ANDROMEDA
Adam berjalan dengan membawa beberapa buku catatan kecil. Seorang detektif yang selalu banyak akal. Argumennya selalu tepat. Dia seorang kapten dan, juga seorang ketua.
"Bagaimana situasi saat ini?" tanya Adam sambil berjalan terburu-buru..
"Sebuah bom ditemukan di depan kamar operasi. Namun, pasiennya sedang kritis dan operasi tidak bisa dihentikan," jawab Profesor Aara yang berjalan di belakang Adam. Untuk menuju di mana Andromeda sedang berkumpul.
"Kabel?" tanya Profesor Pasha
"Itu Prototipe S. Ada banyak kabel yang terhubung dengan detonatornya. Artinya, yang bisa menjinakkan bom ini hanyalah pelakunya," sahut Adam sambil berjalan lalu menunjukkan sebuah gambaran kabel yang terhubung dengan bom tersebut.
Direktur Utama Antares Hastanta sedang berada di depan gedung yang meledak sekitar tengah hari tadi di Banseo. Direktur bersama polisi sedang mempertimbangkan kemungkinan pengeboman berantai. Adam memperhatikan sebuah CCTV yang menampakkan keberadaan Direktur Utama. Seakan sedang meramal kejadian berikutnya.
"Perintahkan Direktur Utama untuk mundur!" perintah Adam kepada tim keamanan.
Salah satu seorang polisi yang sedang berjaga dan memastikan tidak akan ada orang yang berani mendekati gedung tersebut.
Bum...
Suara ledakan yang begitu mengema di telinga. Angin dari ledakan tersebut mampu menyapu bersih orang-orang yang sedang menyaksikan dirinya untuk meledak. Semua orang mundur dan banyak yang terjatuh. Pasukan Tugas Khusus segera memeriksa ke dalam. Para ahli senjata sudah siap di tempat.
Andromeda berhasil menangkap tersangka, Alexi Bagas, 41 tahun. Bekerja sebagai ahli peledak di sebuah perusahaan konstruksi. Dia dikirim ke luar negeri sebagai tim pasukan khusus tujuh tahun lalu. Adam akan membagi tugas.
"Hubungi markas dan periksa apa dia punya luka bakar saat masih di AD," sahut Adam yang menggunakan setelan kemeja putih dan rompi hitam. Gayanya selalu rapi, dan selalu siap dalam menghadapi masalah.
"Baik." Arsenio segera bertindak.
"Aara, periksa koneksinya dengan rumah sakit ini."
"Baik, pak." Adam memerintahkan tugas pada Profesor Aara. Supaya segera ditindak lanjuti.
--- Tim Senjata dan Taktik Khusus ---
Gavin bersama yang lainnya segera masuk ke dalam rumah sakit. Hal yang pertama kali Gavin coba, yaitu mendekati sebuah bom yang sudah di pasang secara rahasia oleh Alexi.
"Benar, ada sebuah ledakan di Angkatan Darat. Berujung pada tujuh korban jiwa." Arsenio menghubungi Adam. Dirinya seorang ahli peretasan.
Adam mencoba memperhatikan kabel-kabel mana yang harus Gavin potong. Di sebuah ruangan khusus, Adam bersama yang lainnya sedang menahan seorang tersangka yang ahli dalam merakit bom. Adam di dampingi oleh Antares Hastanta.
"Kabel putih," ucap Adam melalui mikropon. Dia akan memberikan petunjuk, kabel mana yang harus Gavin potong.
Waktu terus berjalan, cepat atau lambat akan terjadi ledakan lagi. Mengigit bibir bawah, mencoba mendekatkan sebuah tang pada kabel yang berwarna putih.
"Aku tidak tahan lagi." Mendengar ucapan Gavin, Adam langsung berlari mengantikan posisinya. Gavin memejamkan mata, langsung saja berdiri menatap seseorang yang berada di sampingnya. Dia Adam yang sudah siap.
"Aku akan turun tangan," ucap Adam siap siaga. Ada anak buah Gavin yang mendampingi Adam di sampingnya.
"Menjinakkan prototipe itu adalah tanggung jawabnya," jelas Adam sambil merasakan ada yang tidak enak dalam hati. Adam percaya akan terjadi sesuatu.
Krek…
Kabel berwarna putih telah terputus. Timmer telah berhenti sejenak.
"Waktu kita tersisa satu menit. Ini tahap terakhirnya, entah ini tombol Pass atau By-Pass. Apa berikutnya?" Direktur Utama bertanya pada Alexi.
Adam masih melihat beberapa gulung kabel yang sangat rumit untuk dibedakan. Ketika sedang bertanya mengenai kabel mana yang harus di potong. Ponsel bergetar di dalam saku celana sebelah kanan.
"Dia tidak punya luka bakar saat di Angkatan Darat." Profesor Aara berjalan dengan sangat serius. Membawa mobil pribadi. Dia akan menyusul Adam dan rekan-rekannya.
"Apa berikutnya? Sudah tidak ada waktu, cepat!" Antares mencoba menyentak Alexi Bagas yang terlalu lama dalam mengambil keputusan. Karena, nyawa mereka juga penting.
"Pass," jawab Alexi.
"Tunggu sebentar, By-Pass." Mengangkat mikropon dan mengucapkan kebalikan dari Pass.
"Kau sudah gila? Dia bilang Pass." Direktur Utama langsung menyahut mikropon yang masih digenggaman tangan Profesor Pasha. Menyahut pergelangan lengan, sontak Profesor Pasha menghadapnya dengan sedikit terkejut.
"Sejak awal dia ingin membunuh orang. Dia tidak akan melepaskan sebuah peluang untuk membunuh orang di depannya. Walau itu berarti dia akan dipenjara." Adam mencoba menjelaskan dengan nada yang sangat tinggi melalui mikropon.
Ruangan menjadi sangat tegang ketika Profesor Pasha dan Diretur Utama berdebat di hadapan Alexi Bagas. Bagi Alexi, diantara mereka berdua sudah menunjukkan sebuah kelemahan.
"Kau Yakin? Yakin?" sahut Direktur Utama menggerutkan dahi. Seketika Profesor Pasha terdiam dan tertunduk.
Adam yang sedang mendengarkan percakapan melalui mikropon mulai kesal dengan perdebatan mereka. Mencopot lalu membuangnya, di saat kondisi seperti ini tidak akan ada gunanya berdebat. Kondisi sudah menegangkan, tangan mulai berkeringat.
"Tekan tombol Pass." Kau tidak mendengarku? Tekan tombol Pass!" sentak Direktur Utama, dia sangat ragu dengan keputusan Profesor Pasha. Dengan sangat ragu Adam akan menekan tombol pass. Alexi tertawa sinis dan sangat puas ketika mendengar keputusan dari Direktur Utama.
Dalam hitungan detik.
Bum…
Adam tidak memotongnya sama sekali. Lebih baik kita mati bersama, daripada berterus-terusan berdebat. Ledakan mampu membuat mereka terpental jauh-jauh.
Adam mencoba berdiri walaupun sempoyongan tak karuan. Harus bisa segera keluar dari sini. Direktur Utama mencoba masuk melihat apakah mereka juga biak-baik saja. Direktur Utama tidak membantu Adam dan Gavin keluar dari gedung tersebut. Palahan dirinya melihat situasi sekitarnya. Terduduk di sebuah taman bersama tiga rekan kerja yang ikut menjadi korban ledakan. Nafasnya sesak, kepalanya sakit dan merasakan sedikit pusing.
"Hal bodoh apa yang kamu lakukan!" gretak Direktur Utama kepada Adam. "Kamu Gila apa bagaimana!"
"Gila itu penting, coba lihat. Betapa bodohnya kalian ketika berdebat tadi!" gretak Adam balik. "Manusia egois!"
Lontaran kata-kata mereka membuat suasana menjadi gaduh. Hanya emosi yang terpaut. Dengan perasaan kesal dan marah besar. Mendengarkan nada pembicaraan Direktur Utama, Adam bangkit dari duduknya. Memukul pipi Direktur Utama.
"Kamu kalau hanya merepotkan silahkan tinggalkan Andromeda!" sentak Direktur Utama dengan suara yang lantang.
Profesor Aara membantu Adam untuk berdiri. Namun, Adam menolaknya dengan mentah-mentah.
"Jangan sentuh saya, aku tidak butuh bantuanmu!" sentak Adam yang masih termakan emosi. "Bantu saja direktur mu itu!"
Profesor Aara yang terkena sentak Adam langsung diam tidak berani berkata-kata.
"Maunya ketua apa sih! Selalu disalahin, bisa nggak sih satu minggu nggak usah marah-marah terus!" gerutu Profesor Aara dalam hati.
Berjalan sambil merasa kesakitan. Walaupun begini dia harus kuat. Dia harus dirawat di rumah sakit. Yang memakan waktu cukup lama. Adam terkena skor hampir satu tahun, tidak hanya itu saja. Dia memiliki pasca trauma yang cukup panjang. Karena, hampir saja membunuh tiga orang polisi.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
Hee Young
Kak Bluebell, aku mampir nih 😁 seru bab awalnya. menarik dan buat greget dan penasaran. aku sampai subscribe Andromeda ini 😅 karena langsung suka. So, aku bakal ngikutin ini deh 😁
2023-06-23
0
Zoneesan
duaarrr... ledakan yang menggelegar, jangan lupa mampir di novelku LANI : Pembunuh berdarah dingin
2023-06-17
0
krisyan
hallo kk author aku udah mampir ya,semangat buat ceritanyaa
2023-06-15
0