"Ibu Dira mengatakan, bahwa Dira alergi dengan bulu anjing dan kucing. Tetapi anehnya, di dalam kamar bocah itu, banyak sekali foto seekor anjing. Hanya itu yang membuat kami sedikit binggung," jelas Gavin sambil duduk di bangku kesayangannya.
"Lalu bagaimana dengan hasil selanjutnya?" Adam menunggu laporan dari Profesor Pasha dan Detektif Cyra.
"Semenjak Zaka hilang, ibunya sering mengkonsumsi miras. Ruangan yang tidak tertata dan sangat kotor, memberikan tanda. Bahwa dirinya sedang frustasi," jelas Profesor Pasha setelah memberikan buku laporannya.
Pada siang ini juga Adam mendatangi rumah Dira bersama semua anggota Tim Andromeda. Ketika sampai di sana Adam dikejutkan dengan keberadaannya Detektif Janu beserta tim.
"Bagaimana hasilnya?" tanya Adam pada Detektif Janu.
Namun, Ibu Dira mencoba bertanya-tanya terus yang membuat Adam sedikit kesulitan untuk berbicara pada Detektif Janu.
"Ibu, sebaiknya tenang dulu."
"Kami juga butuh ketenangan untuk mencari solusi." Detektif Janu berbicara pelan dan sopan pada Ibu Zaka.
"Lebih baik kita bicara di luar," ucap Adam yang di ikuti Profesor Pasha, Detektif Janu dan Detektif Gibran. Mereka sama-sama membawa asisten masing-masing untuk berembug masalah ini. Gavin membawa mereka menuju kantor Tim Andromeda.
"Emak-emak emang beda," ucap Detektif Janu sambil terkekeh.
"Lho tadi saya diokrok-okrok badanya." Adam mengelus dadanya.
"Mau kita bagaimana lah, pasti kalau sama emank-emak kalah." Sedangkan Detektif Janu menepuk jidatnya sambil sedikit tertawa.
"Sudah siap belum, pak?" tanya Detektif Janu di sepanjang perjalanan.
"Siap lahir batin." Merapikan jas dan dasinya.
Dua hari lagi Adam akan mengantikan posisi Direktur Antares. Strategi baru siap diluncurkan.
"Tim Investigasi Khusus sudah punya rencana selanjutnya belum, pak?" tanya Adam.
"Kemungkinan pemikiran kita sama," celetuk Detektif Janu.
"Tim Andromeda akan melakukan pengecekan ke lokasi," sahut Adam sambil bermain jari-jarinya.
"Kalau begitu, kita bagi tugas lagi. Tim Andromeda akan melakukan pengecekan, dan Tim Investigasi Khusus akan melakukan keamanan. Keamanan ini, melindungi kalian dari mereka yang mencoba menghancurkan." Tidak lama kemudian mereka setuju. Penyelidikan akan di mulai pukul 13 nanti.
Adam, Cyra, dan Gavin menuju ke lokasi di mana Dira dan Zaka hilang.
"Acara dilaksanakan di sini." Sebagai objeknya Cyra yang berdiri di sana.
"Lalu, Dira bersama ibunya tepat di sini." Adam meletakkan Gavin di sebelah kanan pertunjukkan tersebut.
"Kemungkinan, dia mengamati dari sini."
"Ketika lengah, dengan cepat dia mengangkat Dira dan membekap mulutnya."
"Yang menjadikan dirinya sulit untuk berbicara, atau mungkin sudah terkena bius," jelas Adam. Lalu mereka bertiga menyusuri lorong sepi di tempat tersebut. Perlahan-lahan mereka bisa menemukan jalan ke mana perginya pelaku tersebut.
"Siapa yang jadi kemudinya?" tanya Detektif Cyra.
"Coba kita pergi ke ruang CCTV," ajak Adam. Mereka menuju ke ruang CCTV. Namun, mereka sulit diberikan ijin untuk masuk.
"Biarkan kami masuk. Kami dari Kepolisian." Penjaga tersebut tidak percaya sama sekali. Dan bodohnya diantara mereka, lupa membawa kartu anggota, begitu juga dengan Adam.
Di susul Detektif Janu yang memberikan akses masuk kepada mereka.
"Tunjukkan kami semua rekaman CCTV yang ada!" perintah Adam kepada petugas.
"Stop, stop."
"Perbesar tiga kali." Kami semua menyaksikan pertunjukkan tersebut.
"Oke, kemungkinan pelakunya suami istri."
"Atau mereka rekan kerja yang satu nasib." Imajinasi-imajinasi Adam meletup dan berbagai pertanyaan selalu bermunculan.
Mereka mencari jejak ini sampai pukul 3 sore. Adam, Gavin, dan Detektif Cyra kembali ke kantor.
Meregangkan otot-otot, Mengucek-ucek mata, menepuk pipi supaya tetap sadar dan tidak mengantuk.
"Naikkan suhu ruangan." Profesor Pasha menaikkan sampai 22 derajat. Ruangan yang dingin membuat otak tetap tenang.
"Kalian kalau lelah istirahat dulu saja, biarkan saya di ruangan." Melihat langkah Detektif Cyra yang segera menjauh, Adam tidak akan melepaskan begitu saja.
"Cyra, kita perlu bicara!" ucap Adam bersikeras.
"Astaga! Maunya ini orang apa sih?" celetuk Detektif Cyra dalam batin.
Karena takut ada yang mendengar percakapan mereka berdua. Adam mengajaknya pergi menuju ke sebuah rumah makan yang berada di dekat kantor.
"Jus alpukat dua!" teriak Adam.
"Ada apa lagi, pak?" tanya Detektif Cyra.
"Kok pak sih."
"Udah lupa!" gumam Adam.
"Iya ada apa, ma.... mas," ucapnya semakin lirih. Karena belum terlalu sering mengucapkan panggilan tersebut.
"Nanti saya akan menemui orang tua mu!"
"Cukup, tidak ada penolakan lagi!" tegas Adam yang membuat Cyra semakin kesal.
"Kita akan menentukan tanggal untuk lamaran!" Dengan syok dan membuka mata selebar mungkin, Detektif Cyra sampai tersedak air liurnya sendiri.
"Jangan ngaco kalao ngomong deh," balas Detektif Cyra memalingkan wajahnya.
"Ngaco apanya, orang tua mu sudah menyetujui hubungan kita," sahut Adam terlihat sangat percaya diri.
"Susah bener untuk memiliki dia," ucap batin Adam yang semakin di uji kesabarannya. Bahkan ini lebih susah dari Eliza.
"Pokoknya aku nggak bakalan percaya sama omonganmu, mas," geram Detektif Cyra.
Adam mengandeng tangan Cyra saat menyebrangi jalanan yang sepi. Setelah sampai di depan halaman kantor Cyra melepaskan tangannya dari gengaman Adam yang kencang itu. Ternyata setelah kembali ke kantor. Mereka berdua telah dicurigai berkencan diwaktu istirahat.
Namun, Adam tahu tentang peraturan. Dia tidak membawa hubungannya ke dalam pekerjaan. Dari kejauhan Adam memperhatikan Cyra berjalan dengan sangat gugup.
"Cantik," ucapnya lirih.
"Siapa pak yang cantik?" tanya Profesor Pasha membuat Adam terkejut.
"Nggak tahu siapa," jawab Adam sambil menyelimur pergi.
Adam tidak ingin semuanya menjadi tahu, sebelum hubungan mereka sudah jelas. Adam harus bisa menyimpannya untuk diri sendiri. Kemudian Adam mendapat panggilan dari Direktur Antares untuk segera menuju ke ruangannya.
Adam mengetuk pintu.
"Bapak memanggil saya," ucapnya dengan sopan satun.
"Duduk," perintah Direktur Antares.
"Sebelum datangnya hari pergantian, saya akan menjelaskan beberapa strategi yang mungkin kamu akan mengubahnya." Direktur Antares membuat sebuah mind map dan menunjukkan ke Adam.
"Ini terlalu rumit untuk memahaminya," balas Adam yang mumet sendiri melihatnya.
"Strategi apa yang akan kamu berikan nantinya?" Direktur Antares juga penasaran dengan pemikiran Adam.
"Kita sedikit merubah arah ini menjadi hal yang lebih gila, bagaimana?" Adam mendekatkan wajahnya.
"Benar-benar Sontoloyo," cemooh Direktur Antares sambil terkekeh.
"Kalau begitu kita akan ikuti permainan mu." Setelah itu Adam diperbolehkan pergi meninggalkan ruangan.
"Aku akan mengubahnya menjadi simpel dan gila." Bayangan-bayangan tersebut bermunculan di benak Adam secara bergantian.
Semua anggota Tim Andromeda harus lembur untuk mengetahui siapa pelaku tersebut.
-- Di balik sisi --
Pelaku memperlakukan anak-anak dengan tidak semestinya. Katakan saja Ayah Tiri dan Ibu Tiri. Melakukan mereka dengan kejam, hingga anak-anak tersebut merasa takut secara mental. Perkataan maaf sudah tiada artinya. Ketika pelaku menyuruh mereka untuk makan. Kemudian diantaranya tidak ingin memakannya. Tidak segan-segan Ayah dan Ibu tiri mereka akan memperlakukan secara khusus anak itu di ruangan yang sempit dan banyak cermin.
Di situlah anak-anak untuk meratapi kesalahan mereka. Sudah tidak ada kata ampun lagi bagi mereka yang melakukan kesalahan. Apalagi ketika kesalahan tersebut ada yang melindunginya. Dan ini terjadi pada Dira.
Dira tidak ingin makan yang sudah diberikan Sang Ibu Tiri. Ibu Tiri memberi mereka makan dengan tida seronoh. Melemparkan sebuah roti di hadapan mereka. Ketika itu Dira menolak makanan mereka.
Zaka yang paling tua, mereka gunakan sebagai tangan kanan. Tetapi Zaka mencoba melindungi Dira dari serangan brutal Ayah dan Ibu Tiri. Suara tangisan Dira terdengar, dia bocah 8 tahun. Sedangkan Zaka dia hilang sejak lama.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments