Seketika senyuman menjadi samar samar. Lalu mengunci mobilnya secara tiba-tiba. Wajahnya menjadi sangat fokus.
"Turunkan aku di lampu merah berikutnya," pinta Calista.
"Aku lupa harus ke suatu tempat." Tangan kiri Calista merogoh saku untuk mengambil ponsel dan menelpon Gavin. Entah permintaannya itu di dengarkan atau tidak.
--- Di lain sisi ---
"Ini aku, akan kukirimkan beberapa dokumen sekarang."
"Bisa cek kegiatan orang yang kuperiksa pada pukul 20.00 tanggal 9 September?"
"Aku membutuhkannya segera," perintah Adam pada Arsenio yang sedang bekerja lembur. Adam dan Gavin berjalan menuju parkiran untuk mengambil mobilnya untuk segera berpatroli.
"Ya, aku akan segera menghubungimu," jawab Arsenio sedang mengobrak abrik gudang yang berisi tumpukan dokumen-dokumen.
--- Panggilan tidak terjawab: Calista ---
--- Pesan suara dari Calista ---
Adam menghentikan langkahnya ketika melihat ada notifikasi yang melintas. Adam menelpon kembali Calista. Adam penasaran, tiba-tiba saja Calista menelpon. Calista, adik dari Gavin. Dirinya sudah beberapa kali menelpon Gavin namun tidak ada sambungan. Langsung saja di angkat. Ade berdiam diam sedang memakai sarung tangan dan memperhatikan aktivitas Calista dari spion. Lalu tersenyum sinis.
"Calista, maaf tadi tidak menjawab," ucap Adam sambil menyetir mobil.
Blam...!
Pelaku melakukan pukulan pada Calista.
"Halo?" Adam sedikit terkejut mendengar teriakan dari Calista.
Adam segera menyalakan sinere dan menghubungi para Tim Andromeda.
"Kita kehilangan sinyal dari ponsel yang kau bilang di dekat persimpangan Samsu."
"Usia dan penampilannya mirip dengan korban-korban sebelumnya."
"Kasus ini juga terjadi di hari libur." Detektif Cyra berjalan bersama dengan Adam untuk menuju ke ruangan Arsenio. Adam meminta pada Gavin untuk di turunkan di pinggiran jalan. Dirinya harus segera kembali ke kantor. Akan membuat analis profil secepatnya.
"Sepertinya pelakunya sama." Adam membuka pintu kaca.
"Di mana lokasi terakhirnya?" tanya Adam pada Arsenio.
"Baik, Ketua. Beri aku 30 detik," sahut Arsenio dengan jari jemari yang sedang mengetik pada keyboard.
"Aku melacak CCTV dari stasiun panggilan terakhirnya ke toserba tempat dia bekerja," jelas Arsenio sambil melakukan pelacakan.
"Selesai, akan kukirimkan." Arsenio mengangkat salah satu tangannya.
"Kirimkan berkas tersangka potensial," jawab Adam yang dari tadi berdiri.
"Baiklah, beri aku 30 detik lagi." Detektif Cyra menuju ke monitor pemantau CCTV.
Sedangkan, Gavin sudah berada di lokasi. Tepat di persimpangan Samsu dan ia sendirian. Dirinya hanya memandangi sebuah kotak pos.
Kotak pos tersebut seakan akan sedang menjelaskan kejadian yang sebenarnya. Gavin rasanya ingin menyerah. Kakinya melemas, seolah dirinya tidak mampu menjaga seorang adik. Merogoh saku, mencari pesan suara terakhir dengan adiknya.
"Halo, permisi, kau lihat gadis ini?" tanya Gavin sambil menunjukan sebuah foto Calista kepada penjual roti yang berada di pinggiran jalan.
"Itu gadis yang tadi," jawab penjual dengan cepat tanpa berpikir lama.
"Kau lihat ke mana dia pergi?" tanya Gavin lagi.
"Aku melihatnya berdiri sebentar di sana." Sang Penjual menunjuk pada perempatan.
"Dia masuk ke mobil?" tanya Gavin lagi.
"Ya, kau benar," jawab Sang Penjual dengan tersenyum.
"Kau lihat wajah pengemudinya?" Gavin masih banyak pertanyaan tentang kejadian yang menimpa pada Calista.
"Aku melihatnya dari sini. Wajahnya tidak jelas." Sang Penjual dengan sangat lincah ketika menjawab.
"Dia tersangka yang paling cocok dengan profil kita." Tiba-tiba Detektif Cyra datang menghampiri Gavin sambil membawa sebuah bentuk foto Ade.
"Tadi kau melihatnya masuk ke mobil, bukan?" tanya Detektif Cyra lagi.
"Mobil yang mana?" Detektif Cyra menekankan lagi pertanyaan berikutnya.
"Itu..." Sang Penjual sedikit kebinggungan ketika ingin menjawab.
"Itu, mirip mobil itu." Menunjuk pada mobil yang sedang terparkir di pinggiran.
"Mobilnya berwarna perak." Mobil yang sedang mereka bicarakan tiba-tiba berjalan pergi.
"Maksudnya sebuah SUV?" tanya Detektif Cyra dengan suaranya yang tegas.
"Ingat nomor polisinya?" Detektif Cyra tak henti-hentinya bertanya.
"Maaf, aku tidak bisa melihat nomor polisinya," jawaban Sang Penjual sedikit membuat Gavin merasa kecewa.
Berjalan menuju tepian jalan sambil mengigit jari telunjuk. Mobil patroli sedang berjaga malam keliling kota.
"Mobil patroli parkir ilegal harus selalu berada di tempat yang sama," ucap Gavin ketika melihat mobil patroli yang sedang melintas di hadapannya.
"Mereka harus mengecek tempat yang sama setiap 30 menit," jelas Gavin pada Detektif Cyra.
"Pasti mereka punya nomor polisinya," sahut Detektif Cyra.
"Berhenti!" Gavin dan Detektif Cyra berlari untuk menghentikan mobil patroli. Kemudian menunjukkan sebuah kartu Tim anggota Andromeda supaya mereka tahu.
Gavin dan Detektif Cyra ditunjukan pada sebuah CCTV yang sudah satu setel dengan mobil.
"Hentikan video itu," perintah Gavin sambil mengamati.
"Nomor-." Kemudian Gavin mencatat.
--- Di sisi lain ---
"Hai!"
"Ada orang di sini?" teriak Calista dengan mata tertutup.
"Tolong!" Meneteskan air mata.
Detektif Cyra dan Gavin membuat rencana langsung. Gavin memerintahkan Detektif Cyra untuk membuat Ade keluar dari persembunyiannya. Tidak membutuhkan waktu yang lama. Pelaku langsung terpancing dengan kebohongan Detektif Cyra berikan.
"Hei!" panggil Ade.
"Kau pemilik mobil ini?" tanya Detektif Cyra dengan raut wajah bersalah.
"Maaf aku tidak pandai memarkir." Detektif Cyra meyakinkan bahwa dirinya bisa mengkonfirmasi wajah dari Ade.
Langkahnya semakin dekat. Dari belakang Adam membekuknya. Membenturkan tubuhnya ke bodi mobil dengan keras.
"Jangan bergerak," ucap Adam sambil menodongkan pistol ke arah Ade.
Gavin dan Detektif Cyra menyelamatkan Calista yang sudah di kerangkeng di dalam kapal. Tepatnya di sebuah tepian pantai yang sepi. Jarang dikunjungi orang.
"Pasti dia mengurung korbannya di lokasi lain," ucap Detektif Cyra sambil menyalakan senter.
"Di mana dia?" ucap Gavin dengan geramnya.
"Dia sedang diinterogasi di lantai satu kantor ini," sahut Detektif Cyra.
"Percuma tergesa-gesa." Detektif Cyra mencoba menahan Gavin yang sedang terburu-buru dan dalam kondisi marah.
"Calista akan tetap hidup," lanjut Detektif Cyra.
"Bagaimana kau bisa tahu?" tanya Gavin.
"Menurut analisis profil kami, dia terobsesi dengan waktu."
"Dia bertindak sesuai jadwal yang direncanakan," jelas Detektif Cyra.
"Sudah kubilang, aku tidak percaya dengan omong kosong itu," sanggah Gavin dengan angkuh.
"Minggir." Gavin melewati Detektif Cyra.
Sedangkan Profesor Pasha dan Profesor Aara memasuki ke kamar pelaku.
"Ini tidak seperti kamar seorang pembunuh," lontar Profesor Pasha.
"Ini seperti kamar sepupuku," sahut Profesor Aara.
"Pasti tadi dia bersama oran lain." Profesor Aara menduga.
"Tidak, dia bermain sendirian," sahut Detektif Pasha. Mereka berdua tidak berani menyentuh langsung benda-benda yang ada di kamar.
"Dengan melihat ini, aku bisa mengetahui kepribadiannya."
"Aku bisa tahu apakah dia ingin mendapatkan skor, menyerang atau memakai trik."
"Dia membuat 187 langkah."
"Dia membuat rumah baru di sini dan mengosongkan rumah lamanya," beber Profesor Pasha sambil berlutut.
"Kalau begitu, seperti apa dia?" tanya Profesor Aara yang dari tadi mendengarkan ucapan Profesor Pasha.
"Dia penyerang ekstrem," jawab Profesor Pasha diikuti dengan gerakan jari tangan.
--- Psikologi Kriminal oleh Adam Adelard ---
Profesor Pasha menemukan sebuah buku yang di tulis oleh Adam. Mencoba membuka, mereka dikejutkan dengan adanya sebuah sobekan koran yang ada foto Adam.
Profesor Pasha dan Profesor Aara saling pandang dan kebingguangan.
"Ketua Tim Adam Adelard, analisis profil." Profesor Pasha mencoba mengambil sebuah foto.
Selanjutnya, Adam sedang melakukan interogasi pada Ade.
"Apa pendapatmu tentang orang-orang yang mengecam karyamu?" tanya Ade membuat Adam mencoba bersabar dan tenang.
"Menurutku, kau tidak melakukan kesalahan."
"Tidak ada cara untuk menghentikan monster yang hanya memikirkan tentang membunuh orang," jelas Ade dengan perasaannya yang tenang.
"Kau mengakui telah melakukan pembunuhan?" tanya Adam yang tidak memperdulikan ucapannya.
"Di mana Calista?" tanya Adam yang memposisikan duduknya.
"Calista? Siapa dia?" Ade mengulangi pertanyaan Adam. Memajukan bangku. Mengangkat tangan dan menyatukan.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 75 Episodes
Comments
apriliyakim
uuuuh
2023-06-04
1