lebih besar."

"Dok, pasien semalam tampak bukan orang sembarangan. Semalam saja dijemput oleh orang-orang berseragam serba hitam dan terlihat menggerikan. Sepertinya mereka anggota gengster."

"Kalian ini terlalu banyak menonton film. Mungkin saja mereka memang seperti itu. Sudah yang terpenting Kita sudah memberikan pelahanan seoptimal mungkin. Pilihan pemulangan juga atas permintaan keluarganya."

"Iya sih Dok."

"Saya pulang dulu ya."

"Selamat beristirahat Dok. Hati-hati di jalan."

Dokter Clarisa membawa langkahnya yang lelah plus ngantuk menuju basement tempat mobilnya terparkir.

Tak butuh waktu lama, Clarisa sudah sampai di apartement nya.

Setelah memindai sidik jari, terbukalah unit apartemen dan segera masuk.

Rasa lelah dan kantuk menggelayuti mata Clarisa.

Memilih membersihkan diri baru tidur menuruti mata yang sudah menagih untuk di manjakan mimpi.

Rasanya baru sekejap Clarisa terpejam namun dering ponsel membangunkannya.

"Ca, lagi tidur ya?" saat ponsel diangkat suara seorang pria terdengar renyah diseberang sana.

"Eee, ya. Ada apa Chris?" suara serak Caca sapaan Dokter Clarisa biasa ia dipanggil.

"Maaf aku ganggu Kamu tidur. Aku tadi ke RS Kamu sudah balik duluan. Padahal Aku mau ajak kamu sarapan dulu sebelum pulang."

"Oh maaf, Aku memang langsung pulang setelah jaga. Habis lelah sekali."

"Gapapa, sudah makan? Atau Kamu langsung istirahat setelah pulang?"

"Ya tadi Aku seleaai mandi langsung tidur. Ngantuk sekali soalnya."

"Tuh kebiasaan deh. Aku pesankan makanan ya. Kamu tunggu saja. Ya sudah lanjutkan istirahatnya. See you later."

"Ya, thanks Chris."

Setelah mengakhiri obrolannya Caca meletakkan ponselnya di nakas.

Caca berjalan menuju dapur, membuat hot chocolate menemani siangnya yang sepi.

Sore Caca akan kembali jaga di Rumah sakit.

Sekilas Caca teringat perbincangannya dengan Chris.

Chris Evans. Dokter Spesialis Jantung. Caca mengenalnya sejak mereka berada di kampus yang sama.

Hanya saja Chris kakak tingkat Caca sehingga ia lebih dulu bergabung di RS tempat Caca saat ini praktek.

Caca akui pribadi Chris yang baik dan perhatian membuat banyak perempuan terutama di RS begitu mengaguminya.

Meski semua orang bilang mereka adalah pasangan serasi, namun antara Caca dan Chris sebatas hubungan profesional.

Namun Caca akui, Chris baik dan Caca merasakannya.

Suara bell pintu apartemen Caca berbunyi.

"Silahkan diterima. Atas nama Nona Clarisa. Kiriman dari Tuan Chris Evans. Silahkan tanda tangan disini."

Caca menerima kiriman makanan yang Chris katakan.

Caca meraih ponsel dan mengetik pesan sebagai ucapan terima kasih kepada Chris.

Caca : Chris thanks ya. Makanannya sudah sampai. Maaf selalu merepotkan.

Chris : Selamat menikmati ya. Enjoy your meal😍

Caca tersenyum melihat balasan pesan Chris.

Caca membawa box makanan pemberian Chris dan nyatanya Chris selalu tahu makanan dan kesukaan Caca.

Caca menikmati makanannya. Ya memang perutnya terasa lapar terlebih ia melewatkan sarapan dan kini sudah masuk waktu makan siang.

Saat sedang menikmati makannya Caca hendak mengambil charger di laci nakas.

Sesaat Caca terdiam menatap kotak yang sudah lama ia bawa kemanapun.

Caca meraih kotak tersebut kemudian membawa ke meja dan membukanya.

"Dasar Kulkas! Sekarang gimana kabarnya ya?"

"Heran, setelah pergi tak satupun kabar dan dia juga ga punya sosial media."

"Apalagi Om Alex dan Tante Hania tak lama setelahnya pindah."

Caca tersenyum tersendiri melihat hadiah pemberian teman tapi musuhnya masa kecil yang jika Caca ingat kembali sangat lucu bila terkenang.

Caca kembali memasukan kotak tersebut ke dalam nakas kemudian melanjutkan makan.

Sementara di sebuah Mansion, tampak pemuda yang terbaring mulai membuka matanya.

"Tuan, Anda sudah siuman?"

"Berapa lama Aku tertidur?"

"24 jam tuan. Perlu Saya kabari orang tua Anda?"

"Tidak usah. Bagaimana? Apakah sudah Kalian temukan mereka?"

"Saat ini Kami masih melacaknya."

"Cari sampai ketemu. Aku akan buat perhitungan!"

Terpopuler

Comments

Afternoon Honey

Afternoon Honey

nyimak mulai membaca 📖

2023-06-26

1

Cinta Abadi

Cinta Abadi

semoga gak ada peran pelakornya seperti cerita season pertama. kalau geng" atau mafia bagus...

2023-06-16

1

SHINICHI KUDO

SHINICHI KUDO

Karya yang bagus

2023-06-16

2

lihat semua

Download

Suka karya ini? Unduh App, riwayat baca tak akan hilang
Download

Bonus

Pengguna baru dapat mengunduh App untuk membuka 10 bab secara gratis

Ambil
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!