TUMBAL PANTI JOMPO
Kisah enam orang mahasiswa yang terjebak di sebuah Panti Jompo yang diselimuti berbagai kejadian mistis. Banyak kejadian gaib yang diluar nalar terjadi selama mereka berada disana. Tujuan mereka membantu pengelola Panti untuk mengurus para lansia yang ada disana, membuat mereka terjebak dengan berbagai ritual sesat yang dilakukan oleh pemimpin Panti itu sendiri. Akankah ke enam mahasiswa itu selamat dari ritual sesat yang menjadikan mereka calon tumbal?
Tepat jam dua belas siang, di Kampus Merdeka didatangi seorang perempuan misterius yang mengenakan gaun serba hitam dengan kerudung hitam yang menutupi wajahnya. Ia datang ke kantor rektor dan meminta beberapa mahasiswa dan mahasiswi di kampus itu untuk menjadi sukarelawan di panti jompo yang ia kelola.
“Perkenalkan nama saya Mariyati, pengelola Yayasan Panti Jompo Muara Hati. Saya membutuhkan bantuan dari beberapa mahasiswa yang ada di Universitas ini. Saya sudah bawakan daftar nama-nama mahasiswa yang harus membantu saya di Panti.” Ucap Mariyati seraya menyerahkan amplop merah yang berisikan data beserta foto-foto beberapa mahasiswa di Universitas Merdeka.
Nampak sang rektor beserta para dekan tercengang, mereka semua bingung sekaligus heran. Kenapa tiba-tiba ada seseorang yang mendatangi mereka dan meminta beberapa mahasiswanya untuk melakukan kerja lapangan di sebuah Panti Jompo.
“Apa maksud anda? Kami tidak tau siapa dan kenapa anda tiba-tiba datang kesini, dan ingin meminta bantuan para mahasiswa. Sebenarnya apa tujuan anda?” Tanya Pak Asmi dengan mengangkat tinggi amplop merah yang ada di tangannya.
Tak ada jawabannya dari Mariyati, ia hanya tersenyum datar seraya memandang ke segala arah. Kemudian ia meminta sang rektor dan dekan menatapnya dengan lebih dekat lagi.
“Silahkan duduk dengan tenang, dan dengarkan penjelasan saya. Kalian semua silahkan tatap mata saya baik-baik.” Mariyati membulatkan kedua mata menatap ke semua orang yang ada di hadapan nya, terlihat suar cahaya merah keluar dari kedua bola matanya. Tak lama semua orang yang ada disana langsung patuh dengan ucapan Mariyati.
Beberapa orang ditugaskan oleh Pak Asmi, seorang dekan di Fakultas Ekonomi untuk memanggil beberapa mahasiswa yang daftarnya ada di dalam amplop merah. Terlihat dari daftarnya, ada tiga orang perempuan dan tiga lainnya laki-laki. Singkat cerita ketiganya datang ke ruang rektor, dan disana mereka mendapat penjelasan dari sang dekan, jika mereka ingin nilainya bagus tanpa mengikuti ujian mereka diharuskan membantu di sebuah Panti Jompo.
“Kalian tak perlu memikirkan bagaimana pembelajaran di kampus, pergi dan lakukan tugas lapangan kalian dengan baik. Saya akan memastikan nilai kalian semua bagus di atas rata-rata, untuk lebih detailnya akan dijelaskan langsung oleh pengelola Panti Jompo itu.” Kata Pak Asmi dengan tatapan mata yang kosong.
Ceklek.
Terdengar derit suara pintu yang ditarik paksa oleh seseorang dari luar sana.
Tap tap tap. Seorang perempuan paruh baya berjalan dengan wibawanya, sorot matanya tajam dan mengeluarkan aura negatif yang sangat besar. Di dalam sana hanya ada empat orang mahasiswa, dan Mariyati membulatkan matanya penuh amarah.
“Dimana yang dua orang lagi Pak? Saya minta enam orang yang harus ikut saya, tapi dimana mereka?” Mariyati melotot membuat ke empat mahasiswa yang ada di dalam ruangan itu sedikit merasa ngeri.
“Dih perempuan itu serem banget sih Don!” Celetuk Widia seraya menyenggol Doni yang duduk di sebelahnya, dan dibalas anggukkan kepala oleh Doni.
“Hussd jangan berisik kalian, mau tawaran Pak Asmi dibatalkan?” Sahut Beni dengan mengaitkan kedua alis mata.
“Diam kalian jangan ribut disini!” Kata Pak Asmi dengan nada suara tinggi.
Pak Asmi memerintahkan Riko salah satu dari mahasiswa yang ada di ruangan nya, untuk memanggil kedua mahasiswi yang belum datang ke ruangan nya. Setelah itu Riko pergi mencari Sintia dan Dina, keduanya ternyata sedang berdebat di kantin. Dan keributan itu pun mengakibatkan kerumunan. Riko datang melerai mereka, lalu meminta keduanya untuk cepat pergi ke ruang dekan.
“Gak ada gunanya kalian ribut disini, ada hal yang lebih penting. Kita sudah ditunggu Pak Asmi di ruangan nya!” Riko menatap kedua perempuan yang masih saling pandang dengan sorot mata kesal satu sama lain.
“Riko... Tolong bantu gue jalan sampe ruang dekan ya. Kaki gue sakit tadi habis didorong sama perempuan gak tau diri ini!” Perkataan Dina sangat menyakiti harga diri Sintia, apalagi Dina berlagak mesra di depan nya.
Riko dan Sintia dulunya adalah sepasang kekasih, karena ada sedikit perselisihan di antara keduanya, akhirnya hubungan mereka berakhir. Dan tentu saja semua itu karena masalah yang sengaja dibuat oleh Dina, karena dari dulu Dina sangat menyukai Riko. Tapi perasaan nya bertepuk sebelah tangan. Riko hanya mencintai Sintia, dan membuat kedua perempuan itu saling bermusuhan sampai sekarang.
“Dasar gatel!” Celetuk Sintia seraya melangkahkan kakinya pergi.
“Heh apa lu bilang hah!” Bentak Dina yang hendak menjambak rambut Sintia dari belakang.
“Udah deh Din, gak usah ribut lagi. Kali ini lu punya kesempatan buat dapetin nilai bagus, makanya kita sekarang harus ke ruang dekan!”
“Sorry deh Ko, gue kesel banget sama Sintia. Ya udah yuk kita bareng aja kesananya!”
Sesampainya di ruang dekan, mereka semua duduk di hadapan Pak Asmi dan juga perempuan pengelola Panti Jompo.
“Nama saya Mariyati, saya yang akan membimbing kalian dalam mengurus semua lansia yang ada disana.”
“Apa lansia? Jadi kita harus mengurus semua orang tua yang ada disana. Ih gue gak mau lah, gak bisa Pak lebih baik nilai saya jelek daripada harus menghabiskan waktu bersama para lansia itu!” Dina protes seraya bangkit berdiri.
Nampak Mariyati kesal, ia membulatkan matanya seraya komat-kamit membaca sesuatu. Semacam mantra yang ia gunakan sebelumnya untuk menghipnotis rektor dan dekan.
“Berhenti Dina! Cepat lihat mata saya, dan kalian semua juga! Mulai sekarang kalian akan membantu saya mengurus Panti Jompo Muara Hati. Tak ada yang bisa pergi setelah kalian ikut bersama saya, apa kalian mengerti?” Ucap Mariyati dengan sorot mata mengeluarkan suar cahaya berwarna merah.
Hanya anggukan kepala yang terlihat dari ke enam mahasiswa itu. Mereka tak diberikan waktu untuk pulang mengambil perlengkapan ataupun ijin pada keluarganya masing-masing. Mereka langsung dibawa menggunakan mobil kijang tua. Tak ada satupun dari mereka yang berbicara, semuanya hanya duduk diam di sepanjang perjalanan.
“Kalian semua boleh tidur, kalau sudah sampai akan saya beritahu!” Pungkas Mariyati seraya tertawa penuh kemenangan.
Ia masih mengemudikan mobil meninggalkan kota kembang, ke daerah Jawa Tengah. Entah nasib apa yang akan di alami ke enam mahasiswa dari Universitas Merdeka itu. Dan untuk apa Mariyati membawa mereka ke Panti Jompo yang ia kelola?.
***Download NovelToon untuk nikmati pengalaman membaca lebih baik!***
Updated 110 Episodes
Comments
Bunda Silvia
ko aq pe4nah nonton film filmnya ya
2024-03-24
0
Isnaaja
kena hipnotis tuh
2023-09-17
0
ɑׁׅqׁׅꪱׁׁׁׅׅׅᥣׁׅ֪ɑׁׅhׁׅ֮_❤
sᴇʀᴜ
2023-09-15
0