Sudah setengah hari mereka kembali ke kantor.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Adam duduk di tengah-tengah mereka.
"Perusahaan Brilian Network, di situ berdiri pemimpinnya," jelas Profesor Pasha.
Sedangkan Profesor Aara mulai sekarang menyamar menjadi karyawaan di sana.
"Sewa." Mereka dikejutkan dengan ucapan Arkana.
"Arkana..." panggil Adam dengan manis. Adam mencoba membaca pikiran Arkana sebisa mungkin. Sebuah supermarket bertingkat, di sana Jejak Hitam tinggal. Membayar pemilik gedung tersebut dengan harga yang tinggi.
"Dia tidak seenaknya datang ke sana," ucap Adam memandang arah supermarket tadi.
"Ketika ada kepentingan mereka baru datang."
"Tetapi dia memiliki beberapa anak buah." Menuju ke ruangan Arsenio untuk mengecek beberapa CCTV. Mengelar sebuah peta Kota Banseo. Dan menjalankan CCTV pada hari lalu.
"Cepat temukan!" perintah Adam dengan tegas.
"Pertama, di persimpangan jalur B. Membeli beberapa air minum," jelas Arsenio. Mereka saling bersahutan tentang pelaku yang kami curigai. Adam menulis apa yang mereka lihat di atas peta.
--- Kafetaria ---
Adam dan Detektif Cyra pergi ke sebuah kafe untuk makan. Meninggalkan pekerjaan dan melepaskan beban pikiran sebentar.
"Pak..." panggil Detektif Cyra.
"Hmm," jawab Adam dengan kaku.
"Jangan panggil pak, ketika sedang berdua," ucap Adam membuat Detektif Cyra bengong.
"Maksudnya bagaimana ini?" tanya Detektif Cyra mengaruk-garuk rambut.
"Panggil dengan Mas Adam," jawab Adam dengan wajah menolak protes. Detektif Cyra cangung untuk mengatakannya.
"Panggil pak ketika di kantor, tapi kalau berdua ya itu tadi," Adam meyakinkan Detektif Cyra lagi. Adam menuntaskan makanan tanpa memperhatikan ke arah Cyra sama sekali. Seketika itu juga, jatung berdegup kencang.
"Maunya Pak Adam apa sih," batin Cyra yang mampu di dengar oleh Adam.
"Kenapa?" tanya Adam menghentikan aktivitas makan. Mereka hanya butuh waktu 30 menit untuk makan dan perjalanan pulang.
"Pak, kita kan teman satu kantor, kenapa harus manggil-" Belum selesai bicara Adam menyahut pembicaraannya.
"Mas Adam," sahut Adam memandang mata Cyra. Mereka telah sampai di halaman kantor.
"Mulai detik ini, aku akan mengawasi kamu pergi kemana pun."
"Jangan berani pergi tanpa seijin saya." Adam keluar mobil lebih dahulu meninggalkan Cyra. Memberikan kunci mobil pada satpam untuk memarkir mobilnya. Cyra merasakan hal aneh. Sama-sama mengetahui analisis profil, berarti sama-sama mengerti bahasa tubuh.
Cyra menemui Profesor Aara yang sedang santai di ruangannya.
"Kamu tahu nggak sih, Ra." Melemparkan ponsel di atas sofa.
"Kenapa, habis jalan sama Pak Adam tiba-tiba begini?" tanya Profesor Aara yang pura-pura tidak tahu tentang kejadiannya.
"Kalau bukan atasan, sudah aku hajar dia," gerutu Cyra merasa kesal. Dia memiliki riwayat bela diri.
"Maksudnya Pak Adam?" jawab lirih Profesor Pasha.
"Iya itu." Cyra malas menyebut namanya.
"Walaupun duda beranak satu kan, dapat gantengnya Pak Adam. Udah ganteng, pengertian, penyayang, sabar, kerjanya juga rajin. Udah punya pekerjaan tetap." Ketika Profesor Aara menjelaskan beberapa karakteristik Adam. Tiba-tiba berdiri Adam di depan pintu.
Mengalihkan pandangan sambil menutup mulutnya.
"Hemm." Adam pura-pura tersedak di hadapan mereka.
"Minggir saya ada perlu dengan Detektif Cyra," canda Adam terhadap Cyra tetapi dengan wajah serius.
"Jangan galak-galak gitu, pak," gumam Profesor Aara.
"Nggak, tadi hanya bercanda. Jangan marah," ucap Adam memastikan Cyra supaya tidak marah.
Adam bertanya terhadap Profesor Aara. Sekarang mulai fokus lagi dengan pekerjaan. Otak mulai bekerja keras. Mata siap dipanjer di depan laptop. Tenaga dikuras habis-habisan.
Adam mendapatkan sebuah surat dari Investigasi Khusus. Bahwa Tim Andromeda akan diadakan latihan menembak. Adam segera mengumumkan kepada anak buahnya. Hanya ada beberapa yang menjadi perwakilan.
Adam memberikan surat tersebut kepada Detektif Atalaric. Adam memerintahkan diantaranya, Gavin, Profesor Pasha, dan Detektif Cyra.
"Bapak sendiri tidak ikut?" tanya Detektif Atalaric sambil membaca surat edaran tersebut.
"Palingan saya berangkat hanya ngecek saja," jawab Adam kemudian pergi.
"Di mana Arkana, pak?" tanya Arsenio.
"Itu." Menunjuk ke arah ruangan Profesor. Ternyata dia sedang bergurau dengan Cyra juga. Adam memperhatikan dari kejauhan. Tidak lama Adam menenteng tas.
"Arkana...." panggil Adam berdiri di ruangan Profesor.
"Besok ke sini lagi, ya," ucap Profesor Aara mencium pipinya.
Mata Adam tidak luput memperhatikan Detektif Cyra kemudian tersenyum. Senyuman mereka sangat mengandung arti.
"Behh..." ucap Profesor Aara memegangi pipinya sendiri.
"Senyumnya, bikin betah di kantor." Detektif Cyra mengetok kepala Profesor Aara. Detektif Cyra masuk ke ruangan Arsenio dengan membawa beberapa pekerjaannya. Memandangi laptop sambil tersenyum sendirian.
"Semakin ke sini, ini bocah nggak jelas." Menepuk jidatnya dan mengelengkan kepala.
"Apa-apa an ini." Arsenio memperhatikan ke arah monitor yang memperlihatkan kemesraan antara Adam dan Detektif Cyra.
Tiba-tiba Adam kepikiran dengan Cyra sehingga dirinya menelponnya.
"Fokus kerja, jangan seenak jidat dengan tanggungjawab." Adam berencana akan meneruskan pembicaraan. Namun, Detektif Cyra keburu dimatikan.
"Perempuan emang susah dimengerti!" gerundel Adam mengacak-acak rambutnya.
Adam akan datang lagi setelah pukul 19.00 malam. Adam sedang berdiskusi bersama Profesor Pasha dan Gavin duduk di sofa. Disusul Profesor Aara dan Detektif Cyra.
Adam bersama anak buahnya di kantor hanya beberapa jam saja. Setelah itu mereka pergi mencari sebuah angkringan yang dekat dengan kantornya.
Memesan delapan gelas kopi dan beberapa banyak gorengan.
"Kapan kita akan merencanakan healing, pak?" ucap Profesor Pasha.
"Kita lihat jadwal dulu, belakangan ini kan masih banyak pekerjaan," jawab Adam menyeruput kopi.
Mereka mencari angkringan dengan jalan kaki. Sambil menikmati malam dan gemerlap bintang di Kota Dunsan. Kalau sudah kumpul begini, semua orang akan bingung mana yang pimpinan dan mana yang bawahan.
Para pembeli yang duduk di angkringan tersebut, tiba-tiba bubar. Melihat Tim Andromeda datang. Kemudian mereka harus kembali ke kantor.
"Agendakan kegiatan untuk hari besok!" perintah Adam kepada Gavin.
"Baik, pak," jawabnya tegas dan badan tegap.
"Dan jangan lupa, yang besok bertugas di Investigasi Khusus," tambah Adam berjalan keluar.
"Siapkan diri kalian dan jaga kesehatan."
"Tunggu sebentar, pak," cegat Gavin mengejar Adam.
"Besok bapak harus menghadiri acara pembatalan pengunduran diri di Investigasi Khusus," jelas Gavin dengan membawa sebuah buku agenda.
"Termasuk Direktur Utama?" tanya Adam sambil menaikkan alis.
"Termasuk," jawab Gavin cepat. Adam terduduk di ruangannya dengan segelas teh.
"Berarti kalau begitu, Pak Res segera kembali bekerja."
"Pasti dia akan merubah strategi saya nih," batinnya lirih.
"Kalau strateginya tetap, kinerja kami bisa lebih maksimal." Duduk di kursi sambil merebahkan badannya. Adam membutuhkan laporan bulanan milik Direktur Utama Antares.
"Bawa laporan bulanan milik Direktur!" perintah Adam lewat telepon kepada Gavin.
"Kinerjanya selalu bagus, tepat waktu, hanya memiliki kecacatan yang tidak bisa dilupakan."
"Tetapi sangat berpengaruh pada kinerja." Adam bersama pihak Investigasi khusus akan mempertimbangkan kinerja Direktur. Apakah dilanjutkan atau akan terkena pemecatan.
"Sebenarnya Andromeda tidak butuh orang seperti ini." Adam akan mencoba memenangkan Direktur disaat persidangan tiba. Adam mendapatkan bocoran tentang hasil tes analisis kejiwaan milik Direktur.
"Saya berharap hasilnya akan berbeda." Namun, harapan Adam salah. Hasil tetap sama masih 90% akan bertindak tidak waras. Padahal hasil tes yang akan Adam pertimbangkan. Percaya dengan nilai kinerja saja itu tidak mungkin.
--- Aula Investigasi Khusus ---
Hari telah tiba, Adam tidak bisa membantu Direktur Utama Antares sama sekali. Hanya berharap, bisa diberikan kelonggran waktu untuk mengubah hasil tes. Lalu apa yang dipikirkan Adam dapat Detektif Janu tersampaikan. Tetapi Direktur akan turun jabatan.
Kemudian mulai hari besok Direktur Utama Antares bisa bekerja seperti biasanya.
--- Satu jam kemudian ---
Adam dan Direktur Utama Antares pulang bareng satu mobil. Adam yang mengambil kemudi.
"Adam..." panggil Direktur Utama. Di dalam mobil hanya saling diam, bahkan saling pandang pun, tidak sama sekali.
"Apakah akan ada perubahan organisasi?" tanya Direktur yang mulai membuka mulutnya.
"Yang pasti, tinggal bagaimana pendapat Bapak kedepannya terhadap Tim Andromeda," jawab Adam yang fokus mengemudi.
Sebelum pergantian jabatan, Adam masil dibawah kendali Direktur Utama Antares. Semua keputusan membutuhkan persetujuan Direktur.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments