"Selamat malam," ucap Adam membuat terkejut Eliza dan Arkana.
"Ayah," panggil Arkana dengan bahagia.
"Terlambat 5 menit." Arkana mengangkat tangan kiri lalu melihat ke jam tangan.
"Maaf Detektif," sahut Adam dengan tersenyum.
"Ayo makan sebelum dingin," ucap Eliza yang duduk di hadapan Adam. Mereka berdua saling pandang memandang.
Mereka menyantap hidangan yang sudah disiapkan Eliza sampai tandas. Arkana menunjukkan sesuatu kepada Adam.
"Apa ini?" tanya Adam yang masih mengenakan baju kerja dengan rapi dan masih wangi.
"Ayah lihat," sahut Arkana mengarahkan pistol ke arah yang luas.
"Jangan!" teriak Adam dengan perasaan khawatir.
"Menggunakan ini harus berhati-hati. Tidak sembarang melepaskan peluru," jelas Adam pada Arkana walaupun ini hanya sebuah pistol mainan.
Tidak lama kemudian Adam mandi dan berganti baju. Setelah itu, mengeluarkan laptop mulai lagi ulahnya, menyelesaikan tugas yang sempat tertunda tadi. Tiba-tiba, Detektif Cyra menelpon.
"Apa?" tanya Adam dengan mengangkat alisnya.
"Bisa menuju ke kantor sekarang, pak?" Detektif Cyra kedengarannya sedang merasa kebinggungan.
"Bisa," jawab Adam dengan sedikit kebingungan. Karena perintahnya tidak begitu jelas. Mematikan telepon langsung menyahut jas dan kunci mobil.
"Eliza, aku ke kantor sebentar." Adam berpamitan kepada Eliza yang sedang sibuk mencuci piring.
"Di mana Arkana?" tanya Adam kepada Eliza.
"Nak, jaga ibumu. Ayah akan pergi bekerja lagi." Adam mengusap rambut Arkana.
"Jangan tidur terlalu larut," ucap Adam sambil mengecup pipi putra tunggalnya itu lalu berjalan cepat menuju ke garasi.
"Ketua." Detektif Cyra memanggil Adam.
Adam berlari menuju ke kerumunan. Telah terjadi pembunuhan pada Detektif Aidan. Di tusuk delapan kali. Adam memerintahkan para petugas medis untuk segera memebereskan jenazah. Alarm rapat telah dibunyikan.
"Selamat malam, menganggu waktunya sebentar."
"Untuk para anggota Tim Andromeda, segera berkumpul di aula sekitar 15 menit lagi." Adam mengumumkan lewat sound.
"Siapkan bahan untuk rapat!" perintah Adam kepada Detektif Cyra.
"Saya bersama Gavin, akan melakukan analisis profil."
"Gavin, segera menuju ke ruangan saya." Adam berjalan sendirian. Adam mencari dokumen kosong untuk kasus baru. Atas kerjasamanya dengan Gavin, kami mampu menyelesaikan analisis profil dalalm waktu 10 menit
--- Rapat dimulai ---
"Pada pukul 21.00, semuanya telah pulang."
"Saya, Gavin dan Cyra pulang paling terakhir."
"Mengapa ini bisa terjadi?"
"Mereka melakukan penyadapan pada CCTV di kantor." Ketika Adam sedang menjelaskan, tiba-tiba Profesor Pasha mengangkat tangannya.
"Ketua!"
"Saya melihat Detektif Aidan pulang lebih awal daripada yang lain."
"Terburu-buru sampai ponsel tertinggal di ruangan. Apakah orang yang ditemui Detektif Aidan yang membuat dirinya terbunuh," beber Profesor Pasha.
"Bagimana, Pak Adam? bagimana, apakah ini masuk akal?" tanya Profesor Pasha berdiri dengan dagu terangkat.
"Saya sudah memerintahkan kepada Tim Investigasi Khusus untuk melakukan cross check sekarang juga," jawab Adam dengan cepat.
"Apakah ada CCTV yang menangkap wajah pelaku?" tanya Adam mendekati Arsenio
"Semua CCTV dalam kondisi rusak, dan semua file pada jam 20.00 sampai jam 21.00 telah dihapus."
"Saya sekarang mencoba untuk mencari jejak dari CCTV tersebut," jelas Arsenio dengan matanya yang fokus pada monitor.
"Kalau lelah istirahat sebentar." Adam menepuk pundak Arsenio.
"Baik, ketua," jawab Arsenio meneguk air putih.
"Pak Res datang tidak sekarang?" tanya Adam yang berjalan menuju ke ruangan Direktur Utama.
"Bapak sedang ada acara bersama dengan Detektif Janu," sahut Profesor Pasha yang selalu mengikuti langkah Adam.
Adam bersama tim melakukan penyelidikan pada malam ini hanya sampai jam 00.00 saja. Waktu sudah melebihi dari jam kerja. Adam memerintahkan Tim Andromeda untuk segera pulang.
Pekerjaan mereka tidak hanya menangani seperti ini saja. Ada keluarga yang menanti di rumah.
"Saya parkir mobil di mana ya?" ucap Adam berjalan bersama Detektif Cyra dan Gavin.
"Kok tanya kami, pak?" tanya Gavin balik.
"Saya parkir mobil di depan gerbang," sahut Gavin. Adam benar benar lupa di mana dia memarkir mobilnya. Adam datang sudah banyak mobil-mobil yang terparkir dari halaman depan kantor sampai ke pintu gerbang.
Sesampainya di rumah, Adam menelpon Direktur Utama Antares.
"Hmm," deham Adam.
"Ada apa?" tanya Dirut Antares terhenyak ketika melihat nomor Adam menelpon di tengah malam.
"Bapak kenapa tadi tidak datang. Semua tim ada di sana."
"Bagaimana jika anak-anak ada yang mencurigai?" Adam memberikan pertanyaan kepada Dirut Antares.
"Anda tidak tahu betapa sensitifnya para detektif muda Tim Andromeda." Adam sudah merasakan geram dengan tingkah Dirut Antares. Sedangkan Adam sendiri terdiam, tanpa bersuara sedikitpun. Terdiam namun banyak pikiran.
"Saya ada acara bersama Detektif Janu," jawab Direktur Utama Antares alih-alih untuk menghindar.
"Acara itu hanya sampai pukul 22.00 malam. Sisanya digunakan untuk apa?" Sedangkan seisi kantor sedang kacau!" sentak Adam matanya melotot seperti ingin keluar.
"Kita selesaikan ini besok!" sentak balik Antares, urat-uratnya muncul di bagian lengan.
Kalau begini terus Adam dan Direktur Antares tidak akan pernah damai. Kecuali satu sama lain bisa menyadari kesalahan masing-masing.
"Masalah hari ini ya hari ini, besok ya besok!" Adam mengeluarkan suara yang mengelegar. Tanggannya mengepal kencang.
"Adam! Jaga perkataanmu!" ucap Direktur Antares yang sudah tidak dipedulikan sama sekali. Sudah tidak ada takut-takutnya.
"Detektif Janu datang sekitar pukul 22.15, kau palahan berkencan."
"Direktur yang egois!"
"Tidak bisa menentukan mana yang lebih penting!"
"Akan aku tutup!" Adam menekan ponselnya terlalu keras.
"Udah malam dibuat emosi lagi," ucap lirih Adam menengok ke samping. Takut ada yang menguping.
Memarkir mobil di garasi kemudian melepas jas. Kembali ke ruang kerja.
"Untung saja anak sama istriku tidak dengar." Menghelai napas panjang.
Tiba-tiba ponsel berdering kencang.
"Ketua, maaf menganggu waktunya," ucap Profesor Pasha lirih.
"Bisa bertemu bersama Tim Andromeda dan Investigasi khusus sekarang," perintah Profesor Pasha sambil mengigit kukunya.
"Kalian belum pulang atau tidak tahu waktu?" tolak Adam secara mentah-mentah.
"Maaf, Ketua."
"Maksudnya bukan begitu, di sini juga ada Pak Direktur."
"Sepertinya datang dengan wajah yang penuh amarah," jelas Profesor Pasha, dia melakukan telepon secara diam-diam.
Menyahut jas beserta kunci mobil.
"Baru pulang sudah berangkat lagi?" sahut Eliza berjalan mendekati Adam.
"Nanti aku akan jelaskan." Adam mencium kening Eliza kemudian pergi.
"Hanya pakai celana pendek?" tanya Eliza sambil mata melotot dan sudut bibir mulai tertarik. Sangking terburu-buru, sampai lupa dengan celananya.
"Sudah biasa, aku berangkat dulu," jawab Adam sambil berjalan terburu-buru.
"Siapa yang berani panggil Adam untuk datang pada malam ini!" sentak Direktur Antares. Diantara Tim Andromeda dan Investigasi Khusus hanya saling pandang dan tertunduk.
"Di sini banyak saksi mata," sahut Adam dari kejauhan. Dengan perasaan marah, Direktur Antares mengarahkan pistol ke arah Adam.
"Jika ini terjadi, kalian akan bagaimana?" tanya Adam kepada semua anggota tim baik Andromeda maupun Investigasi.
"Pak, jangan lakukan hal bodoh."
"Jika, terjadi maka. Anda dituduh sebagai pembunuh," jelas Gavin yang akan melindungi Adam dari serangan Direktur Antares.
"Kita menemukan sebuah puntung rokok."
"Sebuah cincin yang terjatuh di kolong meja Profesor Edwin," jelas Profesor Pasha tangannya berkeringat.
"Saya bersama Gavin akan membawa ini ke ruangan Profesor Edwin." Adam membawa puntung rokok.
"Ketua, tadi tidak seperti biasanya."
"Kau dan Direktur begitu menegangkan," gumam Gavin mencoba melemparkan guyonan.
"Saya seperti itu juga karena Direktur."
"Dia tadi tidak datang, palahan berkencan. Saya marah, semua sedang aktif dalam menangani masalah palahan dia tidak tanggungjawab."
"Saya juga tahu, kalau Pak Direktur istrinya akan dua."
"Tapi tidak begini caranya," gerundel Adam yang didengarkan oleh Gavin dan pandangan ke arah yang lain.
Selanjutnya, Adam juga memikirkan hal buruk yang akan terjadi pada keluarganya. Ketika sudah memeriksa pada puntung rokok tadi. Dikejutkan dengan sebuah tulisan.
Sebuah teka-teki yang bertulisan tangan mirip dengan Direktur Antares dan Profesor Edwin.
--- Musuh?
--- Dia lah orang-orang yang selalu dekat denganmu.
"Tunggu!" henti Adam yang memandangi layar monitor.
"Menurut penjelasan saya mengenai tulisan ini."
"Jadi, kita semua, Tim Andromeda akan menjadi target berikutnya," jelas Adam sambil melipat tangan. Berjalan mondar-mandir.
"Detektif Aidan terbunuh di sini, itu berarti."
Dengan adanya penjelasan Adam semuanya menjadi kebingunggan. Satu persatu pendapat akan bermunculan.
"Kalau itu memang benar, kita akan menjadi incaran."
"Itu tandanya, pelaku sedang mengamati kita," lanjut Gavin memundurkan langkah.
"Mereka juga mengincar orang-orang terdekat kami?" sambung Gavin meletakkan tangan di sudut meja dan tunduk. Adam berpikir sebentar di dalam ruangan yang kecil bersama Gavin. Disusul Profesor Pasha.
"Ruangan ini kedap suara," ucap Adam mengelus dinding tebal.
"Itu sudah terjadi, pertama pada Calista, adik Gavin. Hanya beda pelaku pembunuhnya."
"Kedua, anggota Tim Andromeda, Detektif Aidan."
"Kita butuh bukti kalau memang benar dari tim kita yang membunuh," sambung Profesor Pasha menjelaskan sambil berjalan mondar-mandir.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
apriliyakim
syukur sekali ya
2023-06-04
1