Ada beberapa anggota Tim Andromeda yang sedang lembur kerja. Ditengah-tengah lembur dan kepala sedang puyeng. Mereka masih bisa menyempatkan bercanda.
"Cyra sudah pulang apa belum?" tanya Adam sambil memutar kepala.
"Sudah dari tadi, katanya ngantuk," jawab Gavin.
"Pasti ada sesuatu nih," ungkap curiga Profesor Pasha sambil cengegesan.
Sudah sejak lama Adam menyimpan rasa terhadap Cyra. Karena harus menjaga perasaan sang Istri. Jadi, Adam hanya sekedar mengangumi dari jauh. Tiba-tiba saja Detektif Cyra muncul dari pintu ruangan Arsenio.
"Dicari Pak Adam," ucap Gavin yang duduk di dekat pintu.
"Ada apa, pak?" tanya Detektif Cyra memandang wajah Adam.
"Sudah makan belum?" tanya Adam balik. Sedangkan yang lain memperhatikan Adam dan Detektif Cyra berbicara. Adam sangat jarang pulang dengan tepat waktu.
"Sudah," jawab Detektif Cyra dengan kebingungan.
"Yah...!!!" teriak mereka dengan serentak. Termasuk Gavin yang menjadi saingan Adam. Akhirnya ada salah satu dari mereka yang harus membeli makanan. Adam dan Detektif Cyra duduk berdua di ruangan.
Adam membuka sebuah dokumen dari Direktur Utama Antares.
"Sepertinya Direktur Antares sudah merumuskan kejadian-kejadian ini," ucap Adam sambil membaca per lembar.
"Maksudnya bagaimana, pak?" tanya Detektif Cyra mengaruk rambut, padahal tidak gatal.
"Coba kamu baca." Adam memberikan dokumen tersebut.
"Bukannya ini arsip milik Pak Res tahun 2016?" Kala itu Detektif Cyra pernah melihat Direktur Utama membuat dokumen tersebut. Ketika diperdalam lagi Adam mendapatkan cara bagaimana menangkap pelaku perampokkan tersebut.
Adam memanggil Profesor Pasha, Arsenio dan juga Gavin untuk menuju ke ruangannya.
"Sekarang kita ada sebuah petunjuk baru untuk menangkap pelaku perampokkan di Kota Banseo."
Pemimpin dari perampokkan tersebut berdiri di sebuah gedung dengan pemandangan yang jelas. Pertanyaannya, di gedung mana kita bisa mendapatkan pemandangan jelas itu.
"Kota Banseo banyak sekali gedung," jelas Adam menurut pemikirannya.
"Sebentar-" putus Profesor Pasha yang sedang menelaah, gedung mana yang dimaksud. Profesor Pasha meluncurkan pendapatnya.
"Tujuan mereka pasti akan mengincar Bank Banseo, pusat bank dari Provinsi Dunsan. Mereka bertindak sesuai dengan waktu, yaitu minggu."
"Karyawaan libur dan ada beberapa satpam," lanjut Profesor Pasha sambil membaca kelanjutannya.
"Bagaimana kalau mereka mengincar perusahaan yang berinvestasi paling besar?" sanggah Gavin mengangkat tangan meletakkan di dagu.
Sedangkan di dekat Bank Banseo terdapat gedung-gedung pencakar langit dengan kemegahan yang luar biasa.
"Kok Direktur Utama Antares merumuskan ini?" tanya Gavin dengan penasaran.
"Jangan berprasangkan dulu," cegah Adam pada Gavin supaya bisa menjaga etika ketika di hadapan Direktur Utama nanti. Tanpa mereka sadari, sekarang sudah pukul 03.00 pagi.
Sudah hampir pagi, Adam pulang terlebih dahulu.
"Jaga kesehatan, jangan lupa besok pagi kita harus menyusuri jalanan," ucap Adam sambil mencengklak tas ranselnya.
Ketika di basement, tiba-tiba Adam merasakan ada yang sedang mengawasi dari kejauhan. Adam mencoba menelpon Profesor Pasha untuk meminta bantuan. Lirik sana sini kemudian tidak memperdulikan lagi. Profesor Pasha juga tidak menerima telepon dari Adam.
Ketika keluar dari parkiran, Adam dihadang seseorang yang tidak ia kenal. Dengan barengan Profesor Pasha baru menelpon balik Adam.
"Cek CCTV parkiran bawah tanah!" perintah Profesor Pasha pada Arsenio dengan buru-buru.
Ketika sudah melihat Adam dihadang oleh lima orang. Gavin, Arsenio, Detektif Cyra, dan Profesor Pasha. Berlari keluar dengan membawa pistol. Ketika gerbang yang dilapisi anti peluru terbuka, mereka mencegat Adam.
"Ada urusan apa kalian dengan saya," ucap Adam dengan tenang.
"Jangan pura-pura tidak tahu!" sentak salah satu dari mereka.
"Lha memang saya tidak tahu!" ucap Adam pelan dengan nada rendah. Adam berjalan mundur ketika mereka maju. Mencoba tetap tenang disaat kondisi terusik.
"Mungkin nggak ya, bisa menang lawan mereka," batin Adam dengan mata terfokus pada salah satu yang memegang pisau. Tiba-tiba dari arah luar Profesor Pasha dan Gavin. Berjalan layaknya pasukan khusus. Tanpa suara dan cepat.
Adam melirik sebentar ke arah Gavin dan Profesor Pasha. Dan dari arah belakang ada Arsenio dan Detektif Cyra.
Brakk....
Gavin menjatuhkan salah satu dari mereka di atas tumpukkan kardus.
"Aduh..." teriaknya.
Dengan pergerakkan cepat Adam juga menendang kakinya sampai terjatuh. Ketika ada yang mengarahkan pisau ke punggung Adam, Detektif Cyra menembak pergelangan tangannya, sehingga pisau tersebut terpental.
Dari mereka ada yang memukul kepala Adam.
"Sial!" Adam tidak terima sehingga menghajar habis-habisan. Mengelengkan kepala supaya tetap sadar.
Lalu mereka ditahan di jeruji besi. Dan akan diproses pada hari besok. Ketika ada perlawanan, maka hukuman akan semakin berat.
Mematikan lampu di jeruji besi dan menurunkan suhu ruangan. Sehingga mereka dapat bereaksi, apakah takut, atau biasa saja. Adam dan Detektif Cyra juga mengobati tangan yang tadi tertembak.
"Kalian mengenalku?" tanya Adam yang duduk di hadapannya.
"Tidak," jawab dia dengan ragu.
"Sakit?" ucap Adam dengan tersenyum dan dia mengangukka kepala.
"Itu belum seberapa, ingin merasakan sakit yang lebih?"
"Mari kita bertarung di luar," ajak Adam untuk memberikan sebuah peringatan. Adam jangan buat main-main. Kalau sudah marah seperti macan yang kelaparan. Ketika Adam merasa tidak terima, maka perkelahian akan dimulai.
"Pak," cegah Detektif Cyra.
"Ini urusan laki-laki, setelah ini kau boleh pulang," jawab Adam yang masih menemani. Tidak lama kemudian Adam pulang bersama Profesor Pasha dan Gavin dengan kendaraan masing-masing.
"Kita serahkan masalah ini kepada Investigasi Khusus."
"Semua jangan dibebankan kepada Andromeda." Adam akan membuat surat tembusan untuk Tim Investigasi Khusus.
Adam pulang dengan kondisi rumah sepi. Arkana sudah tertidur pulas. Adam mencoba masuk ke ruang belajar. Terdapat sebuah buku gambar yang terbuka. Mencoba membuka satu lembar.
Sudut bibir Adam tertarik lebar. Teringat dengan sosok Eliza. Arkana mengambar seorang ayah, ibu dan anak. Arkana yang masih butuh kasih sayang seorang ibu. Tetapi Sang Ibu tersebut pergi begitu saja. Meninggalkan Arkana sendirian.
Adam berencana akan membawa Arkana saat bekerja. Adam tidak ingin Arkana merasa kesepian.
"Ayah..." panggil Arkana dengan mata masih tertutup.
Adam duduk di sampingnya, membelai rambut lurus Arkana. Tiba-tiba Arkana memeluk Adam. Sehingga Adam tidak tega untuk melepaskan pelukannya. Memeluk sosok Ayah sampai pagi. Adam tertidur dengan posisi duduk.
Terlalau sibuk dengan kerja, waktu untuk Arkana selalu berkurang. Sekarang Adam harus mengurus sendirian.
"Arkana..." panggil Adam ketika Arkana membuka matanya.
"Kau mau ikut dengan ayah."
"Kita pergi ke kantor," ajak Adam dengan mengenggam tangan Arkana.
Pagi-pagi Adam harus membereskan mainan Arkana dan membuatkan sarapan. Memilihkan baju dan sepatu. Pukul 07.00 merka berangkat. Mobil sudah terparkir di halaman depan.
"Selamat pagi, Arkana," sapa Gavin dengan tersenyum ramah.
"Arkana..." ucap Detektif Aara segera keluar dari ruangannya. Mereka bersalaman dengan Adam dan memberikan pelukan dengan Arkana.
"Bagaimana dengan Arkana ketika akan menyusuri jalan, pak?" tanya Gavin. Mereka berdua memiliki kedekatan yang sangat erat.
"Arkana bersama saya dan Cyra."
"Sudah, sekarang berkumpul di basement," perintah Adam sambil mengandeng Arkana. Mereka sudah siap dengan penyamaran. Mulai dari baju sampai kendaraan.
"Cek...cek..." Adam menjajal mikropon yang akan digunakan sebagai informasi.
"Ingat tentang peraturan kita!"
"Jangan mencampuri urusan diluar target."
"Jaga privasi instansi dan nama baik masing-masing."
"Paham!" jelas Adam dengan tegas di hadapan anak buahnya.
Sekarang mulai menyusuri jalanan, di mulai dari persimpangan Kota Banseo jalur A. Sambil berjalan Adam dan Cyra melakukan analisis profil.
"Tinggi, sekitar 175, tampan dan mbois."
"Dia mencoba menarik perhatian seseorang yang ada disekitarnya."
"Berat 80 kg." Adam mengirimkan sebuah potret Jejak Hitam.
"Tetap memiliki aturan saat berkendara." Adam berhenti di sebuah kafe.
Memesan makanan untuk Arkana dan Detektif Cyra. Kita di jalanan sampai pukul 11.30 setelah itu istirahat lalu kembali ke kantor. Sudah berjuang sebisa mungkin. Melewati celah-celah sempit. Hasil selalau nihil.
Gavin mencoba masuk ke Bank Banseo, berpura-pura menabung dan mengambil uang. Sambil mata berjaga-jaga. Sedangkan, Profesor Pasha dan Profesor Aara pergi ke atap sebuah gedung perusahaan dengan investasi terbesar. Yaitu perusahaan Brilian Network.
Mereka berhasil menangkap sebuah pemandangan dengan jelas. Kemudian Adam memerintahkan Profesor Aara untuk menyamar menjadi karyawaan.
"Nasib, gini amat," celutak lirih Profesor Aara. Sayangnya Adam mendengar lewat miktopon, mendengarkan sambil tersenyum.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments