Ayah dan Ibu Tiri mereka mencambuk-cambuk. Ketika ada yang mulai rusuh atau melanggar peraturan. Ibu Tiri akan menyuntik mereka supaya cepat pingsan. Setiap kali itu dilakukan, semua menjadi menangis.
Menangis sekeras mungkin, suara tangisan hanya membuat bising dan pusing kepala mereka. Sehingga membuatnya murka dan marah besar kepada anak-anak.
***
"Ketua!" panggil Profesor Pasha.
"Ketemu siapa yang membawa Dira." Adam segera berjalan cepat menuju hadapannya.
"Dia bernama, Firman. Asal warga negara Amerika." Kemudian Adam memerintahkan supaya melacak alamat rumahnya.
Pada malam ini juga Tim Andromeda mengrebek rumahnya ramai-ramai. Firman sedang duduk bersantai menikmati anggur-anggur mahal. Namun, kedatangan Tim Andromeda sudah diketahui Firman lebih dahulu. Sehingga dia melarikan diri.
Gavin dengan mata elangnya, langsung melihat ke arah mana Firman pergi. Langsung disusul Adam mengejarnya dengan motor kawasaki berwarna hitam.
Firman mencoba menghilangkan jejak dari Gavin. Larinya cukup cepat dan lincah. Masuk ke celah-celah sempit yang gelap gulita. Gavin mengejarnya sendirian. Mereka sempat berkelahi di sana, sampai Gavin terkena pecahan kaca pada dagu.
Dari arah selatan Adam denga motornya, memberanikan diri untuk menabrak Firman.
Brak....
Firman masih sempat bisa berlari. Sekarang giliran Adam yang mengejar dan Gavin akan membawa motornya.
Adam mencoba lewat jalan pintas. Adam berhasil melompat tepat di atas belakang Firman.
Bruk...
Mereka berdua ambruk di atas tumpukan kayu-kayu. Adam benar-benar tidak tahu kalau Firman membawa sebuah pisau kecil yang berbentuk belati. Berhasil mengenai nadi Adam. Firman melarikan diri dengan berlari cepat. Tidak segan-segan Adam memberikan tembakan peringatan.
Firman tetap melanjutkan larinya, dengan kejam Adam menembak pergelangan kakinya. Sehinga terjatuh dan tepatnya ketika Gavin datang.
"Ahh, sial!" hembus nafas kasar Adam memegangi pergelangan tangan.
Darah terus keluar dengan cepat. Adam kembali ke kantor dengan mobil pribadinya. Sedan BMW berwarna hitam pekat keluaran terbaru.
"Cepat berikan pertolongan pada Pak Adam!"
"Dia terkena goresan pisau tepat di nadi tangan kirinya!" perintah Gavin kepada Detektif Cyra.
Telah sampai di kantor. Cyra segera membawakan perban dan sebangsanya untuk mengobati luka Adam. Adam duduk di bangku tidak lama kemudian Detektif Cyra datang membawakan seperangkat alat P3K.
"Biarkan saya melakukan sendiri." Adam mengambil semua perlengkapan dari tangan Cyra.
"Biar saya bantu, pak," ucap Detektif Cyra dengan tulus.
Alhasil Adam mengalah dan Cyra yang mengobati lukanya. Cyra duduk di samping Adam sambil mengenggam pergelangan lengan.
"Gila, bikin deg deg-an."
"Astaga, tatapannya!" suara-suara batin Cyra bermunculan.
"Ada apa, Ra?" tanya Adam membuat gugup Cyra.
"Sudah, pak," jawab Cyra rasanya ingin menghilang dari hadapan Adam.
Ketika Cyra melangkah keluar, Adam tidak luput untuk memperhatikannya. Tingkah Cyra membuat Adam tersenyum-senyum.
"Adam!" panggil Direktur Antares yang mengalihkan pandangan Adam.
"I-iy-iya, pak." Segera berdiri dan menuju ke hadapan Direktur Antares.
"Aku kira kamu sudah gila, senyum-senyun sendiri." Direktur Antares juga memperhatikan ke arah luar, melihat bayangan Detektif Cyra yang baru saja lewat.
"Apa, pak," jawab Adam pura-pura budeg.
"Oohh." Pikiran Direktur Antares langsung paham.
"Ada hubungan apa dengan kalian berdua?" tanya Direktur Antares yang masih penasaran.
"Hubungan!"
"Tadi cuma bercanda aja, pak. Sudah nggak lebih dari itu." Adam tidak ingin Pak Direktur tahu tentang hubungan mereka berdua. Adam juga memeberi tahu kepada semua anggotanya, untuk tidak membocorkan hubungannya dengan Cyra.
Walaupun ketika Direktur Antares tahu, beliau juga memberikan ijin kepada Adam untuk melanjutkan hubungannya.
Tenggorokkan Adam kering, lalau pergi menuju ke dapur. Tanpa disengaja Adam bertemu dengan Cyra lagi.
"Ngapin kamu!" ucap Adam sambil menghentakkan kaki.
"Haus!" sahut Cyra meneguk tandas air putih.
Adam berdiri di belakang Cyra dengan tujuan menghalangi jalannya. Kalau tidak usil bukan Adam yang asli.
"Pak Adam," panggil Profesor Pasha yang di dengar Adam hanya nama panggilan belakangnya.
"Apa lagi sih, pak." Adam mengira itu Pak Direktur. Kemudian membalikkan badannya.
"Ooohh, ada apa Profesor?" tanya Adam lagi.
"Interogasi?" Adam keasyikkan menganggu Cyra terus sampai lupa kalau ada jadwal interogasi. Adam dan Cyra masuk ke ruang interogasi bersama. Duduk di hadapan Firman. Saling tatap, saling diam, selama 3 menit tidak ada percakapan sama sekali diantara mereka bertiga.
"Firman, Firman." Adam menyebut namanya untuk memulai interogasi.
"Siapa dia yang di dalam mobil ini." Adam memberikan sebuah foto yang menunjukkan sebuah foto mobil dokter hewan. Namun, Firman tidak ingin menjawabnya. Selama 30 menit melakukan interogasi yang penuh dengan emosi. Karena, tidak ingin membuka mulut.
"Turunkan suhu ruangan di bawah 15 derajat!" perintah Adam yang ingin melihat rekasi Firman saat merasa gelisah karena kedinginan.
"Lebih baik kalian istirahat di rumah," ucap Adam sambil menepuk pundak Profesor Pasha.
"Besok masih ada misi yang harus diselesaikan secara tuntas!" Setelah itu Adam menuju ke ruangan untuk membereskan semua barang-barang.
"Baik, pak," jawab mereka dengan serentak.
"Jangan lupa makan dan ngopi, tetap jaga kesehatan kalian." Adam sudah menenteng tas kerjanya dan akan segera pulang.
Ketika berjalan menuju ke halaman, melihat Cyra sedang berdiri seperti sedang menunggu.
"Ayo naik!" teriak Adam dari halaman. Adam tidak bisa meninggalkan Cyra sendirian di halaman kantor. Selang beberapa menit, tahu-tahu hujan turun dengan derasnya.
Ponsel Adam bergetar, mendapatkan sebuah pesan dari Pak Sharga.
-- Adam tolong antarkan Cyra pulang, malam ini saya ada piket.
Begitu perintahnya.
"Ayah meminta supaya aku mengantarkan mu pulang," ucap Adam pada Cyra.
Adam melihat Cyra yang mengosokkan tangan dengan cepat. Melihat itu Adam tidak tega. Melepas jas dan memakaikan kepundak Cyra.
"Ayo kita pulang," ajak Adam.
"Semakin malam akan semakin dingin." Adam melihat ke arah jam tangan yang sudah menunjukkan pukul 23 malam. Mereka hujan-hujanan menuju ke mobil. Yang terpenting bagi Adam, Cyra tidak basah. Adam membukakan pintu untuk Cyra. Sedangkan Adam kemeja putihnya basah kuyup tak karuan.
"Kenapa semakin ke sini semakin sayang dengan dia." Adam melihat ke arah Cyra sebentar.
Membutuhkan waktu 45 menit untuk sampai ke rumah Cyra. Hujan deras diterjang saja. Di tambah dengan mati lampu. Perjalanan yang gelap gulita membuat susah memandang jalanan. Belum ditambah dengan kabut yang tebal. Suasana semakin dingin tak karuan.
"Hati-hati di jalan." Cyra mengucapkannya dengan sangat canggung.
Sudah sampai di pertengahan perjalanan, Adam baru sadar. Bahwa ponselnya ada di dalam saku jas. Kalau balik juga tidak mungkin. Masih di untung, Adam di hampiri mobil Arsenio. Lalu Adam memberitahu Cyra. Sayangnya ponsel Adam sudah mati tidak ada dayanya sama sekali.
"Senyuman manis." Tanpa sadar Adam tersenyum sendiri sambil menyetir.
--- Di seberang sana ---
Cyra juga merasakan hal yang sama. Dia tersenyum menghadapi jas Adam. Duduk di sudut kamar memperhatikan turunnya hujan.
"Semakin ke sini, semakin bisa membuka hati untuknya." Menikmati teh hangat.
Tidak lama kemudian Cyra mendapatkan pesan dari Ayahnya, Pak Sharga.
***
Adam terduduk dan mata tidak luput dari laptop. Bayang-bayang Cyra membuat dirinya termabuk.
"Ayah!" panggil Arkana yang terbangun dari tidurnya.
"Sayang," sapa Adam dengan perasaan cinta kepada anaknya.
Adam memangku Arkana sambil melanjutkan pekerjaan. Hanya mengamati CCTV sampai matanya binjreng. Arkana merasakan kenyamanan dalam dekapan Sang Ayah sampai tertidur lagi. Ketika tertidur Adam mengecup keningnya.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments