Adam bersama Tim Andromeda mencari kebenaran. Jika memang Pak Direktur salah, semua akan mendapatkan kejelekan. Terutama pada logo Tim Andromeda. Adam selalu bersikap tegas terhadap Direktur.
"Ketua, Pak Direktur pergi ke mana ya jam segini?" tanya Profesor Pasha mendekati Adam yang sedang duduk di samping Detektif Cyra.
"Sepertinya ada pertemuan dengan Profesor Edwin," jawab Detektif Cyra.
"Baru berangkat sudah pergi lagi, aku yakin mereka tidak membahas pekerjaan."
"Tetapi reaksi apa untuk langkah selanjutnya," jelas Adam mengajak para anggota Tim Andromeda untuk berpikir cepat.
--- Jam Istirahat ---
Adam masih menemani Detektif Cyra yang sedang sibuk.
"Di mana Gavin?" tanya Adam membuka pintu ruangannya.
"Pergi dengan Arsenio cari makan," jawab Detektif Cyra yang sedang sibuk. Seisi kantor sedang sepi, hanya ada Adam dan Detektif Cyra dan dua orang profesor.
"Sepi bener ini ruangan," gerutu Profesor Pasha.
"Banting-banting apa gitu biar rame," sahut Adam sambil tertawa.
"Bakar aja bagaimana?" sambung Profesor Pasha tersenyum lebar.
"Nah itu aja, mumpung Direktur pergi. Nanti balik-balik sudah tidak punya kantor," ledek Adam yang semakin menjadi-jadi.
"Nggak ada yang waras!" cemooh Detektif Cyra sambil menepuk jidatnya.
"Kamu baru tahu kalau Pak Adam itu nggak waras," tambah Profesor Pasha cengegesan.
"Cyra ketinggalan informasi," jawab Adam sambil ngekek.
"Nggak waras itu penting ya, pak."
"Pak Direktur saja sampai nggak berani berkata-kata." Profesor Pasha semakin meninggi-ninggikan pembicaraan.
"Yang tadinya kalau marah mengelegar sekarang menciut kena sentak Pak Adam," ucap Profesor Pasha. Adam hanya tersenyum ramah.
"Entar orangnya dateng pada kicep," sindir Pak Adam.
"Setelah mereka pada pulang kita pergi cari makan yuk," ajak Profesor Aara. Lalu kembali ke labfor.
"Saya ikut aja," jawab Adam mengeluarkan dompet dan menghitung uang recehannya.
Sekarang giliran mereka untuk pergi cari makan. Di sepanjang perjalanan selalu ada canda. Bertukar cerita dengan yang lain.
"Nanti lembur lagi atau bagimana?" tanya Adam kepada Profesor Pasha.
"Ya, kalau masih ada kerjaan," jawab Profesor Pasha.
"Pulang dulu baru berangkat lagi," jelas Adam yang duduk di samping Profesor Pasha. Adam juga mengingatkan, untuk selalu ingat dengan keluarga di rumah.
"Ikutlah kalau gitu," jawab Profesor Pasha bersemangat.
"Kalau lelah istirahat," ucap Adam secara tiba-tiba.
Adam melihat wajah Profesor Pasha yang sudah lesu. Rambut mulai acak-acakan, wajah seperti dihantam badai. Bau wangi yang semakin pudar. Kemeja yang mulai lecek.
"Nanti pulangnya biar saya yang ngemudi," gumam Adam yang kasihan terhadap Profesor Pasha. Tidak lama kemudian, sampai di depan kedai tepat di pinggiran jalan. Adam memesan empat nasi bungkus dengan lauk yang sama.
Menunggu pesanan jadi, Adam membuka ponselnya.
"Ayah...." Mendapatkan pesan dari Arkana.
"Hmm," jawab singkat dari Adam.
"Ayah, nanti pulang jam berapa?" sahut Arkana pelan.
"Emm, nanti malam," jawab Adam membuat Arkana kecewa.
"Dengar kata ayah, jaga ibumu baik-baik. Bisa peluk ibu untuk ayah," pinta Adam, Arkana langsung melakukannya. Lalu Arkana mengirimkan sebuah emoji tersenyum.
Pesanan telah jadi, Adam segera kembali ke kantor. Adam berjalan menunduk dan memegangi dahi, seperti sedang kecewa atau putus asa.
"Ada apa, pak?" tanya Profesor Pasha balik.
"Ngak, itu tadi," jawab Adam sembari duduk di kursi kemudi. Di perjalanan pulang Profesor Pasha tertidur sebentar.
Di setiap minggu Adam membuat peraturan untuk selalu mengadakan briefing. Biasanya membahas tentang kemajuan kami dalam bekerja.
Berjalan cepat dengan langkah tegak. Mata memandang ke depan.
"Ketua, ada tamu yang sudah menunggu," ucap Detektif Cyra menghampiri di ruangannya.
"Baik," jawab Adam yang sedang makan.
"Sudah lama," ucap Adam kepada kepala pimpinan Bank Dunsan.
"Baru saja," jawab Pimpinan.
"Dari kami sudah mendapatkan beberapa rekaman yang sempat hilang. Nanti bisa dicek kembali," jelas Pimpinan sambil memberika sebuah flasdisk.
"Mohon maaf juga atas keterlambatan kinerja kami," jawab Adam yang menyadari kekurangan dari timnya.
"Kalau begitu saya permisi." Pimpinan berjabat tangan kemudian melangkahkan kaki untuk pergi.
"Belum jadi makan lagi deh." Adam mengelengkan kepala.
"Arsenio, tolong cek kembali flasdisk ini." Melemparkan ke arahnya untuk menghemat waktu. Adam hanya memberikannya lalu pergi melanjutkan makan.
"Baik, pak," sahut Arsenio.
Menjadi pimpinan itu ada enaknya dan ada enggaknya. Menyuruh dalam beberapa jam sudah beres. Seorang pimpinan itu sebagai jalan ninja terakhir, kalau yang lain sudah kehabisan ide.
"Ckk, Profesor nanti jalan yuk," sahut Profesor Aara menampar pundak dengan keras.
"Aduh!" teriak Profesor sambil merasakan pedih.
"Masih banyak pekerjaan," jawab Profesor kaku.
"Drama anak muda emang ada saja," cela Adam sambil tersenyum.
"Jadi malu diliatin Pak Adam," terang Profesor Aara menutup wajahnya rapat.
Arsenio berhasil mengambil gambar. Gambar tersebut menunjukkan postur tubuh Profesor Edwin. Segera melakukan pencocokan, ternyata 100 % cocok.
"Bagaimana sudah ada hasilnya?" tanya Adam setelah dari ruangannya sendiri.
"100 % cocok dengan Profesor Edwin," jelas Arsenio, dengan terkejut Adam langsung mengigit jarinya. Percaya nggak percaya, tapi kan sudah ada buktinya.
"Kita langsung melakukan penangkapan dilanjut dengan, interogasi!" perintah Adam dengan tegas.
"Bagaimana dengan situasinya?" tanya balik Arsenio menghentikan jari-jemarinya.
"Melakukan penangkapan di luar kantor! Biar kelihatan ada pekerjaan gitu," canda Adam segera menghubungi Gavin untuk selalu mengikuti Profesor Edwin pergi.
Apakah Adam juga salah sasaran. Dirinya mengira pembunuh tersebut adalah Direktur. Karena, waktu itu Direktur lebih mementingkan hal pribadi. Dan ketika Adam menyentak Direktur tertunduk lalu diam. Hal itu membuat perasaan Adam semakin kuat dan yakin bahwa pembunuhnya adalah Direktur.
"Paspor," ucap Gavin secara tiba-tiba melalui telepon.
"Paspor?" Adam mengulang pembicaraan.
"Edwin membuat sebuah paspor melalui teman Direktur," jelas Profesor Pasha. Semua tim Andromeda segera bersiap-siap.
"Hubungi pihak bandara untuk memberhentikan penerbangan pada jam sekarang dan selanjutnya." Adam mulai gelisah. Tim Andromeda tidak akan membiarkannya lepas begitu saja.
Pemikiran Edwin kalah cepat dengan Adam. Sehingga, ketika Edwin sampai di bandara, sudah dalam terkepung. Sampai laju kendaraan di hitung, langkah jalannya dihitung, dan ketika sampai di pesawat beberapa menit.
Edwin mencoba menghubungi Direktur. Meminta bantuan sebisa mungkin. Mobil sudah akan melaju kencang. Namun, Gavin dan Detektif Cyra melihat salah satu mobil yang mencurigakan.
"Telah dicurigai mobil Tesla berwarna putih melaju dengan kecepatan tinggi," jelas Detektif Cyra yang sedang mengejar bersama Gavin.
"Estimasi 15 menit lewat jembatan antar kota," lanjut Gavin serius dan mata fokus.
"Sekarang pemblokiran jembatan dimulai!" perintah Adam segera menyusul ke jembatan antar kota.
Adam juga menelpon Arsenio untuk menahan sebentar Direktur di ruang interogasi, Profesor Pasha segara menuju ke kantor. Direktur selalu berulah untuk mengambil simpati dari Arsenio.
"Ketua, bagaimana jika Direktur melakukan perlawanan?" tanya Arsenio yang sudah merinding melihat kelakukan Direktur ketika sedang marah besar.
"Kemungkinan, dia sedang terobsesi dengan keadaan. Dirinya tahu bahwa kondisinya sedang tertekan."
"Kamu perhatikan saja apa ulahnya, estimasi 5 menit Profesor sampai." Setelah melakukan telepon beberapa menit Adam tidak jadi pergi menuju ke jambatan antar kota. Baginya, lebih baik menangani Direktur terlebih dahulu.
"Saya butuh hasil tes analisis kejiwaan milik Direktur yang terbaru," pinta Adam yang akan menganalisis profil.
"Terakhir tanggal 15 Febuari," jawab Arsenio langsung menuju ke gudang dokumen.
"Ya itu, siapkan segera!" perintah Adam yang harus dilaksanakan segera. Adam berjalan cepat disusul oleh Profesor Pasha.
"Adam tidak ikut berjaga di jembatan antar kota?" tanya Profesor Pasha yang segera mengambil dokumen untuk melakukan interogasi.
"Tidak, saya dulu atau kamu dulu yang masuk?" tanya balik Adam yang sama-sama sudah membawa bahan interogasi.
"Bapak saja dulu." Walaupun mereka datang hanya selisih beberapa menit, Profesor Pasha mendahulukan yang lebih berwewenang.
Ketika akan memasuki ruang interogasi. Tercium bau-bau akan ada perlawanan dan saling memberikan peringatan. Mengatur napas terlebih dahulu supaya lebih stabil. Tidak lupa untuk mengatur tingkat kesabaran juga.
"Hah," ringis Direktur menyipitkan mata.
"Kenapa, kau terkejut?" Adam memincingkan sudut bibirnya.
"Terlihat biasa saja," sahut Direktur dengan mengerak-gerakkan tangan.
"Kau juga memiliki pascatrauma terhadap suatu benda, untuk menghindari itu."
"Kau selalu meminum obat, dan 90% bertindak tidak waras. Berdasarkan dari hasil tes analisis kejiwaan."
"Departemen Kepolisian meminta untuk melakukan pengunduran diri," urai Adam yang saling beradu mata dengan Direktur Utama.
"Pikirkan itu!" tegas Adam dengan melebarkan mata.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
apriliyakim
hyuu
2023-06-04
1